Turki berhasil menggenggam tiket perempatfinal setelah mengalahkan Austria 2-1 pada babak 16 besar Euro 2024, Rabu (3/7/2024). Di luar taktik dan strategi pelatih Vincenzo Montella menerapkan formasi 4-2-3-1, ada faktor lain yang membuat pasukan berjuluk Turki terus melaju di Pesta Bola Eropa.
Bocoran tersebut disampaikan Pascal Jochem. Seorang editor media Deutsche Welle (DW) yang berbasis di Jerman,Â
Melalui akun Twitter/X @paswale dia menulis bahwa keberhasilan Turki di Euro 2024 karena "scouting"Â mereka terhadap pemain keturunan yang lahir di negara lain.
Jochem menyebut sejumlah pemain itu antara lain, Mert Muldur, Ferdi Kadioglu, Orkun Kokcu, Kaan Ayhan, Salih Ozcan, Kenan Yildiz, dan sang kapten Hakan Calhanoglu. Mereka keturunan dan lahir di Austria, Belanda, dan Jerman.
Profil Singkat Pemain Keturunan
Mert Muldur
Pemain kelahiran Austria berusia 25 tahun ini tercatat berkostum Fenerbahce di Liga Turki. Berposisi bek kanan, Mulder selama turnamen Euro 2024 telah bermain empat kali (diganti sekali) dengan menyumbangkan satu gol.Â
Ferdi Kadioglu
Rekan satu klub Muldur yang usianya satu tahun lebih muda ini menempati posisi bek kiri. Dia dipercaya Montella tampil penuh selama Euro. Namun saat mengalahkan Austria digeser menjadi gelandang kiri.
Lahir di Belanda, Kadioglu sempat memperkuat De Oranje U-16 sampai U-21. Tetapi saat menginjak level senior justru menjalani debut berseragam Turki.
Orkun Kokcu
Hampir mirip dengan Kadioglu, gelandang tengah 23 tahun asal klub Liga Portugal Benfica ini memperkuat Belanda junior U-17 hingga U-21. Dia tampil empat kali sebagai starting eleven (sekali diganti).
Kaan Ayhan
Gelandang bertahan 29 tahun ini membela klub raksasa Turki, Galatasaray. Lahir di Jerman dan pernah memperkuat Tim Panser muda U-16 sampai U-18.Â
Ayhan lantas membela Timnas Turki U-21 hingga level senior. Dalam Euro 2024 turun sebagai starting eleven sebanyak empat kali (sekali diganti) dengan menciptakan assist satu kali saat menghadapi Georgia.
Salih OzcanÂ
Pemain 26 tahun kelahiran Jerman ini berposisi sebagai gelandang tengah. Tercatat membela Borussia Dortmund, Ozcan pernah membela Timnas Jerman level junior berbagai kelompok umur.
Namun menginjak level senior justru bergabung ke Timnas Turki. Dia hanya sekali di bangku cadangan saat Turki kalah dari Portugal 0-3.
Kenan Yildiz
Pemain 19 tahun kelahiran Jerman yang memperkuat Juvetus ini digadang-gadang sebagai striker masa depan Turki. Dia telah membela Turki sejak level junior.
Kemudian dipanggil Montela untuk menjalani debut bersama Turki saat kualifikasi melawan Kroasia hingga berlanjut di Euro 2024.Â
Tercatat empat kali diturunkan, tiga diantaranya starting eleven dan sekali diganti. Namun posisinya diubah Montella sebagai penyerang sayap kiri.
Cenk TosunÂ
Salah satu pemain senior yang dipanggil Montela untuk Euro 2024. Lahir di Jerman 33 tahun silam, Tosun memperkuat Timnas Jerman U-16 sampai U-21.Â
Kemudian cabut ke Timnas Turki U-21 hingga level senior dengan torehan 52 pertandingan dan 21 gol. Sedangkan di Euro baru sekali tampil selama 15 menit saat mengalahkan Ceko.
Hakan Calhanoglu
Nama terakhir ini tentu sudah tidak asing bagi penggemar Serie A Italia. Mengingat Calhanoglu salah satu andalan Inter Milan meraih titel scudetto.
Meski lahir di Jerman, gelandang serang 30 tahun ini sejak level junior sudah memutuskan membela Turki. Tercatat 89 kali bermain dengan menyumbangkan 19 gol.Â
Sedangkan di Euro kali ini selalu tampil penuh, kecuali absen lawan Austria karena akumulasi kartu kuning. Kapten Turki ini juga mencetak satu gol saat menekuk Ceko 2-1.Â
Timnas Pusat Turki vs Jerman
Bocoran Pascal Jochem tersebut bukanlah hal baru dalam Piala Eropa, termasuk Piala Dunia. Bahkan sebutan keturunan hingga diaspora bukan hanya di sepak bola, tetapi juga cabang olahraga lainnya.
Karena dalam sejarah panjang kolonialisme, Perang Dunia maupun konflik perang saudara di berbagai negara belahan dunia, Eropa dikenal sebagai tujuan favorit para pengungsi atau imigran.
Mereka melarikan diri dari negaranya demi mendapatkan suaka. Meninggalkan tanah kelahiran dan masa lalu yang pahit demi kehidupan lebih baik di Eropa.Â
Meminjam istilah kompasianer Dani Ramdani dalam artikelnya "Saat Luka Lama Hadir Kembali di Piala Eropa 2024", dia menuliskan:
"Di luar konflik tersebut, sepak bola merupakan salah satu cara untuk mempersatukan sebuah bangsa. Dalam satu tim, terdapat berbagai orang dengan latar belakang berbeda. Tetapi bisa bersatu dengan sepak bola."
Nah, apalagi FIFA sebagai induk organisasi tertinggi sepak bola mengakomodir lewat sejumlah aturan. Jadi, perekrutan pemain keturunan, pindah kewarganegaraan atau federasi/asosiasi sepak bola bukanlah hal tabu.Â
Tentu berjubelnya pemain diaspora Turki tersebut hampir mirip dengan yang terjadi di Timnas Indonesia.Â
Kalau netizen menyebut "Timnas Pusat" merujuk kepada para pemain berdarah Belanda, lantas apakah "Timnas Pusat" Turki adalah Jerman?
Menarik kita tunggu aksi Turki maupun Jerman dalam Piala Eropa 2024 ini. Apalagi melihat jadwal/bagan pertandingan, andai kedua tim bisa terus meraih kemenangan, bukan mustahil keduanya akan berduel di final Euro 2024 di Olympiastadion Berlin pada Senin, 15 Juli 2024 mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H