[caption caption="Eksplore Bukit Jaddih"][/caption]Kompasianer pernah ga stress mikir liburan? haah..mau liburan tapi malah stress. yepp itulah yang saya dan teman-teman alami mejelang long weekend libur tahun baru Imlek kemarin. Stress karena kepingin liburan tapi belum ada persiapan yang matang. dan sangat susah menyesuaikan jadwal mengingat kegiatan kami yang berbeda-beda. Bahkan teman saya ada yang masuk kerja pas tanggal merah Imlek kemarin.
Akhirnya setelah banyak pertimbangan, pemikiran dan sedikit pertengkaran (lebbay hehe) selama seminggu sebelumnya kami memutuskan ke Air Terjun Tumpak Sewu, Lumajang. Karena sepertinya di tempat tersebut memenuhi kriteria liburan kita yaitu, bisa ditempuh naik motor aja, Tidak butuh waktu yang terlalu lama dan yang pasti asyik dan sesuai budget. Terbayang sudah segarnya pemandangan dan cipratan air terjun yang berada di jalur pendakian Semeru ini.
Hari Minggu yang dinantikan pun tiba. Pagi-pagi buta saya sudah bangun. Ternyata diluar hujan turun dengan derasnya. Waduh terancam gagal sudah "Mbolang" kali ini. Ekspektasi bisa update status " My trip" tapi realita nya " My sleep". Haha..
Hilang sudah harapan untuk bisa menikmati serpihan surga di Air Terjun Tumpak Sewu. Mau galau juga menggalaukan siapa? Bukankah hujan adalah rahmat Tuhan. Mau protes juga protes sama siapa? Yang menurunkan hujan kan Malaikat. Beberapa jam menunggu akhirnya sinar matahari mulai menampakkan diri. Sekitar pukul 09.00 WIB akhirnya kita menemukan ide destinasi baru.
Kita keluar dari Pulau Jawa, heheh lebay. Ke Pulau Madura untuk mengunjungi " Bukit Jaddih" bukit kapur yang menjadi terkenal karena sosmed. Mumpung cuaca sedang tidak terlalu panas. Pastinya syik juga menikmati eksotis nya bukit kapur yang terletak di Kota Bangkalan, sekitar 30 menit dari Jembatan Suramadu ini.
Sekitar pukul 10.00 meluncurlah kita ber enam naik motor,2 jam kemudian kita sudah memasuki Jembatan Suramadu. Kebetulan tarif nya masih gratis nih untuk roda dua. Kurang lebih lima belas menit kita sudah melintas jembatan terpanjang di Asia tenggara yang menjadi kebanggaan Kota Surabaya ini. Kita berhenti di sebuah warung yang banyak berderet di sepanjang jalan setelah Jembatan Suramadu untuk beristirahat sekaligus tanya-tanya lokasi Bukit Jaddih, karena seperti biasa kita tidak pernah tau pasti letak tempat pembolangan yang akan kita kunjungi. Jadi apabila google map sudah tidak bisa diandalkan karena minimnya sinyal, satu-satu nya cara adalah bertanya pada penduduk setempat. Daripada sesat di jalan.
Untungnya nih Si Ibu yang punya warung baik banget sudah kasih tahu kita jalur yang lebih aman untuk menuju Bukit Jaddih. Karena sebenarnya memang ada dua jalur, cuma jalur yang satu nya kondisi jalanan rusak dan rawan begal. Serem kan kalau sampe dibegal. Hehe. Dan kapok juga kalau harus menikmati jalanan rusak gara-gara salah jalur seperti pembolangan kita sebeumnya (Baca artikel saya sebelumnya di Kedung Cinet).
Setelah melepas lelah kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit Jaddih. Sempat bertanya lagi beberapa kali sampailah kami di Bukit Jaddih, bukit kapur dimana kita bisa melihat orang-orang bekerja bertaruh nyawa dan orang-orang berselfie ria. Hihihi, karena di bukit ini memang masih ada aktifitas penambangan kapur yang dikelola oleh sebuah perusahaan. Dan sekilas melihat mereka bekerja menggergaji kapur dengan gergaji mesin membentuk ceruk-ceruk di bagian bawah gunung kapur, ga kebayang kalau tiba-tiba bagian atas nya runtuh. Hemm semoga para penambang ini masih memikirkan keselamatan diri dan senantiasa dilindungi Allah SWT.
Setelah membayar tiket parkir Rp 2000 dan Tiket masuk Rp.5000 kita sudah bisa menyusuri eksotisme Bukit Jaddih. Memasuki kawasan Bukit Jaddih ini juga ada kolam renang dan goa Putih. Cuma kami tidak ada rencana berenang dan eksplore gua putih. Jadi langsung kita meneruskan perjalanan menyusuri putihnya bukit kapur.
Di area bawah banyak spot-spot menarik juga untuk foto-foto yaitu tebing kapur berwarna putih bekas penambangan yang kontras dengan biru nya langit sehingga suasanya serasa dimana gitu. Akan tetapi dibawah cukup berisik dengan suara-suara mesin penambang dan truk-truk yang berseliweran. Dan tidak disarankan mengunjungi Bukit Jaddih ini pas tengah hari, karena pasti panas sekali. Disarankan pagi atau menjelang senja, karena lebih adem, jadi lebih bisa menikmati.
Lanjut lagi lebih ke bagian atas bukit. Di bagian ini terlihat lebuh hijau karena ditumbuhi rerumputan dan beberapa pohon yang sepertinya Pohon Akasia. Memandang sebagian Pulau Madura dari ketinggian benar-benar menyegarkan mata. Sejauh mata memandang tampak hijau dan diselingi atap-atap rumah penduduk yang masih jarang. Lahan di madura tergolong masih banyak yang kosong. Di sepanjang perjalanan tadi kami juga masih menemui savana-savana hijau yang luas. Tinggal dikasih macan, singa atau jerapah udah kayak di Afrika aja nih..heheh.
Cuaca yang sejuk, ditambah pemandangan yang memukau antara paduan hijau nya rumput, putih nya bukit kapur dan birunya langit, membuat kami tak sabar untuk take some picture. yess sebagian besar kegiatan kami kalau travelling ya foto-foto. tapi tetap jaga keselamatan ya kompasianer, jangan ambil foto-foto di tempat-tempat yang berbahaya, atau terlalu minggir-minggir ke bagian tebing. View nya mungkin lebih bagus tapi ga bagus kan kalau jatuh dari tebing Bukit Jaddih yang terjal ini.
Puas foto-foto kami duduk-duduk menikmati pemandangan dari atas, Sayang nih ga bawa bekal makan siang. Jadi kita hanya makan gorengan yang kita beli di perjalanan tadi. dan jangan lupa, bawa kembali sampah yang kita hasilkan. Nyampah itu ga keren.
Sekitar setengah jam cuaca sudah mulai panas. Mendung yang dari pagi menyelimuti langit sepertinya mulai menyingkir. Kita memutuskan untuk turun dari Bukit Jaddih untuk sholat dan makan siang. Di perjalanan pulang kami berpapasan dengan serombongan anak muda yang mengendarai motor dengan suara knalpot yang berisik sekali, dan mengendarainya agak ugal-ugalan gitu. Waduh saya dan teman-teman sudah was-was nih, jangan-jangan kita dihadang sama geng motor Madura, kan serem. Mengingat kita tidak mengenal daerah ini.
Kita terus merepet ke pinggir jalan karena rombongan geng motor semakin panjang dan menguasai jalan. Tapi semakin ke belakang-belakang yang naik motor kog jadi pasangan emak-emak dan Bapak-Bapak gitu ya.???. Semakin ke belakang malah ada mungkin kolompok Qasidah atau anak-anak TPQ berseragam naik mobil pick up. Wah wah ada yang salah nih. Ternyata rombongan tersebut bukan geng motor. Tapi kemungkinan adalah warga setempat yang mau pawai. Hemmm sempat miris, lha wong pasukan pengamannya yang di depan sendiri kayak gitu model nya.
Setelahnya saya dan teman saya tertawa terpingkal-pingkal diatas motor.
Kita sholat di sebuah masjid yang cukup besar. Seusai sholat teman-teman yang cowok sempat berbincang-bincang dengan seorang Bapak yang sepertinya Takmir Masjid tersebut. Sedangkan kita yang cewe-cewe masih ribet sendiri. Entah apa yang mereka bicarakan sepertinya seru sekali. Tapi hari semakin sore, kita harus melanjutkan perjalanan. Di perjalanan sekilas teman saya bercerita tentang pembicaraan mereka dengan Bapak tadi mengenai lahan di Madura yang masih luas, katanya ada artis Ibukota yang punya lahan di Pulau garam ini. Dan pendapat pribadi beliau sebagai penduduk Madura yang kapan hari sempat muncul issue bahwa Madura akan memisahkan diri dari Jawa Timur.
Kalau beliau pribadi tidak setuju, karena sebagian besar penduduk Madura bertopang hidup di di Pulau Jawa khususnya Kota Surabaya. Semoga gerakan separatis tersebut tidak pernah terjadi ya karena kami Jawa Timur bangga memiliki Pulau Madura dengan segala keunikan budaya dan keindahan alamnya. Dan semoga pembangunan di Madura lebih cepat berkembang pesat dengan adanya Jembatan Suramadu yang memudahkan akses menuju pulau ini.
Tidak terasa jembatan suramadu sudah terlewati, Gerimis mulai membasahi, memasuki kota Surabaya hujan semakin lebat. Kami memutuskan makan sore di sebuah warung bakso. Seusai makan ternyata ban motor salah satu teman ada yang bocor. wahh untung teman saya ini tadi habis makan 2 porsi bakso.heheh..Lumayanlah dorong motor agak jauh dikit kita bertemu dengan tukang tambal ban. Sambil menunggu ban ditambal kita bertukar foto-foto, dan ngobrol-ngobrol santai saja.
Perjalanan kita kali ini memang tidak panjang, tapi cukup panjang cerita yang kita bagi dari perjalanan ini. Memasuki sebuah peradaban yang begitu lain di sebuah pulau yang jaraknya hanya beberapa kilometer dari kota metropolitan Surabaya. Madura mungkin dikenal dengan penduduknya yang keras, tapi sebetulnya mereka ramah juga kok. Madura mungkin terkenal panas, tapi begitu banyak sudut-sudut indah dari Pulau Madura yang sayang apabila tidak kita eksplore hanya karena alasan panas. Semoga next time kita bisa berkunjung ke pulau cantik ini lagi ya guys. Masih banyak yang indah-indah di Madura. Semangat jalan-jalannya, semangat kerjanya juga.
here we are in action..
[caption caption=""Indah kita bersama...""]
[caption caption="aktifitas penambangan kapur di Bukit Jaddih"]
[caption caption="White everywhere"]
[caption caption="Kolam renang tampak atas"]
 *Foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H