Mohon tunggu...
Binti Alfi Laila Nur Ashikin
Binti Alfi Laila Nur Ashikin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa semester 6. Saya mengambil jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah atau dikenal dengan istilah PGMI. Saya bercita-cita menjadi seorang pendidik yang profesional. Pengalaman saya pernah mengikuti beberapa lomba dalam tingkat nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying Sering Terjadi di Lingkungan Sekolah dan Berdampak Bagi Psikologis Anak

26 Februari 2024   14:14 Diperbarui: 26 Februari 2024   14:34 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Usia sekolah merupakan masa penting dalam perkembangan fisik dan mental anak. Namun di tingkat sekolah, kejadian seperti bullying yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seorang anak sering terjadi. Kasus bullying di sekolah merupakan permasalahan serius yang perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. 

Bullying diartikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan dengan sengaja dan berulang kali oleh seorang siswa atau sekelompok siswa dengan tujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi siswa lain. Hal ini berdampak pada kondisi fisik, kesehatan mental, hingga penurunan prestasi.

Tidak jarang kita mendengar kejadian bullying di sekolah. Siswa yang dianggap lemah seringkali menjadi sasaran bully. Korban bullying merasa sulit untuk melindungi dan membela dirinya sendiri. Lalu apa yang menyebabkan seseorang melakukan bullying? Keinginan untuk melakukan bullying sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya. 

Namun, ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan terjadinya bullying, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial, maupun diri individu itu sendiri. Adapun penyebab bullying di sekolah adalah sebagai berikut:

  • Rasa ingin mendominasi: beberapa siswa merasa lebih kuat atau lebih baik dari korbannya, mereka menggunakan bullying sebagai cara untuk mendominasi siswa lain.
  • Kurangnya empati: kurangnya pendidikan empati membuat siswa kurang berempati terhadap perasaan korban dan cenderung mudah terlibat dalam perilaku bullying.
  • Pengaruh lingkungan: lingkungan di sekitar pelaku bullying, seperti keluarga, masyarakat, dan teman sebaya dapat mempengaruhinya untuk melakukan bullying.
  • Pola asuh orang tua: pola asuh yang tidak sehat membuat siswa cenderung akan melakukan bullying. Pola asuh tersebut dapat berupa kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anak, terlalu membebaskan pergaulan anak, maupun terlalu keras dalam mendidik anak.
  • Siswa yang melakukan bullying pernah menjadi korban bullying.

Bullying di masa sekolah memiliki dampak yang signifikan terhadap masa depan seseorang, dengan dampak jangka panjang dan berbahaya baik bagi pelaku maupun korbannya. Siswa yang menjadi korban bullying akan merasakan dampak yang lebih parah. Dampak bullying yang dirasakan oleh korban bullying di sekolah antara lain:

  • Perasaan takut dan cemas: siswa korban bullying di sekolah akan merasa takut pergi ke sekolah. Ia cenderung mengasingkan dirinya dari teman-teman sekelasnya karena merasa tidak aman berada di lingkungan sekolah.
  • Hilangnya rasa percaya diri: siswa korban bullying di sekolah merasa dirinya buruk dan tidak pantas untuk melakukan berbagai hal. Hal ini membuatnya sulit menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk teman.
  • Gangguan belajar: siswa korban bullying di sekolah biasanya mengalami kesulitan konsentrasi dalam belajar di sekolah sehingga berdampak pada menurunnya prestasi akademik.
  • Memicu gangguan mental: siswa yang menjadi korban bullying di sekolah dapat mengalami depresi, stres, gangguan kecemasan, bahkan menyebabkan tindakan untuk menyakiti dirinya sendiri.

Kasus bullying di sekolah merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah. Seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, staf, siswa, maupun orang tua harus berperan aktif dalam mengatasi bullying di sekolah. Pihak sekolah harus menerapkan kebijakan anti-bullying dalam seluruh kegiatannya dan memberikan sanksi kepada pelaku bullying. Selain itu, sekolah dapat meningkatkan pengawasan terhadap perilaku dan hubungan siswa untuk menciptakan iklim sekolah yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun