Mohon tunggu...
Bintan NurulAzkiya
Bintan NurulAzkiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Biologi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Si Kecil Pengurai Cemaran Minyak

8 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 8 Juni 2023   18:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan otomotif di Indonesia meningkat sangat pesat ditandai dengan banyaknya kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai lebih dari 141 juta unit pada tahun 2021. Data itu terangkum dalam catatan Badan Pusat Statistik. Besarnya jumlah penggunaan kendaraan bermotor menjadi perhatian tersendiri karena meningkatkan jumlah penggunaan oli yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah buangan limbah oli yang dihasilkan. Tidak tersedianya sarana pembuangan limbah oli bekas di bengkel-bengkel rakyat menyebabkan meningkatnya kontaminasi tanah akibat pembuangan limbah oli bekas. Sementara itu, bengkel-bengkel rakyat masih merupakan tempat yang banyak dimanfaatkan oleh para pengemudi mobil dan sepeda motor sebagai tempat mengganti oli kendaraan mereka karena biaya yang relatif murah. 

Minyak pelumas atau oli merupakan hasil produk olahan minyak bumi. Minyak bumi merupakan salah satu contoh dari limbah organik yang berupa senyawa hidrokarbon. Bila senyawa hidrokarbon berada dipermukaan tanah, maka senyawa tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk kedalam tanah dan dalam jangka waktu yang lama senyawa tersebut akan mengendap sebagai zat racun, Hal ini akan menyebabkan terganggunya ekosistem dan siklus air pada tanah. 

Mengingat dampak yang ditimbulkan, maka dibutuhkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran tanah akibat hasil olahan minyak bumi tersebut. Namun, untuk membersihkan pencemaran minyak bumi bukan lah suatu hal yang mudah. Hal ini dikarenakan, mikroba tanah membutuhkan waktu yang lama untuk  dapat menguraikan senyawa-senyawa berbahaya tersebut. Oleh sebab itu, upaya mempercepat proses pemulihan lingkungan perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi bioremediasi. 

Bioremediasi merupakan metode penguraian suatu kontaminan dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme dengan cara mengubah kontaminan menjadi bentuk senyawa lain yang tidak beracun dan berbahaya. Mikroorganisme yang banyak hidup dan berperan di lingkungan yang mengandung hidrokarbon adalah bakteri. Beberapa jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan dalam proses bioremediasi diantaranya yaitu Pseudomonas, Micrococcus, Staphylococcus, dan  Bacillus.

Pada mulanya, bakteri diperbanyak terlebih dahulu di laboratorium. Setelah bakteri siap, maka bakteri tersebut akan ditebar di area yang tercemar. Bakteri ini lah yang akan memakan minyak dan menguraikannya menjadi senyawa yang lebih sederhana. Minyak yang mencemari tanah awal nya bersifat racun dan berbahaya kini telah terurai menjadi senyawa yang tingkat toksisitasnya berkurang bagi lingkungan. Penggunaan teknik Bioremediasi ini dinilai dapat membantu menangani bencana lingkungan karena teknik ini dapat membersihkan cemaran minyak lebih optimal dan mengubahnya menjadi senyawa tidak toksik. Selain itu, Bioremediasi ini sering digunakan karena relatif murah, efektif, efisien dan ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun