Mohon tunggu...
Bintang Langit
Bintang Langit Mohon Tunggu... -

menuangkan isi kepala dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kamu yang Diakui, Bukan Kelakuan Hina Ibumu....

13 Maret 2012   09:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:07 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidupuku awalnya memang dibulang baik-baik saja.  Hidup damai dengan segala kebutuhan dari orangtua lengkap. Di kampuspun aku selalu di kelilingi teman-teman baik laki-laki dan perempuan yang selalu perhatian kepadaku. Orangtuaku mempunyai dua anak dan aku adalah anak terakhir. Anak yang selalu di manja oleh kedua orangtuaku. Tapi semuanya berubah ketika ayah yang menjadi topangan bathinku meninggalkan kami. Selain meninggalkan rasa sedih ayah juga meninggalkan banyak masalah. Semua baru kami ketahui setelah ayah meninggalkan kami. Soal ayah yang sudah menikah diam-diam dan menghasilkan dua orang anak. Ayah yang meninggalkan hutang dimana-dimana.

Kami sekeluarga kaget sekali mengapa papa sangat rapat menutupi semuanya selama hampir 10 tahun ini. Kami sama sekali tidak pernah curiga atas perubahan ayah karena semenjak dulu ayah memang selalu dibebani kantornya untuk pergi dinas dan memakan waktu cukup lama. Dalam sebulan ayah pasti ada jadwal seminggu atau dua minggu keluar kota dan kami percaya dan tidak ada sedikutpun curiga dengan prilaku ayahku.

Ibuku pasti kecewa tapi semua sudah terjadi dan ibuku pula yang melunasi hutang-hutang ayahku dengan kemapuannya membuat kue. Ibu tidak memperdulikan anak-anak dari istri muda ayahku karena ibu tidak yakin kalau anak-anak itu adalah anak dari ayahku.

Dan aku sendiri menjadi jiwa yang sepi. Jiwa yang haus akan kelembutan laki-laki. Karena aku tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari ibuku yang notabene lebih memfokuskan dirinya untuk biaya hidup kami dan melunasi hutang-hutang ayahku.

Ketika suatu ketika aku bertemu dengan arif hidupku makin sempurna. Walaupun aku tahu arif sudah beristri dan memiliki anak. Tapi perhatian dan kasih sayangnya membuat aku lupa diri dan aku sebut ini adalah takdir bahwa aku harus berpacaran dengan suami orang. Walaupun kasih sayang dan perhatian arif selalu dibumbui dengan berhubungan seks tapi aku menikmatinya. Selama hampir dua tahun aku melakukan hubungan ini tanpa sedikitpun diketahui oleh istrinya. Ibuku awalnya marah karena dia trauma dengan kelakukan suaminya yang notabene ayahku. selingkuh bertahun-tahun dengan orang lain dan menghasilkan anak pula. Tapi kami bisa menutupi hubungan kami karena mas arif yang selalu baik dengan keluargaku.

Namun semuanya berubah ketika aku hamil. Aku perempuan yang baru berusia 20 tahun ini harus hamil dari laki-laki yang sudah beristri. Jika dulu ayahku menikahi perempuan selingkuhannya walaupun dinikahi secara siri tapi tidak dengan aku. Mas arif pergi begitu saja tanpa mau bertanggung jawab. Selama 9 bulan aku "dibuang" ke kota asal pembantu rumahku biar tidak malu dengan saudara dan tetanggaku.  Dulu aku selalu membayangkan betapa bahagianya masa-masa kehamilan tapi saat ini aku sangat tersiksa. Aku merasakan sendiri tanpa ada orang yang memperhatikanku termasuk orang yang telah menanam benih diperutku. Aku bagaikan sampah yang dibuang. Aku dipandang seperti pelacur jalanan. Aku seperti binatang yang menjijikan.Aku benci dengan mas arif. dia bajingan dan penjahat kelamin yang selalu menjadi doaku agar mendapatkan karma ditiap aku bersujud kepada tuhanku. Dia benar-benar tidak mau mengakui apalagi menikahiku.

Setelah melahirkan aku kembali ke rumah ibuku. Ibuku tetep ibuku. ibu yang tidak tega membiarkan anaknya sedih sendirian. Ibu menjemputku dan mengendong anak laki-lakiku.

"vita, nanti kalau ada yang menayakan anak ini kamu bilang yach anak ini anak angkat ibu. Anak ini akan ibu buatkan akte dengan ibu dan ayah menjadi orangtuanya. Jangan sedikitpun kamu bilang dengan siapa-siapa soal ini termasuk dengan saudaramu. Yang tahu masalah ini hanya ibu, kamu dan bibi imah. "

Aku pasrah dengan keputusan ibuku. walaupun aku harus rela tidak menyusui anak kandungku sendiri walaupun susu asiku yang membanjir ingin diminum oleh bayi mungkilku.

Lima tahun berlalu rahasia ini masih terjaga. Dan mas Arif tetep tidak mau mengakui anakku. Tapi masalah menjadi besar ketika aku memutuskan untuk menikah dan menceritakan masa laluku. calon suamiku menerima masa laluku tapiaku harus tetep menjaga rahasia ini jangan sampai orangtua calon suami tahu dan tidak boleh mengakui anak kandungku sebagai anakku kepada siapapun.

Aku sedih karena calon suamiku tidak bisa menerima tapi karena aku mencintai suamiku dan ingin hidupku berubah dan yang penting calon suamiku harus bertanggung jawab atas janin yang ada di perutku maka aku menginyakan syaratnya.

Baru setahun kami menikah dan memiliki anak dan tentu saja rumah tangga yang tidak pernah aku bayangkan karena jauh dari kebahagiaan ini tapi tetap aku jalani dengan ikhlas. Suamiku selalu mengungkit masa laluku ketika kami sedang bertengkar. Suamiku sangat kasar denganku dan dengan anak kami. Dan semua menjadi masalah ketika ibuku mendapat kecelakaan dan meninggal dunia. Aku bingung anak laki-lakiku yang sudah diangkat jadi anak oleh ibuku tidak ada yang mau mengasuh. Semua orang tidak ada yang mau mengasuh karena dianggap anak ini bukan keturunan dari keluarga kami alias anak tidak jelas. Aku sedih dan yang lebih parahnya suamiku sendiri tidak memperkenankan anakku untuk tinggal bersama dengan kami.

Di dalam kesedihanku aku mencoba mendatangi rumah mas arif. Disana aku utarakan untuk menitipkan anakku kepada keluarga mas arif. Tapi apa yang terjadi...

"Vita, kamu gila apa. Kamu ingin menghancurkan rumah tanggaku dengan kehadiran anak itu. Aku tidak akan mau menerima kehadiran anak itu di rumahku. Lagian ibu macam apa kamu punya anak tapi ga mau ngurus. untung saja aku tidak jadi menikahimu kalau iya bisa telantar anak-anaku. Sudahlah vita kami pergi. selesaikan masalahmu sendiri"

Aku tampar pipi orang yang di dekatku ini. "kamu memang bajingan ga berhati nurani. Anak itu juga darah daging kamu"

"Tapi saya tidak yakin kalau anak itu anak saya. Dan itu sudah menjadi kebulatan pendapatku bertahun-tahun yang lalu"

"kamu memang anj*******ng..

aku pulang dengan air mata di pipi. aku sedih dengan keadaanku. Karena kebutaan cintaku dan napsu setan masa lalu membuat diriku ada di persimpangan. Aku tidak mungkin menghancurkan rumah tanggaku tapi aku juga tidak tega membiarkan anakku yang tidak berdosa itu harus menanggung beban yang berat. Aku memohon kepada bibi imah untuk menjaga anakku untuk sementara. Aku beruntung mempunyai pembantu yang berhati mulia. Dia ikhlas merawat anak laki-lakiku.

Tapi karena sakit hatiku dengan mas arif terlebih karena kubaca tentang keutusan MK menyatakan pasal 43 ayat (1) UU No 1/1974 tentang Perkawinan diubah dan menjadi "anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya".

Dengan kemampuanku aku memutuskan untuk tes DNA dan membuktikan bahwa mas arif adalah ayah dari anakku dan berhak mendapatkan hak -haknya dan mas arif tidak bisa bergeming dengan bukti-bukti yang sudah aku punya. Walaupun dia tetap tidak bisa menerima anakku tapi setidaknya kamu sudah diakui dan asal usulmu sudah jelas nak...

Maafkan ibumu nak..ibu adalah ibu yang tidak bisa menjaga harga dirinya. ibu yang terbuai dengan cinta buta setan. Ibu yang tidak bisa menjadi ibu yang sesungguhnya kepadamu tapi ibu bersyukur karena saat ini kamu sudah diakui oleh negaramu. Yah kamu yang sudah di akui bukan perbuatan hina ibumu...Semoga kamu bisa menjaga perempuan yang akan menjadi pasanganmu dengan terhormat tidak seperti ibumu ini. Yang dihina oleh ayah kandung dan ayah angkatmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun