Dalam statuta tersebut dijelaskan bahwa "pada saat diturunkan untuk pertandingan terakhirnya secara resmi kompetisi dalam sepak bola apa pun untuk asosiasinya saat ini, dia belum mencapai usia 21 tahun."
Artinya, Sitorus Baker boleh memperkuat dua timnas karena mempunyai warga negara ganda. Namun ketika usianya nanti menginjak 21 tahun, dia harus memilih satu warga negara. Apalagi Indonesia tidak mengenal status warga negara ganda.
Di sisi lain, statuta FIFA tentang naturaliasi tersebut itulah yang mengganjal status kiper Maarten Paes tak kunjung berseragam Timnas Indonesia level senior. Meskipun sudah mengambil sumpah sebagai WNI, namun pemain yang leluhurnya berdarah Kediri itu tercatat pernah membela timnas Belanda U-21 pada usia 22 tahun.
Tak mengherankan jika status perpindahannya dari federasi KNVB (PSSI-nya Belanda) harus diselesaikan di Pengadilan Arbitrase Olahraga (Court of Arbitration for Sport/CAS).Â
Melongok ke belakang, perbincangan serupa juga pernah dialami Andri Syahputra pada 2017 silam. Pemain kelahiran Lhokseumawe, Aceh yang mengikuti orangtuanya bekerja di Qatar itu pernah menolak pemanggilan Timnas  U-19 maupun U-22 asuhan Indra Sjafrie.
Andri justru memilih menjadi warga negara Qatar. Bahkan dia masuk skuad timnas usia muda, termasuk tampil di Piala Dunia U-20 berseragam Qatar. Sekarang dia menjadi "cemoohan" warganet lantaran tak pernah dilirik timnas Qatar level senior.
Jika situasi dan kondisinya dibalik, Baker berada dalam posisi seperti Andri yang memilih Garuda Muda, apakah mungkin bernasib sama? Dia menjadi sasaran cemoohan warganet Australia ketika usianya lebih 21 tahun nanti tidak pernah menerima panggilan timnas level senior.Â
Nah, mari sejenak kita menepikan dahulu soal nasionalisme atau pilihan bermain membela negara apa. Namun benang merah Maarten Paes, Andri Syahputra, dan Matthew Baker itu, ketiganya memiliki kesamaan yakni mengenyam pendidikan sepak bola lever junior di akademi luar negeri.Â
Tentu ini menjadi pekerjaan rumah seluruh pemangku kepentingan sepak bola Tanah Air dari akar rumput hingga pusat. Dari sekolah sepak bola Sabang sampai Merauke hingga klub-klub Liga Indonesia serta operator kompetisi berbagai kelompok umur.