Mohon tunggu...
Binti Munir
Binti Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis 45 antologi dan 3 buku solo

Penulis dengan nama Pena "Atiek Munir", yang memiliki hobi membaca, menulis, traveling dan memotret. Kadang bersemangat bila bertemu dengan orang-orang yg sefrekuensi. Kadang bisa bersemangat pula di saat sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Love

Orang-orang Pilihan

21 September 2024   15:03 Diperbarui: 21 September 2024   15:05 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah peron kereta api seekor kucing berwarna orens terlihat menanti belas kasih dari sebagian para penumpang yang tengah makan dengan lahapnya dengan ayam goreng menjadi lauknya. 

Matanya yang berwarna hijau nampak berkaca-kaca dan tak bisa dipungkiri oleh pandangan mata yang iba menatapnya.

Kucing orens terus menanti sisa makanan dari sebagian penumpang yang tengah makan bahkan kadang berjalan dan sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang lalu lalang. Namun tetap tak ada yang peduli.

Sepasang mata perempuan ternyata diam-diam memperhatikan kejadian itu yang agaknya Ia seorang cat lovers. Bergegas Ia membeli ayam goreng dari lapak yang terletak tak jauh dari situ. 

Meskipun Ia harus merelakan tiket keretanya berkurang sebab lapaknya berada di luar tap kereta. Meski Ia harus mengeluarkan lembar uang berwarna hijau, Ia tak peduli. Yang penting kucing orens itu bisa makan pikirnya.

Kucing orens akhirnya bisa menikmati juga sayap ayam hasil pemberian sang cat lovers. Matanya berkaca-kaca hingga mengeluarkan air mata dan mengeong kecil saat sang cat lovers mengelusnya mungkin tanda ucapan terimakasihnya pada sang cat lovers.

Selesai menunggui kucing orens makan sang cat lovers membuang sampah bekas makan si kucing ke tempat sampah. 

Pemandangan yang sering terlihat dimanapun khususnya di beberapa stasiun di beberapa daerah ada banyak kucing liar di sana. 

Yang tertidur di kursi peron, yang duduk di tangga stasiun atau ikut menunggu kereta datang padahal mereka tak ikut naik. Tak heran jika mereka menjadi makhluk yang menyebalkan dan merepotkan bagi yang tidak menyukainya. Bahkan sampai ada yang tega menyakitinya.

Namun bagi para cat lovers kucing itu makhluk yang menggemaskan. Bisa menjadi teman dan sahabat kala mereka kesepian dan merasakan kesedihan. 

Cat lovers rela tidak makan asalkan kucingnya bisa makan. Membawanya ke dokter hewan bila sakit padahal sang cat lovers jika sakit hanya minum obat warung atau sekedar istirahat sebagai terapinya. Bahkan pengeluaran makan cat lovers jauh lebih sedikit dari hewan peliharaannya. 

 Para cat lovers seperti ini boleh dibilang adalah orang-orang pilihan dan mungkin jumlahnya sedikit. Karena mereka berpikir saat mereka memelihara kucing mereka akan menganggap keluarga. Susah senang harus tetap bersama mereka hingga akhir hayat mereka.

Mereka berpikir itu adalah salah satu sedekah mereka. Karena sedekah itu tidak cuma berhubungan dengan uang dan antar manusia, tetapi juga dengan hewan. Mereka adalah orang-orang pilihan dan jumlah mereka sedikit. Biarkan mereka menjadi orang yang sedikit itu. Biarkan mereka bersedekah dengan caranya. Bagi yang tidak menyukai kucing janganlah menyakitinya bila tidak mau memberinya sisa makanan. 

Bagi cat lovers, empati dengan kucing liar boleh saja dan sah-sah saja. Tetapi harus lah tetap menjaga dan memperhatikan kebersihan area tempat umum saat memberikan makanan. Karena boleh jadi orang-orang yang tidak menyukai kucing akan semakin tidak menyukai kucing jika kita tidak memperhatikan kebersihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun