Skenario yang dijalankan mungkin saja sama, tapi akhir dari cerita belum tentu sama pula. Ketika cerita pertama berakhir bahagia, cerita kedua bisa saja berujung kecewa. Situasi seperti ini setidaknya menggambarkan perjalanan awal Atletico Madrid dalam dua musim terakhir Liga Champions.
Ya, seperti halnya dengan musim.lalu, Atletico Madrid kembali bersua dengan FC Porto di pertandingan terakhir penyisihan grup. Pertandingan terakhir ini menjadi penting bagi Atletico guna mendapatkan kepastian nasib mereka selanjutnya.
Tahun lalu nasib baik berpihak pada Atletico. Pada laga terakhir menghadapi Porto , tim berjuluk Los Colchoneros ini unggul 3-1 dan memastikan langkah mereka lolos dari penyisihan grup dengan status runner up.
Sayang, cerita indah tersebut tidak berulang. Menghadapi musuh yang sama  di stadion Dragao pada Selasa, 1 November 2022, tim asal Spanyol ini harus takluk 1-2. Hasil negatif ini menjadi mimpi buruk bagi mereka.
Ya, Atletico tak hanya kehilangan tiga poin, tapi juga kehilangan kesempatan untuk terus bermain di kompetisi Eropa. Mereka terdampar di dasar klasemen dengan poin 5 dan otomatis tersingkir dari liga Champions maupun Europa League.
Mehdi Taremi mengawali mimpi buruk Atletico ketika laga baru berjalan lima menit. Berawal dari tembakan Evanilson dari dalam kotak pinalti yang sepertinya akan melebar. Namun Taremi dengan sigap menyambar bola yang bergulir sehingga bersarang di sisi kanan gawang Atetico.
Pada menit 24 Stephen Eustaquio menambah penderitaan Atletico. Ya, Porto menambah keunggulannya lewat tendangan ke pojok kanan gawang Atletico setelah mendapat umpan tarik dari Wenderson Galeno.
Tim asuhan Diego Simeone ini tampil buruk di partai pamungkas mereka ini. Mereka kesulitan mengembangkan permainan, terutama di babak pertama. Lini tengah yang lemah dan buruknya koordinasi lini belakang membuat mereka kewalahan.
Mengandalkan Mehdi Taremi sebagai penyerang tengah yang didukung dua pemain asal Brasil, Evanilson dan Wenderson Galeno sebagai sayap, Porto bermain leluasa dan sukses menciptakan sejumlah peluang. Beruntung kiper Atletico, Jan Oblak tampil gemilang sehingga hanya dua kali kebobolan.
Sebaliknya Atletico yang dimotori Antoine Griezmann dan Joao Felix tampak kesulitan. Mereka sempat mendapat peluang dari Rodrygo de Paul dan Joao Felix, namun gagal diselesaikan. Sementara gol Griezmann di menit 70 dianulir wasit karna ada pelanggaran pada Galeno sebelumnya.
Atletico baru mendapatkan gol balasan di masa injury time lewat gol bunuh diri Ivan Marcano. Berawal dari sepak pojok Yannick Carrasco, bola dicoba dibelokkan Marcano namun malah masuk ke gawang sendiri.
Kegagalan kali ini menjadi anti klimaks dari sepuluh tahun pencapaian Atletico bersama pelatih Diego Simeone. Mereka sempat berjaya diawal pada tahun 2014 lalu dimana Atletico mencapai final Liga Champions sebelum ditundukkan Real Madrid. Namun setelah itu prestasinya terus menurun hingga mencapai titik terendah musim ini.
(EL)
Yogyakarta,02112022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H