Mbak Anggun..
Hampir setiap hari saya harus bolak balik mengurus kegilaan abang saya. Kadang dia membawa parang mondar mandir menakut nakuti orang. Pak RT bahkan akan mengusirnya dari kompleks. Istrinya menderita lahir batin, anak anaknya apalagi.
Suatu hari di tahun 2007, paraniodnya kumat. Semua pakaian dan barang barang dibakarnya. Anak istrinya dikurung dalam kamar. Ia berencana membunuh mereka semua, pasalnya dia menuduh ada persengkokolan jahat untuk menangkapnya. Saya sangat takut sekali lalu segera bergegas menyelamatkan anak dan istrinya. Akhirnya, anak anak dan istrinya, saya kembalikan ke kampung. Yang penting aman, pikir saya.
Mbak Anggun..
Singkat cerita, kisah korban narkoba mungkin banyak yang lebih parah lagi dibandingkan dengan cerita yang kami alami. Kawan masa kecil saya banyak yang mati di usia muda. Iyan, kawan saad sekolah dasar, mati diusia 25 tahun. Paul kawan kecil, mati diusia 23 tahun. Puluhan teman teman masa kecil saya sudah mati akibat narkoba. Jangan tanyakan betapa perih dan sakitnya perasaan dan jiwa ayah ibu mereka. Antara kemarahan, emosi dan cinta campur aduk. Marah karena membuat susah, cinta karena mereka bagian dari keluarga. Kadang dalam hati terpikir, lebih baik diracun mati saja.
Banyak sekali pengorbanan yang harus diberikan. Tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Air mata adalah benda yang teramat murah untuk ongkos menanggung penderitaan itu. Sebagai keluarga, sampai sekarang saya harus pontang panting berbagi berkat Tuhan untuk menghidupi 3 anak anaknya. Sampai sekarang, ayah dari keponakan saya itu terjebak dengan pikiran paranoidnya. Otaknya sudah error. Setiap hari tidak bekerja, hanya berjalan mondar mandir membuang waktu dengan aksi bodohnya yang terus mempermalukan kami.
Mbak Anggun...
Protes dan pembelaan mbak kepada pengedar narkoba yang begitu jahat sangat saya sesalkan. Mengapa mbak tidak menggunakan kedua mata mbak untuk melihat secara utuh persoalan akibat narkoba? Mengapa mbak hanya menggunakan satu mata saja melihat Serge orang Prancis itu yang sedang menanti eksekusi mati? Apakah karena ikatan batin karena bersuamikan orang Prancis?
Keluarga kami, sejak tahun 2000 sudah melihat kehidupan yang mati dari salah satu anggota keluarga kami. Abang saya memang masih hidup sampai sekarang, tapi dia sesungguhnya sudah mati. Tidak bisa hidup normal lagi. Hanya rasa malu dan perih kini dirasakan anak anaknya yang sedang beranjak dewasa. Putrinya setiap hari menyaksikan ayahnya komat kamit dengan pikiran pikiran aneh, mondar mandir didepan rumah.
Sekali lagi, lagu Mimpi ini benar benar menjadi mimpi buruk yang meniadakan harapan akan kebahagiaan dan masa depan keluarga kami.
Dalam hitam kelap malam Ku berdiri melawan sepi
Di sini di pantai ini Telah terkubur sejuta kenangan
Di hempas keras gelombang Dan tertimbun batu karang
Yang tak kan mungkin dapat terulang Wajah putih pucat pasi
Tergores luka di hati
Mbak Anggun, jika saya berbeda pandangan dengan mbak bukan berarti saya tertawa gembira dengan kematian para terpidana mati narkoba. Saya tidak memiliki otoritas untuk mengutuk orang bersalah, karena mungkin juga saya orang yang bersalah. Kehidupan abadi itu rahasia Ilahi. Tuhan memberikan kasih karunia kepada siapa saja yang percaya kepadaNYA meskipun hidupnya dulu pernah bergelimang lumpur dosa.
Namun yang saya tahu, bahwa hidup juga adalah untuk menjaga kehidupan. Dan Presiden Jokowi diberikan mandat oleh rakyat untuk menjaga kehidupan rakyatnya bahagia dan memiliki masa depan. Dan memberantas narkoba dengan hukuman mati adalah salah satu cara ampuh untuk menjaga kehidupan generasi muda kita punya masa depan.
Semoga Tuhan menyertai kita.
Salam.