Mohon tunggu...
Bintang Shaa
Bintang Shaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - she/her

Saya seorang mahasiswa yang suka menulis berbagai hal di waktu senggang

Selanjutnya

Tutup

Diary

Alas Kaki di Dalam Taksi

25 Juni 2023   18:59 Diperbarui: 25 Juni 2023   19:30 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata pribadi dari si penulis.

Kisah ini terjadi kira-kira, di tahun 2005 saat seorang anak perempuan ini masih balita. Seorang ibu bersama anak tunggal perempuannya yang masih balita di dalam taksi. Mereka dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan rutin si anak.

Anak balita ini sedang menikmati perjalanannya bersama sang ibu sambil bercengkerama dan bercanda hingga suatu ketikaibunya melepas alas kakinya sejenak agar kakinya sedikit "bernapas". Si anak balita ini merengek ketika melihat ibunya melepas alas kakinya di dalam taksi, "Ibu.. sandalnya jangan dilepas.. Nanti ketinggalan." saut anak balita dengan nada yang manja sambil memelas. Sang ibu menjawab, "Iyaa.. ibu akan pakai lagi sandalnya. Lagipula sandalnya gak akan tertinggal. 

Nanti ibu pakai ketika sudah mau sampai." "Tetap saja.. nanti sandalnya takut tertinggal jika tidak dipakai." tambah si anak balita itu dengan manja. Sang ibu hanya tertawa kecil sambil tersenyum melihat tingkah anaknya. Lalu kembali memakai alas kakinya.

Ya. Anak balita itu selalu saja bertingkah demikian ketika ibunya melepas alas kakinya di dalam taksi. Anak ini khawatir jika ibunya melepas alas kakinya di dalam taksi maka nantinya alas kakinya akan tertinggal di dalam taksi ketika sudah turun dari taksi. Padahal jika dipikir dengan nalar, tidak mungkin alas kaki akan tertinggal di dalam taksi. Karena pasti kita sendiri akan "sadar" ketika sedang memakai ataupun tidak memakainya, kecuali memang dengan tidak sengaja tertinggal karena memang sepenuhnya lupa, tentunya akan berbeda kasusnya.


18 tahun kemudian, anak balita yang melarang ibunya melepas alas kaki di dalam taksi ini, telah tumbuh dewasa sebagai gadis berusia 21 tahun. Sejak 18 tahun lalu hingga saat ini, ia selalu rutin pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutinnya. Namun sejak dia menginjak usia 19 tahun, ibu yang selalu mendampinginya telah wafat. Sehingga cukup sulit baginya untuk melakukan pemeriksaan rutin itu tanpa ibunya.

Suatu ketika, dia pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin. Dia melakukan pemeriksaan rutin itu di hari Senin yang dimana merupakan hari tersibuk di rumah sakit karena lebih ramai daripada hari lainnya.

Anak perempuan ini, telah tiba di rumah sakit sejak pagi untuk pemeriksaan darah rutin, konsultasi dokter, menebus obat, lalu makan siang, kemudian jajan kudapan kesukaannya di minimarket setempat, bahkan hingga menumpang ibadah shalat sejenak di mushola rumah sakit yang mana jaraknya antar tempat tersebut cukup berjauhan. Bisa dibilang satu hari Senin itu dia mengelilingi area rumah sakit itu dengan berjalan kaki dari pagi hingga sore. Hari Senin itu cukup melelahkan, anak perempuan itu kemudian pulang dengan taksi online jam 5 sore tepat dimana waktu sore tersibuk di jalan.

Di dalam taksi, anak perempuan ini hendak merehatkan diri sejenak dengan menyandarkan punggung pada jok kursi lalu menaruh tas beserta kantong berisi jajanannya dari rumah sakit disampingnya. Kemudian ketika ia hendak merehatkan kakinya, ia memulai dengan melepas sepatunya, kemudian meluruskan dan mereggangkan kaki polosnya, sehingga kakinya bisa sedikit "bernapas". Saat itu juga seketika, ia merasa teringat kembali ke 18 tahun lalu dengan momen yang sama, ketika ibunya hendak merehatkan kaki dari alas kaki, lalu ia meminta ibunya untuk tetap memakai alas kaki selama di dalam taksi agar tidak tertinggal.

Anak perempuan itu seketika menyilangkan kakinya sambil membatin, "Hmm.. ibu, aku melepas sepatuku di taksi karena kakiku cukup penat." "Dulu aku selalu merengek jika ibu melepas alas kaki saat di dalam taksi supaya tidak ketinggalan." Ucap anak perempuan itu sambil berkaca-kaca. "Sekarang aku mengerti mengapa ibu melepas alas kaki ketika di dalam taksi. Betapa melelahkan dan penatnya setelah seharian penuh beraktivitas dengan agenda di rumah sakit hari ini. Konsultasi dengan dokter, mengantri untuk menebus obat, pemeriksaan darah rutin di laboratorium, lalu kemudian baru menyempatkan diri untuk makan siang dan shalat. 

Semua itu dulu ibu lakukan demi menemaniku saat berobat. Lalu sekarang aku melakukan yang sama seperti ketika ibu menemaniku saat pemeriksaan rutin." "Kakiku memang terasa penat dan sakit. Makanya, aku rasa akan cukup melegakan sejenak jika kakiku dibiarkan polos tanpa alas kakinya sejenak selagi dalam kendaraan di perjalanan." Batin anak perempuan ini sambil menangis di dalam hati dengan sesak. Dia kembali teringat dengan seluruhnya akan momen-momen bersama ibunya di masa kecil kala itu. 

"Tenang saja bu, sepatuku tidak akan tertinggal. Nanti ku pakai ketika sudah mau sampai rumah." Saut anak perempuan itu kepada almh. ibunya, seakan-akan ibunya ada bersamanya dan mengobrol dengan ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun