Strategi pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam strategi ini, guru menyediakan berbagai pilihan kegiatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Guru juga memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan kepada setiap siswa.
Â
Media pohon literasi adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam strategi pembelajaran berdiferensiasi. Media ini menggunakan visualisasi pohon untuk mewakili berbagai jenis kegiatan literasi. Setiap cabang pohon mewakili jenis kegiatan literasi yang berbeda, seperti membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Â
Kemampuan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Melalui kemampuan membaca, diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan ketepatan yang memadai. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain.
Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena merupakan salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dengan demikian kegiatan pembiasaaan membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Â
Data yang diambil oleh penulis di sebuah SD di Kabupaten Semarang menunjukkan Kemampuan siswa kelas V Dalam membaca pemahaman masih rendah. Berdasarkan yang saya amati, rendahnya kemampuan siswa dalam membaca di tandai dengan kurangya siswa dalam memahami bacaan. Hal ini terlihat ketika saya tanya satu persatu kepada peserta didik mengenai kesulitan apa yang peserta didik alami, di dapat dari data dari 15 peserta didik hanya 5 orang peserta didik yang mampu memahami isi bacaan yang ada di lembar yang saya kasih sisanya peserta didik  belum menguasai informasi dari lembar buku yang di bacanya
Â
Rendahnya kemampuan peserta didik dalam membaca pemahaman disebabkan karena beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun peserta didik itu sendiri, salah satu faktor penyebab rendahya tingkat membaca pemahaman adalah strategi yang digunakan guru masih konvensional, dalam kegiatan pembiasaan  membaca Sebelum pembelajaran di mulai,peserta didik di berikan bacaan yang kemudian di suruh membaca dalam hati, di lanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan.
Â
Akibatnya, tidak jarang juga siswa menjadi bosan dan kurang tepat dengan kemampuanya. perlu diketahui membaca non fiksi akan lebih sulit di cerna daripada saat membaca buku fiksi entah itu Novel ,cerpen, komik, Cerita rakyat atau cerita bergambar. Dalam kegiatan pembiasaan membaca Peserta didik diarahkan untuk membaca buku nonteks pelajaran dalam hal ini buku fiksi dengan tujuan siswa menjadi gemar membaca.
Â
Membaca pemahaman yaitu membaca untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut  (Abidin et al., 2021).soemadyo (2011) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah membaca untuk memahami isi dari suatu bacaan baik makna yang tersurat dan makna abstrak yang melibatkan pengetahuan dan yang telah dimiliki  pembaca sehingga dapat memperluas wawasan tentang sesuatu yang dibaca
Â
Â
Selain meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, pembelajaran berdiferensiasi dalam kegiatan penguatan literasi juga berhasil meningkatkan daya baca atau ketahanan membaca siswa. Hal ini terlihat dari kondisi kelas yang tidak gaduh pada saat kegiatan pembiasaan membaca dilaksanakan, siswa terasa masuk ke dalam bahan bacaan yang dibacanya. Meningkatnya daya baca atau ketahanan membaca siswa juga disebabkan oleh bahan bacaan yang memang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa tersebut. Siswa yang awalnya hanya bertahan 1 hingga 2 menit saat membaca buku, menjadi 5 hingga 8 menit tanpa gaduh saat membaca. Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa bukan hanya tertarik dengan buku yang dibacanya, atau siswa memahami apa yang dibacanya, tetapi juga siswa bisa masuk ke dalam alur cerita yang ada di dalam buku yang sedang dibacanya. Akibatnya tentu positif yaitu ketahanan membaca siswa semakin lama, artinya siswa semakin terasah dalam membaca, dan berujung pada semakin baiknya pemahaman membaca siswa.
Dengan demikian strategi pendekatan pembelajaran berdiferensiasi kontek kesiapan belajar mampu meningkatkan kemampuan literasi membaca pemahaman siswa kelas V di Kabupaten Semarang. Hal ini juga terlihat dari kenaikan prosentase sebelum menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dan setelah menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi yang meningkat signifikan.
Â
pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi strategi baru dalam kegiatan penguatan literasi baik pada tahap pembiasaan, pengembangan, hingga tahap pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya pemahaman membaca siswa. Hal ini terlihat sebelum menggunakan pembelajaran berdiferensiasi hanya sedikit siswa yang mampu memahami isi bacaan, namun setelah menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu memetakan, memilih dan memilah bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan membaca siswa, keterampilan membaca siswa semakin naik dan terasah, siswa menjadi lebih dapat memahami isi buku yang dibacanya. Setelah mengikuti pembelajaran berdiferensiasi, siswa yang mampu menjawab pertanyaan seputar buku yang dibacanya, dan menuliskan ulasan atau mereview buku yang telah dibacanya.
Selain itu, daya baca atau ketahanan membaca siswa pun bertumbuh menjadi lebih lama, yang awalnya hanya bertahan antara 1 hingga 2 menit, menjadi 5 sampai 8 menit. Daya baca siswa ini terlihat dari kegiatan pembiasaan membaca yang dilaksanakan, di mana suasana kelas tidak gaduh, siswa terlihat masuk ke dalam buku bacaan yang dibacanya. Tanya jawab, diskusi, dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa adanya peningkatan prosentase setelah menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi. Siswa menjadi lancar membaca, siswa mampu menjawab pertanyaan seputar isi buku yang dibacanya. Siswa juga mampu membuat ulasan (review) buku serta menyampaikan atau mempresentasikan hasil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H