Kenapa kita butuh liburan? Salah satu jawabannya adalah guna mengisi ulang energi kita yang banyak terkuras selama bekerja. Dengan berlibur, melepaskan diri sejenak dari rutinitas sehari-hari diharapkan energi yang telah hilang itu terisi kembali.
Berlibur identik dengan mengunjungi tempat wisata atau tempat hiburan, hang out ke mall atau cafe atau juga melalang buana di alam bebas. Intinya berlibur itu harus bepergian dan perlu biaya.Â
Terkait pandemi Covid 19 yang mana kita dianjurkan tetap di rumah saja maka definisi berlibur sedikit berubah. Berlibur cukup dari rumah. Yang penting tujuan berlibur itu tercapai yakni mengisi ulang energi yang telah hilang dan menyegarkan pikiran.
Bagi penulis, berlibur di rumah adalah berkelana ke perpustakaan pribadi di sudut kamar. Membuka kembali buku-buku favorit yang lama tak tersentuh.Membaca ulang kisah-kisah yang mungkin saja sudah sedikt lupa jalan ceritanya. Menikmati kata demi kata yang tak jarang sering menggugah jiwa.
Pada penghujung bulan Oktober kali ini penulis membaca lagi dua kumpulan cerpen bergenre humor edisi jadul tahun 1930an, hampir seabad umurnya. Yaitu buku "Teman Duduk" karya M. Kasim dan "Kawan Bergelut" karya Suman HS.Â
Kisah-kisah di dalamnya sangat menarik, logis dan tidak garing. Kita serasa dibawa berkelana ke zaman kolonial sesuai setting dan masa cerita-cerita itu ditulis.
Selain itu penulis juga menikmati kata-kata indah bahasa Indonesia lama yang masih terpengaruh bahasa Melayu dan bahasa Belanda yang tak kita temui lagi pada karya-karya penulis saat ini. Ada kata tabik, accoord, besenegeng, zeker, dan lain sebagainya. Atau istilah-istilah seperti terbit seleranya, titik air liurnya, pekak-pekak badak, ganjil adatnya, perintang-rintang dan banyak kata dan kalimat kiasan yang membuat cerita-cerita itu makin asyik dinikmati.
Selesai menamatkan dua cerpen humor itu penulis melanjutkan dengan membaca ulang dua fiksi perjalanan karya Agustinus Wibowo, seorang traveler fenomenal yang lama berkunjung ke negara-negara di Asia Tengah.Kisah-kisah perjalanannya itu terangkum dalam dua bukunya dengan judul Selimut Debu, cerita tentang sisi lain Afganistan dan buku Garis Batas, tentang negara-negara yang dulunya tergabung dalam Uni Sovyet. Kisah-kisah dan kepiawaian Mas Agustinus yang berasal dari Jawa Timur ini bercerita membuat penulis tak bosan berulang-ulang membaca bukunya.
Liburan masih dua hari lagi.Masih ada hari Sabtu dan Minggu. Masih banyak buku yang menunggu untuk dibaca lagi. Ada Mencari Pencuri Anak Perawannya Suman Hasibuan, ada Neraka Dunianya Nur St.Iskandar dan Markesot Bertuturnya Emha Ainun Nadjib.
Menikmati liburan tahun 2020 ini memang berbeda caranya.Karena kita tak bebas pergi kemana-mana. Tapi meskipun cukup di rumah saja. Tak berarti liburan tak bermakna..Â
Yang penting esensi liburan tetap ada. Yakni melakukan kegiatan yang bisa menyegarkan pikiran dan membuat hati bahagi. Salah satunya dengan menyalurkan hobi membaca. Membaca tulisan-tulisan yang temanya ringan-ringsn saja. Sambil sesekali membuka kanal Kompasiana tentunya.