JAKARTA --- Tak terasa sudah kurang lebih 13 tahun keberadaan Trans Jakarta Ibukota. Berbagai permasalahan dan dinamika berjalan seiring bertambahnya usia pelayanan Trans Jakarta kepada masyarakat.
Ada yang menghargai keberadaan mereka, ada yang sinis mencibir, ada pula yang biasa saja menanggapinya.
Akan tetapi kehadiran Trans Jakarta adalah untuk masyarakat Jakarta seluruh lapisan. Coba bayangkan, sebelum ada Trans Jakarta masyarakat Jakarta di buat menderita dan kesal dengan keadaan transportasi umum yang gak teratur. Dan ada kesan bahwa pengguna transportasi umum itu hanya kalangan rakyat kelas bawah karena begitulah keadaannya.
Trans Jakarta hadir dengan segala yang dimilikinya. Perubahan yang dihasilkan sangat positif, yakni :
1. Menjadi solusi transportasi rakyat yang aman, nyaman, dan cepat ( dulu mau nyaman kita harus naik PATAS AC bayar 3.500,- itu juga masih banyak copet dan orang-orang orasi entah alasan baru keluar dari penjara dan minta uang atau alasan lainnya)
2. Mengangkat derajat profesi sebagai pengemudi angkutan umum ( dulu supir angkutan umum identik dengan tampang 'cemongan', gaji kecil, dan nongkrong di terminal )
3. Mengangkat derajat profesi kernet angkutan umum ( dulu kernet identik dengan tampang gak beraturan, baju lusuh, bahkan kadang identik dengan preman yang 'nyambi' menjadi kernet sehingga seenaknya kepada penumpang)
4. Mengeksploitasi sisi humanis dalam bertransportasi umum ( dulu tidak ada yang perduli tentang ibu hamil naik bus, manula, cacat, atau apapun, tidak ada yang akan menghimbau penumpang untuk memberi tempat duduk kepada mereka )
5. Mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang wanita ( dulu banyak perlakuan tidak senonoh diatas bus terhadap kaum hawa contohnya : pria gila yang menempel-nempelkan kemaluan di bokong penumpang wanita, copet yang mengincar kaum hawa, bahkan sampai merampok wanita )
[caption caption="Layanan Publik Trans Jakarta berupa Buku Panduan Doa Perjalanan bagi Penumpang. Dok.pri"][/caption]Sekarang bertambah lagi pelayanan Trans Jakarta yang benar-benar menyentuh sisi hati kita, yakni menjadi lebih relijius. Trans Jakarta menempatkan Buku Panduan Doa dalam Perjalanan yang berisi ayat-ayat doa untuk 6 agama di Indonesia, yaitu Islam, Katholik, Kristen Protestan, Buddha, Hindu, dan Khonghucu. Penumpang Trans Jakarta bebas mengambil buku tersebut di dalam bus.
Akan tetapi tetap saja Trans Jakarta harus memperbaiki beberapa hal penting, yaitu :
1. Jadwal kedatangan bus yang seringkali terlalu lama
2. Pengaturan antrian bagi penumpang yang hendak naik dan turun dari bus.
3. Pengaturan jalur Busway yang selalu di terobos para oknum pengguna mobil pribadi tak berperasaan.
Ada sebuah pengalaman kami kemarin (Selasa 12/4/2016), di sky walk Senen ke Senen Central, seorang awak halte Trans Jakarta (seorang wanita) bersusah payah menuntun seorang penumpang disabilitas untuk menyeberang dari halte busway Senen ke Senen Central. Si wanita awak Halte Trans Jakarta dengan rompi merah kelihatan tidak mengindahkan apakah orang disekelilingnya memperhatikan atau tidak, yang penting dia sudah memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. Bahkan saat kami dekati untuk diajak bincang-bincang dia menolak dengan alasan masih jam kerja dan takut dilihat atasan masuk media.
WOW !! satu kata WOW !! tidak mau diliput media, padahal dia sudah melakukan tugas yang baik. Seharusnya dia setuju saja diliput agar menjadi inspirasi bagi orang lain. Tapi inilah fenomena. Yaitu fenomena Trans Jakarta dalam dinamika pelayanan publik yang mereka lakukan sepenuhnya untuk masyarakat Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H