Mohon tunggu...
Aditya Wijaya
Aditya Wijaya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Videografer

Pengelola kanal bola Youtube @jurnalnetijen

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jalan Keberanian Persebaya Merentang 97 Tahun

18 Juni 2024   12:57 Diperbarui: 18 Juni 2024   13:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suporter Persebaya via KOMPAS.com/SUCI RAHAYU

"Terbanglah tinggi kau di angkasa. Tunjukkan pada semua mata dunia. Surabaya pun juga punya kebanggan Green Force, Persebaya, Emosi Jiwaku".

Itulah sepenggal chant Persebaya berjudul Emosi Jiwaku yang biasa dikumandangkan para bonek mania alias bondho nekat, julukan suporter klub kebanggaan ibu kota Jawa Timur tersebut.

Karena pada hari ini, tepatnya 97 tahun silam menjadi tonggak bersejarah berdirinya salah satu klub tertua di Indonesia bernama Persebaya. Lahirnya Persebaya membawa spirit perjuangan dan keberanian alias Wani (Bahasa Jawa dari Berani). Lahir pada masa Hindia Belanda, awalnya Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) yang didirikan oleh M. Pamoedji dan Paidjo pada 18 Junib1927.

SIVB menjadi wadah para pribumi alias Bumiputera melalui sepak bola yang bersaing dan menjadi simbol perlawanan Wani dengan Soerabhaiasche Voetbal Bond (SVB) kesebelasan komunitas Belanda di Surabaya. Bahkan SIVB turut membidani lahirnya PSSI pada tahun 1930.

Setelah itu SIVB berganti nama menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Surabaja (Persibaja) sesuai rekomendasi kongres PSSI 1938 agar para bond/perkumpulan tak lagi memakai nama berbau Belanda. Baru 17 tahun kemudian menyandang nama Persebaya sesuai ejaan yang disempurnakan.

Perjuangan Mengembalikan Identitas

Sebagai salah satu klub legendaris, jejak perjalanan Persebaya mengarungi roda kompetisi Perserikatan hingga Liga Indonesia sekarang penuh perjuangan dan rintangan. Memori pahit klub pemegang juara musim 1996/1997 dan 2004 ini tentu soal terbelahnya Persebaya menjadi dua kubu.

Persebaya dihadapkan dengan masalah dualisme setali dengan kisruh perseteruan PSSI dalam kepengurusan, timnas, hingga kompetisi. PSSI era Djohar Arifin Husein membentuk Liga Primer Indonesia (IPL). Sedangkan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) dipimpin La Nyalla Mattalitti menjalankan Liga Super Indonesia (ISL).

Manajemen Persebaya dibawah PT Persebaya Indonesia yang didukung bonek bermain di LPI dengan nama Persebaya 1927. Sedangkan Persebaya di liga Divisi Utama (Liga 2) dibawah PT Mitra Muda Inti Berlian mengakuisisi Persikubar Kutai Barat ikut LSI dengan membawa nama Persebaya Surabaya.

Berjalannya waktu, Persebaya 1927 tidak diakui PSSI. Sedangkan Persikubar atau Persebaya DU itu berganti nama menjadi Bonek FC, Surabaya United dan sekarang berkibar menjadi klub Bhayangkara FC setelah merger dengan PS Polri.

Adapun PT Persebaya Indonesia harus melalui serangkaian sidang sengketa hak paten nama dan logo. Akhirnya pada 2015, Persebaya 1927 secara sah dan legal berhak kembali menyandang nama Persebaya. Keputusan itu baru diakui setelah bergantinya kepengurusan PSSI. Melalui kongres di Bandung, PSSI kembali mengakui Persebaya untuk berlaga di Liga 2 pada 2017. Dan akhirnya promosi ke Liga 1 pada musim berikutnya.

Dahlan Is(kan) Persebaya

Eksistensi Persebaya dalam mengarungi kompetisi Liga Indonesia tak bisa dilepaskan dari figur Dahlan Iskan. Karier mantan bos Jawa Pos Group yang pernah menjabat Dirut PLN hingga Menteri BUMN itu berkelindan dengan kesebelasan Bajul Ijo.

Saking eratnya, Dahlan Iskan menjadi manajer dan ketua umum Persebaya pada 1987-1991. Melansir dari Deduktif.id, 10 Juli 2022, Jawa Pos mengkaver branding Persebaya lewat pemberitaan. Salah satu inovasinya program Tret-tet-tet pada musim kompetisi 1986/1987. Bonek merogoh kocek Rp 12.500 - Rp 125.000 bisa mendapatkan tiket pertandingan dan bus, sampai ke makan dan pernak-pernik Persebaya.

Dari Dahlan Iskan, eksistesi Green Force Persebaya berpindah tangan ke putranya, Azrul Ananda. Seperti bapaknya, Azrul juga menekuni dunia jurnalistik. Dia ditunjuk sebagai Presiden sekaligus CEO Persebaya setelah Jawa Pos menjadi pemegang saham mayoritas. 

Mengawali dari kasta kedua, hanya dalam setahun Azrul mengantar Bajul Ijo kembali ke kompetisi Liga 1 Indonesia pada 2018. Sedangkan soal pengelolaan klub, tampaknya lulusan California State University, Sacramento itu berfokus membenahi kesehatan finansial klub.

X.com/Idho09
X.com/Idho09

Setiap menjelang dimulainya kompetisi, bursa tranfer pemain masuk dan keluar Persebaya terkesan hemat. Sebaliknya, Persebayamart alias pemain berlabel bintang justru dibajak klub lain. Sebut saja Rizky Ridho ke Persija, Taisei Marukawa ke PSIS, hingga Rachmat Irianto ke Persib.

Akibatnya, Azrul pernah bikin geger pada 2022. Dia menyatakan mengundurkan diri sebagai Presiden klub. Meskipun akhirnya kembali menempati posisinya, diduga keputusan itu dilatarbelakangi protes Bonek terkait kekalahan beruntun Persebaya.

Melalui blog pribadinya, pria akrab disapa Ulik itu menuliskan tajuk "A New Hope" yang bertepatan dengan ulang tahun Persebaya ke-97. Dia mengawali kalimat pembuka dengan permintaan maaf kepada arek-arek Suroboyo. 

"Cobaan-cobaan akan terus ada, tidak ada kemenangan yang diraih dengan mudah. Tidak ada jalan pintasnya. Nawaitu tim ini selalu sama, menuju yang terbaik. Kita akan selalu berusaha. Dengan cara yang baik dan benar. Semoga Yang di Atas memberi jalan," tulisnya.

Dirgahayu Persebaya!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun