Mohon tunggu...
Binti Wasik
Binti Wasik Mohon Tunggu... Guru - Guru pendidikan agama Islam

Seorang guru pendidikan agama Islam pegiat literasi hobi membaca jalan -jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puasa Ramadan Hari ke-5

17 Maret 2024   15:14 Diperbarui: 17 Maret 2024   15:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ramadhan hari ke-5 

Kulihat jam dinding di rumahku masih menunjukkan pukul 02.30 pagi. Seperti dibangunkan saja aku setiap pukul 02.30 selalu bangun untuk melaksanakan shalat tahajut tetapi karena hari ini puasa Ramadhan maka akupun menyiapkan untuk makan sahur terlebih dahulu.

semua makanan tinggal menghangatkan saja.  Tepat pukul 03.00 aku bangunkan suami untuk makan sahur bersama. Kemudian kami shalat tahajud bersama dan menunggu sampai waktu subuh.   

Dan seperti biasa selesai Salat Subuh berjamaah aku rutin membaca Surah Waqi'ah bersama-sama di mushalla kemudian aku lanjutkan sendiri membaca Al Qur'an rutin hingga pukul 05.30 pagi.

Selesai membaca Al Qur;an pekerjaanku biasanya setiap hari adalah menyiapkan sarapan untuk suami tercinta karena puasa maka aku lakukan dengan bersih-bersih tumah, mencuci piring dan baju. Sebenarnya kalau mengikuti badan inginnya tidur lagi tetapi aku ingat bahwa selesai subuh adalah waktu yang tidak baik untuk tidur lagi baik menurut kesehatan maupun menurut agama.

Begitu kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 06.00 aku buru-buru masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudhu untuk rutin melaksanakan Shalat Dhuha. Aku tidak mandi karena mandi sudah aku lakukan setelah bangun tidur sebelum shalat tahajut. Selesai berwudhu ternyata perutku terasa  ingin buang air besar, dengan perasaan agak kecewa juga terpaksa aku harus buang air besar dahulu.

Ternyata lama juga aku di dalam WC. Dengan buru-buru akupun berwudhu lagi untuk Shalat Dhuha. Kulihat jam dinding sudah menunjukkah pukul 07.00. Seandainya hari ini tidak bulan Ramadhan pasti aku sudah terlambat untuk absen  gerutuku dalam hati sambil memakai baju, pakai bedak wajah sederhana lalu memakai jilbab.

Setelah selesai bersiap waktunya aku mengambil kunci sepeda motor ternyata kunci sepeda motor aku cari kesana-kemari tidak aku temukan. Sampai aku lelah dan kecewa yang teramat sambil duduk aku menyebut nama Allah untuk memohon petunjukNya dengan keringatku bercucuran rasanya seperti baru mengangkat beban berat dengan nafas terengah-engah.

Sambil berkaca-kaca akupun mengusapkan tisu yang aku raih di atas meja di waktu itu pula aku lihat kunci sepeda motorku terlihat jatuh di bawah meja. Aku sudah tidak melihat jam dinding lagi karena kurasa aku sudah terlambat entah berapa menit.

Alhamdulillaah akhirnya dengan sedikit lega aku langsung keluar sampai aku tak sempat menggunakan kaos kaki agar tidak  terlambat absen wajah. Dengan terburu-buru kaos kaki tidak aku pakai dan akupun tak sempat memasukkan ke dalam tas karena tas sudah aku cangklong di punggung.

Akhirnya kaos kaki aku pegang tangan kiriku sambil sesekali untuk mengerem, akupun tancap gas agak melaju dengan kecepatan tinggi karena jarak tempat aku absen sekitar 3 Km dari rumahku.

Baru kali ini aku terlambat biasanya aku punya banyak waktu untuk menyambut dengan salam dan bersalaman dengan anak-anak di gerbang sekolah. Sebenaarnya jarak rumahku dekat dengan tempat sekolah tetapi aku harus absen di kantor dengan melewati sekolah tempat aku mengajar.

Jalan waktu itu cukup ramai akupun sering menggunakan rem untuk menghindari kendaraan lain. Dengan selalu meminta pertolongan Allah dan shalawat agar aku selamat. Meskipun demikian karena tangan kiriku sambil memegang kaos kaki maka dengan kesekian kalinya aku mengerem akhirnya kaos kakiku jatuh satu. Lengkap sudah kekecewaanku.  Tanpa berfikir panjang akupun  tidak berhenti aku biarkan kaos kakiku jatuh. Akupun tancap gas lebih cepat lagi.

Setelah sampai di kantor tempat aku absen wajah akupun merasa lega dan langsung kembali untuk ke sekolah. Setelah di jalan yang aku merasa kaos kakiku jatuh aku pelan-pelan menyusuri jalan barangkali kaos kakiku masih bisa ditemukan gerutuku.

Alhamdulillah dari jauh kelihatan kaos kakiku. Akhirnya sepeda motorku aku parkir di sebelah kiri dan akupun menyeberang jalan untuk mengambil kaos kaki. Dalam waktu bersamaan aku berpapasan dengan seorang kakek bejalan agak membungkuk pelan-pelan melewati kaos kakiku yang jatuh di aspal jalan.

Begitu kaos kaki aku ambil Si kakekpun menoleh ke belakang dan diapun balik kanan menghampiriku. Dengan sopan ia bertanya kepadaku "Ibu maukah ibu memberi aku uang untuk membeli makan?". Tanya kakek sambil mengusap keringat di dahinya. Sambil keheranan akupun berfikir pasti kakek sudah tak kuat lagi untuk puasa. "Kakek minggir dulu ya itu ada banyak kendaraan lewat!", sini kek"!.

Aku ajak kakek untuk minggir  turun dari tepi aspal. Sambil aku mengeluarkan uang dari tas Si kakek bertanya kembali "Ibu guru ya?". sambil memandangiku dan melihat kendaraanku yang aku parkir di seberang jalan. "Ya kek lalu aku balik bertanya: "Kakek rumahnya mana dan akan ke mana?" "Rumahku di desa Mlandangan situ, aku mau ke pasar, terima kasih ya Bu" Jawab kakek sambil menerima uang yang aku berikan. "Hati-hati ya Kek, harusnya kakek lewat sebelah kiri kalau mau ke pasar jawabku sambil tanpa banyak kata lagi aku sambil mengajak kakek untuk menyeberang bersamaku. Akupun terburu-buru karena waktu terus berjalan.

Setelah istirahat di sekolah aku baru sadar ternyata apa yang aku lakukan di pagi hari tadi adalah skenario Allah swt agar aku memberikan Sebagian rizkiku kepada kakek tadi.  Terkadang kita merasa kecewa apa yang terjadi pada diri kita tanpa berfikir sebenarnya di balik kejadian pasti ada hikmah dan skenario Allah swt. Al Hamdulillah Ya Allah aku sudah menyadarinya dan mengambil hikmah dari sebuah kejadian pagi tadi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun