BIOTIFOR (Yogya 05/08/2020) Penggunaan teknik kultur jaringan merupakan alternatif penting yang diharapkan dapat membantu permasalahan penyediaan bibit berkualitas. Kultur jaringan tanaman menjadi penting karena mempunyai keunggulan.
“Keunggulan itu diantaranya dapat secara cepat untuk memproduksi bibit dalam jumlah banyak dengan kualitas yang seragam, tanpa tergantung musim sehingga kontinyuitas lebih tinggi dibandingkan regenerasi secara alami, serta dapat mempertahankan identifikasi gen unggul induknya,” kata Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Dr. Agus Justianto, saat membuka Webinar Biotifor Seri 1, Rabu (05/08/2020).
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Kepala BBPPBPTH, Dr. Nur Sumedi, S.Pi.,MP dalam laporannya bahwa webinar ini bertujuan untuk mendiseminasikan teknologi yang telah dimiliki oleh BLI/BBPPBPTH.
“Tujuan berikutnya meningkatkan sinergitas dengan masyarakat dalam rangka pemenuhan bibit berkualitas secara cepat dan berkelanjutan. Serta rerus memantapkan peran kultur jaringan untuk memenuhi kebutuhan tanaman unggulan termasuk bibit jati yang berkualitas,” kata Kababes.
Menurut data yang dimiliki oleh Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan, berdasarkan data realisasi kegiatan penanaman tahun 2011 (Penanaman Satu Milyar Pohon), dari sektor kehutanan maupun non kehutanan yang dirangkum oleh Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tercatat telah ditanam sebanyak 1.516.592.311 batang pohon. Dari jumlah tersebut kebutuhan bibit yang terbesar adalah pada kegiatan penanaman Kebun Bibit Rakyat (KBR) yaitu 446.021.871 bibit/batang.
Berbagai kegiatan penanaman dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan menjadi perhatian utama pada pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang memerlukan bibit atau benih berkualitas.
Lebih lanjut Agus menyampaikan bahwa tidak tersedianya bibit dalam jumlah yang memadai lebih dikarenakan adanya kendala musim sehingga tidak semua dapat menghasilkan bibit sepanjang tahun.
“Di samping persoalan keseragaman kualitas, rendah dan bervariasinya produktivitas dan kualitas panen karena faktor genetik, merupakan kendala pemenuhan bibit berkualitas kepada masyarakat,” terangnya.
Perbanyakan bibit menggunakan teknik kultur jaringan dilakukan pada kondisi terkontrol sehingga pada umumnya bibit yang dihasilkan akan lebih sehat. “Pengembangan kultur jaringan sebaiknya diprioritaskan untuk jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi dan merupakan tanaman unggulan daerah/nasional serta memiliki karakter genetik unggul seperti ketahanannya terhadap penyakit,” tegas Kabadan.
Perbanyakan vegetatif kultur jaringan memerlukan pohon induk yang secara genetik unggul dan ketersediaan sumber materi yang mencukupi sangat penting, sehingga kerjasama seleksi bersama masyarakat diperlukan.
Proses dan tahapan kultur jaringan ini mempunyai kekhususan dalam penanganan dipersemaian, di laboratorium produksi maupun aklimatisasi di rumah kaca. Proses penanaman di lapangan juga memerlukan keahlian dan ketrampilan teknis yang tidak mudah.