Mohon tunggu...
Agung Cahyono
Agung Cahyono Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa S1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mahasiswa FTP-UB Temukan Bahan Terbaru Bioetanol Generasi Ke-2

6 Juli 2014   21:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:14 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_332241" align="alignleft" width="300" caption="Tim Peneliti bersama Dosen Pembimbing (Doc: Pribadi)"][/caption]

Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan yang sangat serius dan memprihatinkan , termasuk di Indonesia. hal itu ditambah dengan penggunaan bahan fosil yang terus meningkat, dibutuhkan cara lain agar kebutuhan energi tetap terpenuhi. Sebab diperkirakan persediaannya akan habis 25 tahun kedepan. Selain itu penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan gas buang berupa emisi CO2, PbO, CO, SO2, karbon, dan hidrokarbon yang dapat mencemari lingkungan sehingga dibutuhkan cara lain agar kebutuhan energi tetap terpenuhi.

Inilah yang mendasari kelima mahasiswa Keteknikan Pertanian (TEP) FTP-UB, Agung Cahyono, Utami Ardini, Mujaroh Khotimah, Hakim Al-Kautsar dan Ainun Azizi berfikir kritis untuk mengembangkan bahan baku bioethanol sebagai energi alternatif menggunakan rumput teki dengan teknik pre-treatment gelombang micro. Inovasi ini dikembangkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P)  yang dibimbing oleh dosen Keteknikan Pertanian FTP UB, Dewi Maya Maharani, STP.,M.Sc.

" Rumput teki (Cyperus rotundus) sengaja dipilih mengingat jumlahnya sangat berlimpah, mengandung komponen polisakarida, dan kaya akan karbohidrat maupun mineral. Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, rumput teki memiliki kandungan  selulosa cukup tinggi 22,91%, setelah proses pre-treatment kandungan selulosa mengalami kenaikan yang signifikan hingga 90,3 % yaitu menjadi 43,62%." papar Mujaroh salah satu anggota tim peneliti.

Proses pembuatannya sendiri sangat sederhana. Rumput Teki yang telah bersih, dipotong kecil lalu dikeringkan dengan penjemuran dan pengovenan.  Bahan yang telah kering tersebut selanjutnya menjalani proses penepungan pada mesin disk mill sampai menjadi bubuk.  Bubuk Rumput Teki itu lalu di rendam dalam larutan aquades dan H2SO4 untuk kemudian dipanaskan dalam microwave.  Setelah melewati tahap pre-treatment, bubuk rumput kemudian dilakukan hidrolisis dengan menggunakan jamur Aspergillus niger dan fermentasi dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae untuk kemudian dimurnikan menjadi etanol. Proses hidrolisis dan fermentasi ini masih dalam tahap penelitian. (agc/mjk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun