" Allahumma shalli shalaatan kaamilatan wasallim salaaman taamma 'alaa sayyidina Muhammadiinilladzi ".. Dua orang anak kecil melantunkan shalawat Nariyah mengisi jeda antara azan dan iqamah menunggu jamaah shalat Isya datang.
Setelah lebih kurang sepuluh menit dan  Pak Imam bersiap memimpin shalat, iqamah pun dikumandangkan. Ada lima belas orang dewasa dan sepuluh anak kecil menjadi makmum malam itu.Â
Lumayan, ada dua shaf. Tak banyak memang, tapi lebih banyak dari beberapa hari sebelumnya dimana yang ikut tak lebih dari sepuluh orang saja.
Bulan Ramadan baru saja pergi. Dan seiring dengan itu orang -orang juga ikut pergi. Menjauh dari masjid. Â Masjid sepi. Hanya terlihat satu atau dua shaf saja jamaah yang masih aktif melaksanakan shalat berjamaah.
Ada apa dengan masjid ? Kenapa orang-orang tak lagi tertarik dengan masjid ? Padahal mereka mengaku sebagai orang yang cinta kepada masjid.
Fenomena ini bukan sekali dua kali terjadi, tapi terus berulang. Ketika Ramadan tiba masjid penuh sesak. Jamaah membludak. Orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk shalat berjamaah, mengadakan pengajian, membaca Alquran, dan ibadah lainnya.
Tapi begitu Ramadan berlalu para jamaah satu demi satu pergi menghilang. Hilang bagai ditelan bumi. Dan mereka baru kembali setahun lagi. Ketika Ramadan datang lagi.
Padahal bukan pekerjaan yang sulit untuk menuju masjid. Masjid ada dimana-mana. Tinggal melangkahkan kaki saja kesana. Demikian juga dengan fasilitas yang melengkapinya. Sudah sangat memadai.
Jadi, kenapa orang-orang masih enggan untuk datang ke masjid ? Apakah mendatangi masjid dianggap tidak begitu penting lagi ? Apakah rasa cinta kepada masjid sudah jauh berkurang ? Tak terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan ini.Â
Untuk mengukur seberapa besar rasa cinta seseorang dapat dilihat dari seberapa besar perhatian dan pengorbanan yang diberikannya. Cinta tanpa pengorbanan dan tanpa memberi perhatian adalah omong kosong. Maka ketika kita tidak mengacuhkan keberadaan masjid, dan hanya sesekali mendatanginya dapat dipastikan rasa cinta kepada masjid semakin kecil.
Ada tiga hal penting yang perlu kita renungkan kembali untuk memulihkan dan menguatkan rasa cinta kita kepada masjid.
1. Membuat definisi lebih luas tentang memakmurkan masjid.
Ketika seseorang mengatakan cinta kepada masjid maka kesediaan memakmurkan masjid adalah pembuktiannya. Tapi, definisi memakmurkan masjid bagi setiap orang ternyata tak sama.
Bagi sebagian orang, tugas memakmurkan masjid sudah cukup dengan membangun dan memelihara bangunan masjid.
Banyak orang berlomba-lomba untuk itu. Mulai dari mewakafkan tanahnya, mencari dana dan membangun masjid semegah mungkin. Dan setelah itu dianggap selesai.
Pandangan ini tidaklah salah. Membangun masjid adalah perbuatan mulia. Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi disebutkan bahwa bagi orang yang membangun masjid karena ALLAH, maka ALLAH akan membangunkan rumah baginya di surga.
Namun menurut sebagian ulama membangun saja belum cukup. Masih ada hal yang tak kalah penting yang perlu dilakukan sebagai kelanjutan dari usaha untuk memakmurkan masjid.
Seorang mufassir asal Suriah, Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam Rawai'ul Bayan tafsir Ayatul Ahkam seperti dikutip dari nu.or.id menyebutkan bahwa ada dua cara memakmurkan masjid.
 Yakni, pertama dengan membangun dan memelihara bangunan masjid. Dan yang kedua dengan memanfaatkan masjid untuk berbagai kegiatan ibadah dan kegiatan sosial.
Dari keterangan ini dapat dijabarkan bahwa tugas pertama kita adalah membangun masjid, melengkapi fasilitasnya, memeliharanya dan memperbaiki bila terdapat kerusakan.
Kemudian tugas selanjutnya adalah memfungsikan masjid sebagai tempat ibadah dan kegiatan sosial.
Dalam hal ini kita bisa mengaplikasikannya dengan berbagai kegiatan. Diantaranya, aktif shalat berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum pria. Menghadiri pengajian. Memberi pengajaran ilmu agama kepada anak-anak di masjid. Dan juga mengikuti beberapa kegiatan ibadah bersama di masjid seperti, doa bersama, zikir bersama, membaca Alquran, belajar tafsir dan banyak kegiatan lainnya.
2. Kita paham akan betapa besarnya kemuliaan bagi orang yang memakmurkan masjid, tapi sering mengabaikannya.
Masjid adalah rumah ALLAH. Rumah yang suci dan mulia. Dan bagi orang yang memuliakannya akan diberi ganjaran yang tak terkira nilainya. Kabar baik ini dapat kita temui dalam sejumlah redaksi hadits Nabi.
Salah satunya dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari. Nabi bersabda bahwa orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, termasuk kepada salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan pertolongan ALLAH di hari kiamat nanti disaat tak ada pertolongan lain selain dari pertolongan dariNya.
Demikian juga dengan ibadah-ibadah yang dilaksanakan di masjid. Akan diberi ganjaran berlipat.
Dalam redaksi hadits Bukhari lainnya disebutkan bahwa  bagi seorang laki-laki yang shalat berjamaah akan diberi pahala dua puluh lima kali lipat dibanding shalat sendirian di rumah.Â
Selain itu dalam setiap langkahnya akan dihapuskan kesalahannya dan ditinggikan derjatnya. Serta malaikat akan berdoa baginya untuk memohonkan ampun dan agar selalu dilimpahi rahmat ALLAH.
Sementara dalam redaksi hadits yang diriwayatkan Abu Daud dikatakan bahwa bagi orang-orang yang berkumpul di masjid untuk membaca dan mempelajari Alquran, maka malaikat akan mengelilingi mereka. Mereka akan berada dalam hidup yang penuh ketenangan dan selalu mendapat rahmat dari ALLAH.
Dan bukan itu saja. Bahkan perjalanan pergi dan pulang dari masjid pun akan memperoleh keutamaan.
" Setiap langkah menuju masjid akan dicatat sebagai kebaikan dan menghapus keburukan," demikian keterangan hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Ahmad.
Begitu besarnya kemuliaan dan manfaatnya bagi kita. Akankah kita akan melewatkannya begitu saja ? Sungguh merugi rasanya bila itu terjadi.
3. Memakmurkan masjid adalah pembuktian dari keimanan.Â
Beriman merupakan bagian dari beragama. Beriman berarti membentuk keyakinan dalam hati akan kebenaran ajaran agama ( agama Islam ) dan mengimplementasikannya dalam perbuatan. Dalam hal ini dengan memakmurkan masjid.
Memakmurkan masjid adalah pembuktian keimanan seseorang. Penjelasan tentang hal ini dapat kita temukan dalam Alquran maupun hadits Nabi.
Diantaranya firman ALLAH Alquran surat At Taubah ayat 18 yang menyebutkan bahwa orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir dan tak takut kepada selain ALLAH. Mereka adalah orang yang akan mendapat petunjuk.
Redaksi lain juga bisa kita lihat pada hadits riwayat At-Tirmidzi  yang menerangkan bahwa apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke mesjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman.
Dalam hal ini, sikap untuk selalu memakmurkan masjid dapat menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan. Bagi orang yang sering datang ke masjid, hati dan jiwanya akan selalu terhubung kepada ALLAH. Demikian juga dalam berprilaku, dirinya akan waspada dan menjaga diri dari sikap yang tak baik. Maka secara ototmatis tingkat keimanannya pun semakin tinggi.
 Begitu pula sebaliknya. Malas pergi ke masjid akan mengurangi kedekatan dengan ALLAH dan bisa membuat kita lalai dengan ajaran agama. Sehingga bisa berdampak pada menurunnya kualitas keimanan.
Cinta kepada masjid merupakan cinta yang harus dijaga setiap saat. Rasa cinta itu tak boleh pudar apalagi hilang. Karena itu harus selalu dipupuk dan dirawat dengan baik.
Memakmurkan masjid merupakan bentuk implementasi dari cinta kepada masjid. Karena itu mari kita lakukan sekarang juga. Jangan pernah menunda-nunda.. Menunggu besok atau bahkan setahun lagi. Menanti Ramadan datang lagi tahun depan. Â Jangan sampai hal itu terjadi.
 Cinta kepada masjid bukanlah cinta musiman. Jadi, tak perlu menunggu setahun lagi untuk membuktikannya.
(EL)
Yogyakarta,12052022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H