Kristen Gray, seorang wanita asal Amerika baru saja viral. Cuitannya lewat twitter berisi ajakan datang ke Bali di masa pandemi ini serta trik masuk Bali dengan merekomendasikan agen yang akan mempermudah urusan nantinya menuai kritik. Netizen ramai-ramai menghujat wanita pemilik akun @kristentootie itu.
Kristen memang patut dihujat. Perbuatannya telah melanggar aturan. Peraturan pembatasan kedatangan warga negara asing ke Indonesia selama pandemi Covid 19. Bahkan dia malah mengajak teman-temannya ikut melanggar aturan itu untuk datang dan tinggal di Bali.
Bukan itu saja, bule satu ini juga melakukan kegiatan bisnis dengan penjualan e-book berjudul Our Life is Yours seharga 30 dolar AS dan jasa konsultasi kemudahan datang ke Bali di masa pandemi dengan tarif 450 dolar AS per 45 menit. Serta menolak membayar pajak dari hasil bisnisnya itu.
Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukannya itu memberi gambaran pada kita bahwa label yang kita berikan pada bule tidak sebagus yang kita persepsikan selama ini. Warisan kakek nenek yang mengatakan hal-hal dari barat itu lebih bagus, lebih keren tak sepenuhnya benar. Faktanya malah kadang lebih buruk.
Selama ini kita menganggap bahwa orang-orang dari negara maju punya budaya disiplin tinggi dan taat aturan. Beda dengan orang kita yang suka melanggar peraturan. Tapi dengan kasus Kristen ini semua salah besar.
Ternyata sama saja. Kalau ada celah untuk melanggar mereka tetap akan melanggarnya. Wataknya sama persis dengan sebagian masyarakat kita suka yang tidak patuh pada aturan.
Dan yang lebih parahnya sudah jelas-jelas masih suka berkelit. Kristen menganggap penangkapannya karena informasinya tentang kenyamanan bagi LGBT tinggal di Bali.
Padahal dia telah melakukan dua kesalahan besar tentang pembatasan WNA masuk Indonesia dan pelanggaran imigrasi. Kalau dalam keseharian kita bisa dibaratkan pengendara sepeda motor yang tidak pakai helm, ketika ditilang Polisi bilang Polisinya galak.
Sebenarnya sebelum peristiwa Kristen Gray ini kita sudah disuguhkan banyak peristiwa yang menggambarkan bahwa orang bule tidak sepenuhnya tertib. Yang berbuat malah presiden Trump orang nomor satu di negara asalnya Kristen Gray itu.
Mulai dari sikap presiden mereka yang abai pada bahaya virus Corona,demo warga pada kasus kematian George Floyd dan yang terbaru sikap presiden Trump yang tak terima dengan kekalahannya pada pilpres yang disertai penyerangan para pendukungnya ke Gedung Capital.
Kalau faktanya begini masihkah kita merasa inferior dengan para bule? Menganggap diri kita lebih buruk dari mereka?
Jawabannya tidak perlu. Karena ternyata bule juga sama dengan kita suka melabrak dan mengakali aturan.
Justru peristiwa Kristen Gray ini hendaknya kita jadikan momentum agar menjadi bangsa yang lebih tertib, lebih beradab dan taat aturan. Dan menghapus semua keistimewaan yang selama ini kita berikan pada para bule itu.
Yogyakarta,20012021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H