Masalahnya adalah publik lebih berpedoman pada pencapaian Barcelona dalam beberapa musim terakhir dimana mereka mengalami banyak penurunan. Demikian juga kualitas pemain-pemain terkini yang masih belum sebanding dengan level senior-senior mereka dulunya. Sehingga kemudian opini yang muncul adalah lebih kepada rasa pesimis.
Para pemain sendiri menolak untuk ikut-ikutan pesimis. Alasannya, situasi di Barcelona dan timnas itu tak persis sama sehingga tak bisa dijadikan patokan. Seperti yang dikatakan Koke, kapten ketiga Spanyol.
" Sebuah klub tidak sama dengan tim nasional. Persiapannya berbeda. Kami hadir dalam suasana yang kompetitif dan bersiap untuk pertandingan yang ketat," ujar Koke seperti ditulis As.
Di tengah derasnya kritikan yang dialamatkan pada mereka, Enrique dan pasukannya tetap optimis dan berusaha menepis segala keraguan itu. Enrique malah menanggapinya dengan candaan.
"Saya adalah pelatih terbaik dalam sejarah di muka bumi,"Â seloroh Enrique dengan santai.
Sementara para pemain menyatakan mendukung dan menghormati semua keputusan Enrique sepenuhnya. Busquets yang bertindak sebagai kapten menyatakannya dengan jelas.
" Luis Enrique adalah pemimpin sejati tim. Dia adalah orang yang mengenal para pemain dan faham kemampuan mereka. Dan dia mempersiapkan pertandingan dan meyakinkan kami dengan ide permainan yang telah dirancangnya. Kami siap bertarung habis-habisan bersamanya."
Sementara Koke mengajak semua orang untuk menghormati perbedaan dan bersatu untuk kejayaan Spanyol.
"Setiap orang memiliki pendapat sendiri-sendiri, tetapi kita harus bersatu karena kita semua memiliki mimpi yang sama," ujar Koke.
Spanyol nantinya tergabung di grup E bersama Jerman, Jepang dan Kostarika. Secara perhitungan diatas kertas Jerman merupakan musuh paling berat bagi Spanyol. Namun Sergio Busquets dan kawan-kawan tetap perlu mewaspadai Jepang dan Kostarika. Bila tidak, mereka bisa mengalami nasib seperti delapan tahun silam dimana harus tersingkir lebih awal lagi seperti yang banyak dikhawatirkan publik.
(EL)