" Betapa anehnya! Engkau kehilangan sedikit saja dan engkau menangis. Sementara seluruh hidupmu terbuang sia-sia dan kau malah tertawa" (Ibnu Qayyim)
Setiap masuk ke tempat rekreasi kita sering dikenakan biaya mahal. Bisa lima puluh ribu hingga lebih dari seratus ribu rupiah per orang. Hal ini dianggap wajar.
 Tapi bagaimana kalau ketika masuk masjid kita diminta membayar lima ribu saja. Pasti banyak orang yang bertanya-tanya.
Media sosial jadi heboh beberapa waktu lalu. Postingan viral memprotes kebijakan masuk masjid berbayar di masjid terapung Pantai Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan menarik perhatian warga. Netizen mengeluhkan penarikan retribusi bagi pengunjung yang hendak masuk masjid terapung itu.
Pihak berwenang kemudian membuat klarifikasi bahwa tiket masuk itu sebenarnya diberlakukan sebagai biaya masuk ke kawasan wisata. Sedangkan untuk masuk dan beribadah ke masjid adalah gratis. Tapi karena stand karcis masuk berada di depan masjid sehingga timbul kesan masuk masjid juga harus membayar.
Narasi yang berkembang kemudian adalah masuk masjid harus bayar. Dan hal ini dianggap menyalahi kebiasaan.
" Dimana-mana kalau masuk masjid itu tidak bayar karena masjid bukan lahan komersial. Masak mau beribadah harus bayar ,"Â demikian komentar yang banyak muncul.
Timbul polemik. Terjadi perdebatan. Dan orang-orang ramai-ramai menyalahkan pengelola kawasan tersebut.
Sebenarnya, kalau dipikir lebih dalam kejadian ini tidak seharusnya menjadi polemik, tapi merupakan tamparan bagi kita semua. Kenapa tidak ? Betapa kita telah menyia-nyiakan sebuah kemewahan yang diberikan kepada kita selama ini. Kemewahan berupa masuk masjid secara gratis.
Coba bayangkan bila masuk masjid harus membayar. Betapa besar biaya yang harus kita keluarkan. Padahal dalam ajaran Islam kita dianjurkan untuk sering-sering mengunjungi masjid.