MENGAPA HARUS "DI SINILAH..."Â
           TAK LAGIÂ
         "DI SANALAH..."
MERDEKA, MERDEKA. MERDEKA..!
Sebelumnya ijinkanlah saya mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia berkaitan dengan usulan ini. Sungguh, tiada maksud apapun kecuali semata-mata demi kebaikan semesta Indonesia, agar terjadi kemanunggalan jiwa generasi pasca 45 dengan tanah airnya yang saat ini sudah "Di sini" di genggaman tangan ini.
Terus terang saya sudah memikirkan perihal ini semenjak masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar, sekitar tahun 1975-an, dimana saya merasakan suatu kehampaan saat menyanyikan ataupun mendengarkan lagu Indonesia Raya, menurut saya lagu tersebut telah kehilangan DAYA MAGIS-nya karena tak mampu meyentuh rasa maupun asa anak bangsa (dibaca: generasi pasca 45).
Awalnya saya berusaha menepis rasa itu, namun akhir-akhir ini saya merasakan dorongan yang semakin hari terasa semakin kuat agar saya segera mengungkapkannya, karena hal ini erat kaitannya dengan elastisitas ikatan bathin antara alam bawah sadar dan kesadaran intelektual generasi pasca 45 terhadap tanah airnya.Â
Karena itulah kemudian saya mencoba merenung memohon petunjuk Tuhan YME untuk mencari jawaban atas apa yang saya rasakan selama ini, karena saya sangat yakin bila di dalam lagu kebangsaan tersebut pasti terdapat KATA KUNCI yang bisa mengaktifkan gelombang energi maha dahsyat yang mampu mempengaruhi nasionalisme para pelantun maupun pendengarnya. Â
Alhamdulillah, akhirnya pencarian kebenaran atas rasa itupun mendapatkan jawaban, RAHASIA BESAR DI BALIK lagu Indonesia Rayapun ditampakkanNya.Â
Maka diawali dengan ucapan Bismillah, saya tulis surat ini untuk mengusulkan sesuatu yang mungkin selama ini dianggap tabu, yaitu ; PENYELARASAN SATU KATA DALAM LAGU INDONESIA RAYA.
Meskipun hanya menyelaraskan satu kata namun mengandung arti dan atau makna yang amat-amat sangat fundamental, karena sesungguhnya kata yang saya usulkan untuk diselaraskan ini adalah TOMBOL yang atas berkat rahmat Tuhan YME mampu menggerakkan jiwa generasi pasca 45 untuk mencintai negaranya sebagaimana mereka mencintai dirinya sendiri, bahkan bisa lebih dari pada itu, dimana mereka akan mencintai negaranya melebihi cintanya pada diri sendiri.Â