Disisi lain, para atlet ternyata rentan menjadi ojektifikasi media, khususnya media sosial. Apalagi jika teknik pengambilan gambarnya dengan bumbu caption bernada seksisme justru memancing komentar warganet berisi ekspresi seksual yang berujung pelecehan.
Potongan- potongan video tersebut lantas viral tetapi yang dibahas justru bukan kekaguman terhadap prestasi olahraganya. Saking parahnya sampai DM-DM (Direct Message)Â mengirimkan pesan pribadi tidak pantas yang menembus ranah privat sang atlet.
Dari kasus ini juga menjadi pembelajaran bagi para konten kreator. Membuat konten bertentangan dengan etika, hukum, atau keselamatan hanya demi mengejar traffic, followers, engagement, hingga monetisasi. Yuk, sehat atletnya, sehat kontennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H