Alkisah waktu itu sang ibu sedang memasak hidangan untuk tamu yang akan berkunjung.Tiba-tiba As Sudais kecil menaburkan tanah pada hidangan itu.Ibunya berucap "Idzhab ja'alakallahu imaaman lil haramain" (pergi kamu,biar kamu jadi imam di Haramain).
Ibunda Syekh As Sudais menyadari bahwa setiap kata-katanya adalah doa.Dan doa ibu untuk anaknya pasti dikabulkan Tuhan.Maka dari itu beliau menjaga sekali kata-kata yang terucap dari mulutnyaÂ
Jangan sampai terlontar kata-kata yang jelek.Karena itu berarti dia telah menciptakan kesulitan bagi anaknya.Maka dia selalu berkata perkara yang terbaik untuk si anak.
Dan semua itu bisa dilakukan ibunda Syekh As Sudais karena dorongan cinta.Cinta tulus dan suci seorang ibu.Cinta murni tanpa embel-embel.
Kisah ibu Malin Kundang dan ibu Syekh As Sudais setidaknya memberi gambaran tentang bagaimana seorang ibu merawat cintanya pada anaknya.
Ibu Malin Kundang tak bisa menjaga cintanya seutuhnya.Beliau tergoda untuk melaknat anaknya ketika mendurhakainya.Dan hasilnya anaknya menderita.
Sementara ibu dari Syekh As Sudais lulus dalam memelihara cintanya pada putranya.Kenakalan anaknya dibalas dengan harapan akan kebaikan bagi putranya.Dan doanya dikabulkan Tuhan.
Cinta ibu pada anak pada dasarnya adalah cinta yang murni dan suci.Karena itu perlu dijaga agar tidak rusak atau ternoda.
Si anak harus senantiasa berbuat baik,patuh dan berbakti pada sang ibu.Agar tidak menimbulkan kemarahan ibu.
Sementara ibu harus sanggup mempertahankan cinta pada anaknya agar tidak berubah,apapun keadaannya.Termasuk ketika prilaku anaknya tak sesuai cita-citanya.Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik buat anaknya.
Untung cerita Malin Kundang itu hanya sebatas legenda