Mohon tunggu...
Bintun Saniyatus Salamah
Bintun Saniyatus Salamah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama

suka membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksplorasi Kreativitas Guru Dalam Mengembangkan Diorama Pembelajaran Pendidikan Pancasila

28 Oktober 2024   19:16 Diperbarui: 28 Oktober 2024   21:12 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1Bintun Saniyatus Salamah, 2Muhammad Novan Zulfahmi

Pembelajaran Pendidikan Pancasila memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik agar memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai dasar yang tertuang dalam Pancasila. Salah satu cara yang efektif untuk menyampaikan materi Pancasila adalah melalui pendekatan visual, seperti diorama. Diorama merupakan representasi tiga dimensi yang dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami konsep abstrak dalam Pancasila. Penggunaan diorama dalam pembelajaran ini membutuhkan kreativitas guru, yang menjadi kunci dalam menarik minat siswa serta menjadikan proses belajar lebih interaktif.

Kreativitas guru mendapat dukungan dengan diberlakukannya kurikulum merdeka, di mana guru diberikan kebebasan lebih besar dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks lokal. Dalam kurikulum ini, guru didorong untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran yang lebih personal dan relevan. Diorama sebagai salah satu media pembelajaran kreatif, memberikan fleksibilitas bagi guru untuk mengajarkan materi Pendidikan Pancasila dengan cara yang lebih menarik dan mendalam (Wulandari, dkk., 2023). Guru dapat menyesuaikan diorama dengan topik-topik lokal yang relevan, seperti peristiwa sejarah atau nilai-nilai budaya, yang memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya bagi siswa.

Regulasi mengenai peran penting guru dalam mengembangkan metode pembelajaran kreatif diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Pasal 20, disebutkan bahwa guru wajib merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, serta mengevaluasi hasil pembelajaran. Ketentuan ini menjadi dasar hukum bagi para guru untuk selalu mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif, seperti dengan menggunakan diorama sebagai alat bantu dalam mengajar Pendidikan Pancasila.

Kualitas pembelajaran yang bermutu dapat ditafsirkan melalui teori pembelajaran kognitif Piaget, yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam pengalaman konkret. Dalam konteks ini, penggunaan diorama dapat mempertemukan pengalaman visual dan kinestetik sehingga siswa lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila. Piaget percaya bahwa anak-anak belajar dengan cara berinteraksi langsung dengan dunia di sekitar mereka. Menggunakan diorama sebagai media pembelajaran, siswa dapat melihat gambaran nyata dari situasi-situasi yang mencerminkan nilai Pancasila, seperti toleransi, keadilan, dan gotong royong.

Terkait pengalaman visual dan kinestetik, dapat dikembangkan sebuah media pembelajaran berbasis visual yaitu diorama. Menurut Perdana, dkk., (2019) penggunaan media visual dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Siswa yang belajar melalui media visual, termasuk diorama, memiliki pemahaman lebih baik terhadap konsep abstrak, seperti makna gotong royong dan keadilan sosial. Media visual juga memfasilitasi diskusi kelas, yang mendorong siswa untuk lebih aktif bertanya dan berdialog. Selain membantu pemahaman siswa, penggunaan diorama juga mendorong pengembangan keterampilan sosial. Melalui aktivitas kelompok dalam membuat atau menganalisis diorama, siswa belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang ingin ditanamkan dalam pembelajaran, seperti musyawarah dan gotong royong.

Guru yang inovatif dalam merancang media pembelajaran, seperti diorama, turut berkontribusi dalam menciptakan suasana belajar yang menarik. Lingkungan belajar yang menyenangkan ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Dampaknya tentu akan positif terhadap hasil belajar siswa, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang kerap dianggap abstrak dan teoritis.

Namun, pengembangan kreativitas guru dalam mengajar melalui diorama juga harus didukung oleh fasilitas dan pelatihan yang memadai. Sekolah dan pemerintah perlu memberikan dukungan yang cukup, baik dalam bentuk penyediaan alat dan bahan untuk membuat diorama, maupun pelatihan bagi guru agar mampu memanfaatkan media ini secara maksimal. Secara keseluruhan, eksplorasi kreativitas guru dalam pengembangan diorama sebagai media pembelajaran Pendidikan Pancasila merupakan salah satu upaya penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kombinasi antara regulasi, teori pendidikan, literatur, dan temuan penelitian, jelas bahwa diorama memiliki potensi besar untuk menjadi alat bantu yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik.

Referensi

Abdurahman, Ayi. dkk. 2024. Buku Ajar Teori Pembelajaran. Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia

Perdana, D. R., Nurwahidin, M., & Erni Mustakim, E. M. (2024). Pengaruh Penggunaan Media Diorama terhadap Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila. Jurnal Basicedu Journal of Elementary Education, 8(3), 2417-2429.

Wulandari, N. S., Sekarsari, A. D., Mulyati, D., & Ramadhani, A. P. (2023). Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kreatif Dan Inovatif. Cahya Ghani Recovery.

               .Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun