Mohon tunggu...
Binti Wasik
Binti Wasik Mohon Tunggu... Guru - Guru pendidikan agama Islam

Seorang guru pendidikan agama Islam pegiat literasi hobi membaca jalan -jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Aku Menjadi Guru

2 November 2023   12:20 Diperbarui: 2 November 2023   16:16 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengapa Aku Menjadi Guru

Oleh Binti Wasi'atul Ilmi, S.Ag., M.Pd.I.


Jauh sebelum terlintas cita-cita di papan kantor sekolah tempatku menuntut ilmu ketika masih di bangku sekolah dasar terpampang motto " Aku Bukan Orang Hebat Tetapi aku mencetak Orang-Orang Hebat", itu adalah motto yang selalu aku baca dan selalu memberiku inspirasi akan cita-citaku ke  sekolah waktu itu. Dan saat itu aku berfikir bahwa guru adalah profesi yang hebat, karena akan mewujudkan orang-orang hebat meskipun dalam motto tertulis bukan hebat. 

Ternyata memang benar motto tersebut  mengandung makna yang dalam dan luar biasa yang tidak menunjukkan kehebatan guru tetapi justru di dalamnya penuh kehebatan sebagai seorang guru sehingga bisa menjadikan orang-orang hebat karena mengandung perjuangan yang tulus tanpa adanya tendensi apapun untuk mewujudkan muridnya menjadi orang hebat. 

Waktu itu bagiku guru adalah sebuah profesi yang mulia. Bahkan guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu aku dengar ketika lagu Hymne guru dilantunkan dan aku mendengar sejak duduk di bangku sekolah Dasar. 

Aku berfikir arti dari pahlawan tanpa tanda jasa adalah pahlawan yang berjuang tapi tidak dengan perang, guru akan berjuang melawan kebodohan untuk muridnya dan ternyata jauh dari itu artinya sebagai guru selalu mengupayakan yang terbaik dan maksimal untuk menjadi panutan dan memberikan ilmu bermanfaat kepada muridnya.

Sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa juga memiliki arti sebagai guru yang berani dan rela berkorban tanpa memikirkan timbal balik apapun. Para pahlawan pendidikan ini juga senantiasa mengajarkan ilmu dengan tulus kepada murid-muridnya. Melihat semua pencapaian kesuksesan yang telah kita raih saat ini, tentunya tak lepas dari jasa Ibu Bapak guru yang telah menuntun, mengajar, dan mendidik dengan penuh keikhlasan.

Pada saat aku diajarkan oleh guruku, waktu itu aku juga mendapatkan pelajaran bahwa "Guru itu digugu lan Ditiru" saat itu guru adalah segalanya seehingga keinginanku menjadi guru semakin kuat. 

Lalu aku juga berfikir semboyan bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yaitu "Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tutwuri Handayani" selalu menginspirasiku Ing Ngarso Sung Tulodo yang artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. 

Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Semboyan Tut Wuri Handayani ini kini menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. 

Dan ternyata cara berpikir tersebut mengandung makna, sikap mental, dan perilakunya tercermin dalam keseharian di depan dan diluar kelas, menjadi contoh teladan bagi anak-anak yang berada dalam asuhannya. Seorang yang tidak dapat memimpin diri sendiri, mustahil akan dapat menjadi seorang guru yang baik.

Setelah aku duduk di bangku SLTA pengetahuanku tentang guru bertambah dengan memahami salah satu tugas guru yaitu mengajar dan mendidik. Mengajar artinya proses menyampaikan ilmu kepada peserta didik sehingga menjadi pintar, cerdas, pandai. 

Sedangkan mendidik adalah proses menjadikan peserta didik menjadi baik, sopan santun,jujur, bertanggung jawab, atau dengan kata lain membentuk karakter peserta didik. 

Kesimpulannya mendidik adalah memproses peserta didik menjadi baik, sedangkan mengajar adalah memproses peserta didik menjadi pintar. Dan ini adalah menjadi tugas utama dan tanggung jawab setiap guru yang dilaksanakan dengan ikhlas tentunya.

Selain itu guru tidak pernah mengharapkan kalau siswanya akan membalas jasanya kelak apabila dia sudah sukses. Bagi guru, adalah suatu kebahagiaan ketika siswanya sudah jadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Kebahagiaan itu menenangkan dan membuat orang merasa bangga dan puas atas apa yang dilakukannya.

Dan yang tidak kalah penting mengapa aku menjadi guru pahala yang selalu mengalir dengan memanfaatkan ilmunya selalu menjadi pionir guru untuk terus menyemangatinya dan sebuah hadis  yang sama-sama kita ketahui bahwa salah satu dari amalan yang akan selalu mengalir kepada kita meskipun kita sudah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat. 

Profesi guru memberikan ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalir pahalanya, meskipun ia sudah meninggal. Tentunya syarat untuk ini adalah ikhlas. 

Di samping itu dalam hadis Rasulullah saw  dijelaskan bahwa " Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" artinya ketika kita bermanfaat bagi orang lain dengan mengamalkan ilmu yang kita miliki kita sampaikan dan akan dilakukan oleh orang lain tersebut maka inilah orang yang bermanfaat bagi orang lain.


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun