" Allaahu akbar,Allaahu akbar,Allahu akbar walillaahilhamd " lantunan kalimat takbir itu terus bergema di sepanjang malam Hari Raya Idul Fitri.Malam dimana seorang anak rantau harus memendam rindu karena tak bisa pulang kampung merayakan Lebaran.
Air mata tak terasa menetes membasahi pipi.Teringat ayah bunda di kampung.Terkenang masa-masa penuh bahagia ketika merayakan Idul Fitri di kampung dulu.Namun semua itu tinggal kenangan saja.Saat ini badan harus terkurung di negeri rantau karena satu dan lain alasan.
Malam Hari Raya memang merupakan malam penuh kebahagiaan bagi jutaan masyarakat muslim di seluruh dunia.Malam dimana mereka merayakan keberhasilan melewati ujian selama sebulan penuh di bulan Ramadan.
Bagi masyarakat Indonesia,malam kemenangan ini dirayakan dengan acara pulang kampung.Jutaan orang berbondong-bondong menuju kampung halaman. Mereka rela berkorban apa saja,baik waktu ,tenaga,dan uang agar tak melewatkan momen ini.
Ada sesuatu yang terasa kurang ketika tidak pulang kampung.Ada sesuatu yang mengganjal di hati. Bahkan kadang timbul penyesalan kenapa tidak pulang kampung.
Ada beberapa alasan orang tidak pulang kampung ketika Lebaran. Ada yang punya tanggungan tugas yang tak bisa ditinggalkan .Seperti dialami tenaga kesehatan, aparat keamanan ataupun petugas penjaga palang kereta api.Â
Ada juga karena masalah biaya mudik yang mahal.Dan aneka alasan lainnya. Yang pasti bila bisa memilih, semua orang tetap akan memilih opsi pulang kampung.
Kemudian,timbul pertanyaan,apakah tidak pulang kampung ketika Lebaran adalah sebuah kesalahan ?
Jawabannya tentu saja tidak. Pulang kampung atau tidak, merayakan Lebaran adalah sesuatu yang pasti. Meski diakui bahwa merayakan Lebaran bersama keliarga besar di kampung terasa lebih bermakna.