Mohon tunggu...
Binti Wasik
Binti Wasik Mohon Tunggu... Guru - Guru pendidikan agama Islam

Seorang guru pendidikan agama Islam pegiat literasi hobi membaca jalan -jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ta'zim Murid Tak Lengkang Waktu

6 November 2023   18:55 Diperbarui: 6 November 2023   19:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Takzim Murid tak Lengkang Waktu

Oleh: Binti Wasi'atul Ilmi

Guru PAI SDN 1 Ngepeh Loceret Nganjuk

Kata takzim asalnya dari kata serapan azzama yuazzimu taziman. Takzim adalah sebuah bentuk penghormatan ataupun wujud kepatuhan pada figur yang disegani oleh individu, berdasar hal ini yang dimaksud adalah seorang kyai atau guru. Karena tanpa adanya guru atau seorang kyai kita tidak dapat mengetahui banyak hal atau mendapatkan banyak ilmu, baik ilmu umum ataupun agama. Jadi takzim adalah penghormatan atau memuliakan murid kepada guru

Seorang murid haruslah sanggup menempatkan kedudukan guru di posisi yang tepat. Hal itu disebabkan murid banyak mengkonsumsi rohani yaitu ilmu yang diperoleh berdasarkan segi pendidikan daripada pengajaran dan lebih banyak diperoleh melalui guru dibandingkan orang tua. Terutama pendidikan Akhlak yaitu pendidikan yang banyak memberikan ikatan kuat dengan konsep penghormatan seorang murid pada guru ataupun ilmunya.

Akhlak yang terpuji hanya dipunyai mereka yang mempunyai ilmu atau akhlak yang mulia. Berawal dari rasa hormat yang ada pada diri seorang murid, seperti memuliakan guru dan keluarganya, ber-akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari, tidak membantah perkataan guru selagi tidak menyimpang dari syariat, mematuhi peraturan guru, dan lain sebagainya. Dengan memiliki sikap takdzim terhadap guru ketika sedang menuntut ilmu, diharapkan ilmu yang diperoleh bisa memberikan kefaedahan, kemanfaatan, dan keberkahan baik bagi dirinya murid sendiri maupun orang lain, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Dan saat ini penting sekali pendidikan akhlak ditanamkan kepada murid kita yaitu membekali dengan etika, karakter, akhlak, pola pikir yang selaras pada ajaran agama. Hal ini berujuan supaya manusia tidak masuk ke jalan yang buruk, sebab dengan adanya kepribadian yang baik dan tuntunan ajaran agama yang baik bisa memperbaiki akhlak seseorang agar menjadi manusia yang sempurna (insan kami) dan ketiadaan sikap takzim bisa menyebabkan seseorang yang pintar sekalipun akan merasa dirinya lebih pintar dan hebat dibandingkan gurunya sendiri meskipun pada kenyataannya memang murid lebih pintar tetapi sikap takzim seorang murid sangat penting bagi dirinya karena sebagai bentuk penghormatan dan mengagungkan gurunya yang telah mentransfer ilmunya.

Konsep inilah salah satu yang mendasari dalam menanamkan akhlak terpuji kepada muridku. Dan akhlak antara guru dan murid sangat penting apalagi ketika masih dalam proses pendidikan berlangsung. Seperti sebuah kisah yang berhubungan dengan hal ini, yaitu kisah murid yang memiliki takzim yang tak lengkang waktu. Kisah ini dimulai ketika di kecamatanku semua insan Pendidikan PAUD, TK, dan SD mengadakan acara halal bi halal. Acara berjalan dengan lancar mulai pembukaan, sambutan-sambutan lantunan shalawat, sampai pada acara inti ceramah halal bi halal oleh seorang Dai dari daerah kecamatan aku berasal. Akupun tak begitu bertanya siapa dainya karena kecamatan adalah wilayah yang luas  ada banyak desa-desanya. Akan tetapi ketika sang dai di sebutkan namanya untuk naik ke podium bagiku tidak asing nama itu, akhirnya penasarankupun terjawab bahwa dai itu adalah muridku ketika aku belum menjadi PNS, akupun menikmati ceramahnya dengan sesekali ikut tertawa dan teringat masa kecilnya yang masih polos dan lucu. Ceramahnya begitu dinikmati oleh semua yang hadir karena memang lucu dalam membawakan isi ceramahnya sehingga suasana tidak ada yang mengantuk. Melihat gaya dan cara berceramah memang terlihat beliau sudah terkenal. Ternyata hanya aku saja yang tidak mengenal dai tersebut dan tidak menggetahui sepak terjangnya.

Lebih dari 23 tahun aku tidak bertemu seandainya tidak mengetahui dan mengenal sangat wajar ketika aku mengajarkan ilmu padanya badanku masih ramping tetapi sekarang sudah jauh berbeda sekarang gemuk sekali. Akupun bangga dengan keberadaan muridku yang sudah menjadi dai terkenal bermanfaat bagi banyak orang sungguh aku merasa Bahagia ikut menjadi bagian dari proses pendidikannya. Aku juga berfikir apakah jika aku menyapa masih mengingatku atau tidak sedang sekarang menjadi orang terkenal. Akupun tak memperdulikan hal itu rasa bangga Bahagia melihat murid sudah merupakan hadiah besar bagi seorang guru.

Ceramah halal bi halal selesai  dilanjutkan dengan musafahah atau bersalaman Bersama. Akupun ikut bersalaman dengan dai tersebut tetapi rasanya tidak ada kesempatan untuk menyapa. Musafahah selesai dan begitu selesai semua orang menghampiri dai untuk berfoto dan menyapa. Akhirnya akupun ditengah-tengah banyak orang berkerumun aku beranikan diri untuk menyapa "Gus masih ingat saya" beliaupun langsung menjawab siapa ya bu, wah siapa ya saya kok lupa? Sambil melayani foto dan sapaan orang lain, bagiku sudah cukup jawabannya karena tidak ada kesempatan seperti yang lain dan kalaupun tak ingat juga sangat wajar. Akhirnya aku ikut membereskan barang-barang yang mungkin masih berserakan kiarena acara sudah selesai dan di tengah-tengah aku membereskan barang-barang aku dihampiri dai tadi dengan mencium tanganku selayaknya seorang murid bertemu gurunya sambil mengatakan ibu siapa ya saya betul-betul lupa tetapi saya ingat sekolah saya dahulu di kelas satu akhirnya akupun mengatakan namaku dan beliaupun mengingat betul bahkan suamiku juga menjadi guru di kelas 6 nya  karena ketika beliau menjadi murid antara aku dan suamiku belum menikah. Hanya ada perbincangan sebentar sambil diajak foto dan sapaan dari orang-orang yang hadir tetapi bagiku lebih dari cukup seorang murid masih mengingat gurunya dan masih memiliki rasa ta'zim meski menjadi dai terkenal.

Akhirnya beberapa orang menghampiriku dan bertanya "Bu Gusnya tadi kok mencium tangan apa masih saudara?" akupun menjawab dengan bangga bahwa itu tadi muridku waktu masih duduk di kelas 1 dan semua bergumam keheranan yang intinya sungguh seorang murid yang masih takzim dengan gurunya meski terkenal. Mudah-mudahan ta'zim murid dengan gurunya tidak akan lengkang oleh waktu kapan dan di manapun dengan Pendidikan yang diberikan seorang guru. Wallahu A'lam bi Shawab.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun