Mohon tunggu...
bintang isal
bintang isal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Saya merupakan Mahasiswa aktif di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya semester 6 yang mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Saya memiliki pengalaman magang di perusahaan media selama 5 bulan dan memiliki jobdesk sebagai reporter online.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maskulinitas Modern: Menemukan Makna Sejati

2 November 2024   15:22 Diperbarui: 4 November 2024   23:52 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang menjadikan seorang pria disebut sebagai "pria sejati"? Selama berabad-abad, pertanyaan ini telah menjadi subjek perdebatan dan diskusi, tetapi jawabannya terus menerus berubah seiring berjalannya waktu. Konsep maskulinitas sedang mengalami transformasi besar-besaran di era modern ini. Di masa lalu, maskulinitas sering dikaitkan dengan citra yang kaku, seperti pria harus kuat secara fisik, tidak boleh menangis, menjadi pencari nafkah utama, dan tidak boleh menunjukkan kelemahan mereka. Stereotip ini dapat membatasi dan membahayakan kesehatan mental pria.

Kata-kata "Jadilah kuat" bukan sebuah saran yang salah, namun istilah "kuat" itu sendiri perlu diperluas. Kekuatan tidak hanya tentang otot dan ketegaran fisik, tetapi juga tentang keberanian untuk mengakui kelemahan, kemampuan untuk menunjukkan empati, kemauan untuk mencari bantuan saat dibutuhkan, keterbukaan dalam mengekspresikan emosi. Pada era modern sekarang konsep maskulinitas lebih menekankan pengembangan diri yang menyeluruh, seperti:

  • Kesehatan Emosional
  • Pria di era modern sekarang menyadari bahwa emosi tidak selalu berarti sebuah kelemahan. Justru, kemampuan untuk memahami dan mengendalikan sebuah emosi merupakan bentuk kekuatan tersendiri.
  • Hubungan yang Sehat
  • Membangun hubungan yang setara dan saling menghargai satu sama lain, baik dalam pertemanan maupun keluarga sudah menjadi hal yang perlu di prioritaskan. Sebuah dominasi dan kontrol bukan lagi menjadi tolak ukur kejantanan.
  • Fleksibilitas Peran
  • Tidak ada lagi perbedaan yang kaku antara apa yang disebut sebagai "pekerjaan pria" dan "pekerjaan Wanita". Pada era modern sekarang seorang pria bisa menjadi pengasuh anak yang baik dan pekerja professional.

Perjalanan menuju kesadaran maskulinitas yang lebih sehat bukanlah hal yang mudah. Tekanan sosial dan ekspektasi tradisional masih tetap melekat. Untuk meningkatkan pemahaman tentang maskulinitas, kita bisa mulai dengan menantang stereotip gender yang membatasi, membuat ruang aman untuk berbicara dan berbagi pengalaman dan mendukung sesama pria dalam perjalanan pribadi mereka.

            Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk berhenti bertanya tentang "apa yang membuat seorang pria bisa disebut sebagai pria sejati?", sekarang mulailah bertanya "bagaimana saya bisa menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri?".  Menemukan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, menjadi mandiri dan berbagi, dan peduli pada sesama merupakan sebuah kunci dari maskulinitas modern. Hal yang paling penting merupakan sebuah kebebasan untuk menjadi pria sejati versi terbaik dari diri sendiri.

Penulis:

Bintang Isal Ramadhan selaku Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya dari mata kuliah Komunikasi Gender yang diampu oleh Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun