Mereka nyata-nyata menunjukkan penentangan dan perlawanan terhadap negara, Pancasila dan Merah Putih. Mereka ingin melepaskan diri dari NKRI, merubah ideologi Pancasila dan mengibarkan bendera selain merah putih di bumi Indonesia. Hati mereka diliputi kebencian.
Sesungguhnya, diberi peringatan ataupun tidak adalah sama saja bagi mereka. Hati mereka membatu. Hukumlah mereka dengan berat bila tidak bersegera kembali ke pangkuan ibu Pertiwi. Mereka tidak sekali-kali mampu menolak bencana atas dosa-dosa/kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.
Tidak ada kata ampun bagi pemberontak!
III. GOLONGAN MUNAFIK
Mereka adalah perusak berkedok penolong! Pengkhianat bertopeng pahlawan! Hati mereka bertentangan dengan lisannya dan lisannya tidak seiring perbuatannya. Kecintaannya terhadap diri sendiri melebihi cintanya terhadap saudara, negara bahkan Tuhannya.
Mereka selalu mengatakan, “Kami sangat mencintai negara ini dan selalu mengadakan perbaikan atasnya, serta akan memberikan apa saja yang kami miliki untuk negara!”
Tetapi apa yang terjadi?
Mereka justru merusak serta membangkrutkannya!
Mereka pandai berdebat dan berbantah-bantahan, mengumbar janji-janji yang tak pernah mereka berniat menepati, mencampur-adukkan antara yang hak dengan yang batil serta menyembunyikan kebenaran sedang mereka mengetahui, merasa bangga atas segala sesuatu yang belum dikerjakan serta mengatakan apa-apa yang tiada pernah mereka mengerjakannya. Tidaklah mereka beriman kecuali setipis kulit bawang, bahkan lebih tipis dari pada itu. Mereka FAKIR AKHLAK!
Ucapan mereka tentang dunia sangat menarik hati. Tidak jarang dipersaksikan isi hatinya di hadapan Tuhan demi meraih simpati. Padahal mereka adalah pendusta-pendusta ulung. Penentang-penentang paling keras terhadap kebenaran. Mereka hendak menipu manusia, kalaupun bersumpah, mereka menjadikan sumpahnya sebagai alat untuk menipu.