Tema 6: Populis menyerukan angan-angan ideal bangsa, yaitu angan-angan simbolis yang merepresentasikan martabat bangsa, yang dikatakannya hampir hilang dan karenanya harus diselamatkan. Bouterse menamakannya dirinya "anak bangsa" yang akan memberikan Suriname kembali ke rakyat Suriname. Seperti pejuang Anton de Kom yang dulu berjuang melawan penjajah Belanda, ia akan berjuang melawan elit politik yang terlalu dipengaruhi oleh Belanda. Dalam retorikanya yang revolusioner, ia menentang demokrasi barat dan mekanisme pasar bebas. Namun, seiring dengan meningkatnya harga emas, bauksit dan minyak, Suriname saat ini justru telah menjadi tujuan Foreign Direct Invesment yang menggiurkan, menarik investor asing Amerika, Belgia, Belanda dan Cina masuk ke dalam sektor tambang [12,13] di Suriname.
Referensi
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/D%C3%A9si_Bouterse
[2] http://www.kitlv.nl/home/Spotlight?subpage_id=451
[3] http://nl.wikipedia.org/wiki/Paul_Somohardjo
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Hugo_Ch%C3%A1vez
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/Evo_Morales
[6] http://nos.nl/artikel/160127-desi-bouterse-is-een-oase-van-angstloosheid.html
[7] https://openaccess.leidenuniv.nl/handle/1887/20542
[8] http://sociology.uwo.ca/people/profiles/Allahar.html
[9] http://en.wikipedia.org/wiki/Margaret_Canovan
[10] http://www.sussex.ac.uk/profiles/2609
[11] http://www.worldbank.org/en/country/suriname
[12] http://www.neweuropeaneconomy.com/home-mainmenu-51/fdi-mainmenu-59/481-suriname-an-ideal-location-for-foreign-direct-investment
[13] http://www.ibtimes.com/chinas-stake-suriname-why-beijing-interested-small-south-american-country-1286359
===========
Catatan penulis:
1) Tulisan di atas tidak membandingkan Suriname dengan Indonesia. Tidak ada satupun kata Indonesia, sama sekali tidak ada referensi terhadap orang Indonesia. Saya akui saya tidak akan mempelajari dan mengirimkannya kalau tidak ada pilpres 2014.
2) Apa yang saya tulis di atas adalah apa yang saya baca lalu saya coba ringkas, sadur dan terjemahkan, tidak ada bumbu opini dari saya pribadi. Saya berharap bahwa tulisan di atas setidaknya dapat menambah wawasan tentang fenomena sosial dan politik. Selanjutnya, terserah masing-masing orang bagaimana mau membaca dan menyikapinya.
3) Mengenai pilpres 2014, koalisi yang terbentuk dan kampanye yang berlangsung terlalu kompleks untuk dipahami oleh orang biasa-biasa saja seperti saya ini, yang tidak terlibat dan tidak bersinggungan dengan koalisi manapun. Saya mengambil kesimpulan bahwa pilpres ini pada hakekatnya adalah memilih di antara dua individu yang salah satunya akan menjadi Presiden Republik Indonesia.
- Bambang Irawan S. -
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI