Hutan di Indonesia memiliki luas mencapai 130 juta hektar. Hutan tersebut sebagian dikonversi ke hutan tanaman oleh industri. Konversi ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Terlebih, iklim tropis menjadi keuntungan tersendiri bagi negara Indonesia. Iklim tropis membuat hutan tanaman dapat dipanen hanya dalam jangka waktu lima tahun. Sedangkan daerah yang beriklim non-tropis memerlukan waktu hingga 40 tahun. Industri-industri yang mengelola hutan tersebut perlu dikontrol agar berjalan semestinya. Caranya adalah dengan mengelola hutan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya pada Jumat, 14 April 2017 lalu ikut membahas mengenai persoalan hutan di Indonesia melalui Kuliah Umum dengan judul The Fascinating World of Forestry. Kuliah Umum ini bertujuan untuk mengedukasi para peserta tentang manajemen kehutanan yang berkelanjutan. Kuliah umum ini dihadiri dua pembicara, yaitu Petrus Gunarso PhD (Advisor PT Riau Andalan Pulp and Paper) dan Nyoman Iswarayoga (Director of Advocacy and Campaign Yayasan Sayangi Tunas Cilik).
Petrus Gunarso menyampaikan materi seputar manajemen kehutanan di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Perusahaan RAPP tergabung dalam sebuah anak perusahaan dari Grup APRIL (Asia Pasific International Limited). APRIL sendiri adalah salah satu perusahaan yang memimpin pulp dan kertas di dunia. APRIL sebagai bagian dari RGE Group Production menjalankan produksinya di Indonesia dan beroperasi di Provinsi Riau, Sumatera. Hasil produksi kertas dari perusahaan RAPP dikenal dengan merek “PaperOne”.
April Group mengantongi izin daripemerintah Indonesia (izin HPH, Hak Pengusahaan Hutan) untuk mengelola lahan seluas 1.000.000 hektar. Dari area ini, sebanyak 480.000 hektar telah disisihkan untuk perkebunan berkelanjutan. April memutuskan untuk tidak melakukan deforestasi (penebangan hutan untuk dialihkan ke hutan tanaman) lagi karena lahan yang digunakan sudah cukup untuk memenuhi pasokan pabrik.
Kegiatan Operasional Grup April
Kegiatan operasional kehutanan Grup APRIL memberikan kontribusi pada bidang pendidikan, pemberdayaan, dan infrastruktur. Pada bidang pendidikan, RAPP telah memberikan 17.600 beasiswa kepada para pelajar, merenovasi dan mengembangkan sebanyak 219 sekolah di pedesaan, serta mensponsori pelatihan untuk 600 guru. Dalam pemberdayaan, April memberikan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah, membantu menciptakan lapangan kerja baru, dan membantu pengusaha kecil. Sedangkan dalam bidang infrastruktur, mereka membantu membangun jalan sepanjang 12.000 km, meningkatkan akses pada bidang pendidikan, dan memberi dukungan sosial di berbagai bidang (seperti perawatan kesehatan dan perumahan), serta membantu meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah beroperasi.
April mempekerjakan tenaga outsourcing dalam perusahaannya. Namun, outsourcing yang mereka terapkan sedikit berbeda dari outsourcing yang sering ditolak dalam demo buruh. Penolakan terhadap outsourcing sebenarnya adalah karena ketidakpastian akan adanya kelanjutan hubungan kerja. Meskipun begitu, outsourcing dalam Grup April telah membantu dalam menciptakan pengusaha baru. Khususnya dalam memasarkan hasil tanaman kebun.
Pengelolaan Hutan
April melakukan pengelolaan berbasis bentang alam. Mereka menyadari bahwa persoalan kebakaran mengakibatkan persoalan bentang alam. RAPP menyadari bahwa aktivitas industri mereka dapat meninggalkan kerusakan pada hutan. Meskipun mereka mengantongi izin restorasi untuk mengembalikan hutan kembali. Namun, kerusakan hutan tersebut pada dasarnya mengambil ruang hidup masyarakat untuk hidup nyaman bersandingan dengan alam. Sementara itu, izin restorasi pun sebenarnya mengambil ruang kelola hutan oleh masyarakat. Maka, solusi untuk meningkatkan peran masyarakat adalah dengan mendorong masyarakat untuk membantu merawat hutan dan mencegahnya dari kebakaran. RAPP mengajak masyarakat untuk menerapkan pertanian dengan tidak membakar lahan.
Komitmen untuk mencegah kebakaran hutan ini nampak dalam program Desa Bebas Api (Free Fire Village). Tujuan program ini adalah untuk menciptakan desa yang bebas dari kebakaran hutan. Untuk itu April berkolaborasi dengan masyarakat, pemangku kepentingan, dan lembaga penegak hukum lainnya. Program ini memiliki 5 pendekatan, antara lain insentif senilai Rp100.000.000 bagi desa yang tidak mengalami kebakaran hutan selama satu tahun, membentuk Ketua Tim Komunitas Pemadam Kebakaran, menciptakan alternatif pembukaan lahan pertanian yang berkelanjutan, Pemantau Kualitas Udara, dan Kampanye Peningkatan Kesadaran Publik.
Pendekatan Grup April tersebut memiliki keberhasilan dalam 3 indikator, yaitu pengurangan kawasan yang terbakar, keterlibatan positif dengan masyarakat, dan kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi jangka panjang masyarakat setempat. Pada dasarnya, program ini adalah berbasiskan pada komunitas, sehingga dapat meningkatkan upaya edukasi dan peningkatan kualitas masyarakat dalam memahami permasalahan hutan. Hal ini sesuai dengan prinsip 4C yang dimiliki perusahaan. Upaya RAPP pada keberlanjutan hutan membuat perusahaan lain tertarik untuk beraliansi. Perusahaan tersebut di antaranya adalah Asian Agri, Wilmar, IDH, Musim Mas, PM Haze (LSM Singapura).
Keberhasilan dalam program-program RAPP dapat tercapai karena memperhatikan komunikasi di dalamnya. Apa yang dikatakan dalam pesan agar dapat dilakukan, maka harus melalui proses di mana pesan tersebut didengarkan, dipahami, dan diterima oleh audiensi. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku terjadi karena mendengar, memahami, dan menerima pesan. Perubahan perilaku mendorong adanya pembuatan kebijakan, dan partisipasi publik. Pada akhirnya, akan berpengaruh terhadap brand reputation perusahaan.
Untuk mencapai perubahan perilaku target, hal-hal yang perlu dipahami adalah:
A: Attention and Attract, di mana pesan menggunakan kata-kata, gambar, dan video yang kuat. Ini nampak dalam pemilihan “program insentif Rp100.000.000” ketimbang “program perbaikan jalan 50 meter”. April lebih memilih menggunakan besaran angka supaya lebih atraktif dan menarik.
I: Interest, yaitu menjelajahi dan menemukan harapan audiensi. Hal ini dilakukan dengan mencari tahu apa yang dibutuhkan masyarakat sekitar, dan harapan mereka terhadap kegiatan industri perusahaan.
D: Desire, memberikan konteks personal, mendeskripsikan keistimewaan dan keuntungan. Misalnya dengan dibentuk Ketua Tim Komunitas Pemadam Kebakaran berarti akan ada pengurus baru dan menciptakan lapangan kerja baru.
E: Evidence, fakta dan ilmu sekarang ini. Misalnya fakta bahwa hutan di Indonesia semakin berkurang jumlahnya dan perusahaan perlu melakukan program restorasi hutan.
A: Action, memberi kejelasan tentang apa yang kita ingin audiensi untuk lakukan. Misalnya, penunjukan Ketua Tim Komunitas Pemadam Kebakaran bertujuan agar masyarakat menjaga hutan dari kebakaran.
Perubahan perilaku ini kurang lebih dapat dijelaskan dengan Pressure State Response (PSR) Model. Pertama, adanya Pressure / tekanan terhadap alam berupa perambahan hutan. Kedua, adanya State / fakta yang menunjukkan bahwa 129 mil hektar hutan hilang sejak 1990. Terakhir, muncul Response / reaksi terhadap tekanan dan fakta tersebut berupa upaya untuk merestorasi ekosistem hutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H