Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Icha dan Giman Pembayar Nazar Amin Rais

19 September 2016   00:17 Diperbarui: 19 September 2016   01:02 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Markas BaraJP Icha dan Giman bertemu. Mereka senang sekali bisa tiba di markas relawan Jokowi. Icha memberikan sebuah dispenser kepada Giman. Dispenser itu diberikan Pak Iyan buat Bu Icha saat pamit meninggalkan Bogor. Icha yakin Giman memerlukan dispenser itu. “Mohon jangan ditolak, ya,” pinta Icha lembut.

“Terima kasih banyak Bu Icha. Saya senang sekali menerima hadiah ini,” kata Giman. Bu Icha dan Giman saling berjabat tangan.

Aku terkejut menyaksikan adegan itu. Bagaimana mungkin seorang Ibu yang juga kekurangan memberikan barang yang dibutuhkannya untuk orang lain.

“Saya punya dispenser di Manado, Bang Birgaldo,” ujar Bu Icha setengah berbisik kepadaku. Icha berpikir Pak Giman lebih membutuhkannya.

Bagi Icha apa yang dilakukan Giman itu membanggakan. Sebuah kehormatan. Icha mengaku sangat bangga dan bahagia bisa bertemu Giman.

“Giman mengajarkan kepada kita arti kesetiaan pada janji,” ujar Icha. Giman mengajarkan kepada kita arti nazar yang tidak boleh dianggap remeh.

Giman orang kecil itu memberitahu kepada kita bahwa rakyat kecil setia pada janji bukan seperti Amin Rais yang besar mulut namun pembohong. Rakyat kecil kita tanpa banyak kata sanggup memenuhi janji yang sesungguhnya sudah sulit kita temukan pada pemimpin kita. Kita banyak belajar pada Giman yang mau membayar nazar orang tua seperti Amin Rais yang sudah pikun dan labil mentalnya.

Aku terdiam. Mataku memandang kedua bola mata Icha dan Mas Giman dengan tajam. Kemuliaan hati seorang Ibu paruh baya dan laki laki penjual kue ini melewati akal sehatku. Dalam kekurangannya mereka memberi dan memenuhi janji.

Dalam kesulitannya melangkah Icha berjalan jauh meninggalkan kampungnya halamannya untuk melihat Jokowi dilantik. Giman berjalan kaki dari Malang menuju Jakarta hanya untuk membayar hutang Amin Rais yang sombong belagu itu.

Dengan tertatih-tatih Icha ingin menunjukkan tudingan sekelompok pihak yang menuding Pesta Rakyat menyambut Presiden Baru bukan hanya pesta pora belaka. Pesta pora yang membuang uang. Pesta pora yang merugikan rakyat.

Dengan berpeluh dan kaki bengkak Mas Giman melangkah sendirian mewujudkan harapannya. Harapan seorang relawan militan Jokowi yang tidak rela Jokowi dihina orang pikun Amin Rais.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun