Mohon tunggu...
Bintang Cahya Putra Gunawan
Bintang Cahya Putra Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Media Sosial Tiktok: Munculnya Fenomena Live Tiktok 'Mandi Lumpur' untuk Menghasilkan Uang

24 Mei 2024   20:39 Diperbarui: 24 Mei 2024   21:03 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Aji Wisnu Nugroho (2018) TikTok merupakan sebuah aplikasi yang dapat memberikan efek spesial yang unik dan menarik yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi ini dengan mudah untuk membuat video pendek yang keren dan dapat menarik perhatian banyak orang yang melihatnya, aplikasi ini merupakan sebuah jaringan sosial dan platform video musik Tiongkok yang diluncurkan pada september 2016. 

Saat ini aplikasi TikTok bukan hanya dapat menyebarkan video berdurasi pendek, melainkan juga berdurasi panjang yang biasanya berisi konten-konten yang menarik bagi para penggunanya, serta orang yang mempublikasikan video juga merasa senang karena videonya dinikmati banyak orang. TikTok tidak hanya bisa diakses oleh masyarakat di Tiongkok maupun Indonesia, tetapi saat ini sudah digunakan di seluruh dunia, sehingga kita dapat melihat warga negara asing yang membagikan konten videonya di dalam media sosial TikTok. 

Demam TikTok saat ini telah menjadi pusat perhatian bagi banyak masyarakat, terutama didalam kalangan remaja yang sedang dalam proses perkembangan menuju dewasa. Aplikasi TikTok berisi video yang disertai dengan musik yang menarik ataupun kalimat yang mengundang rasa penasaran oleh para penikmatnya. Berbagai jenis video dapat ditemukan pada TikTok, mulai dari yang lucu, berita terkini, maupun beberapa hal yang terkesan telah melanggar norma-norma hukum maupun norma-norma manusia. 

Dengan adanya media sosial TikTok di era globalisasi saat ini, seluruh masyarakat menjadi dapat berinteraksi bukan hanya dengan sesama warga negara Indonesia saja, melainkan juga dapat berinteraksi dengan masyarakat di luar Indonesia. Masyarakat dapat mengekspresikan dirinya dengan menggunakan TikTok seperti membuat video yang mampu meningkatkan tingkat kepercayaan diri dari remaja tersebut. Selain meningkatkan kepercayaan diri, TikTok juga membantu dalam hal meningkatkan kreativitas masyarakat, dengan mengedit video yang telah mereka buat, dan dibagikan di TikTok. 

Selain itu, TikTok juga memiliki fitur live video sehingga kita dapat menyiarkan kegiatannya secara real time. Fitur live video sendiri saat ini merupakan salah satu fitur yang paling banyak diakses oleh pengguna tik tok. Masyarakat melakukan live dengan berbagai macam aktivitas mereka. Tetapi, dengan kemudahan akses oleh siapapun menjadikan banyak konten, banyak plagiasi karya dan membuat kreator konten mencari cara baru yang dipakai untuk menjadi viral baik dengan tujuan "asal viral" atau dengan tujuan lain yang menguntungkan.

Kita  juga  tak  asing  dengan  tontonan  live  mandi  lumpur.  Ya,  mandi lumpur  yang  ditayangkan  secara  langsung  (live)  mengundang  banyak  penonton pada mulanya. Bahkan mereka yang beruntung mendapatkan gift, nantinya bisa ditukar dengan rupiah. Hal ini sebenarnya sah untuk dilakukan, tetapi justru menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat yang mempraktikan hal tersebut. 

Belakangan ini    sedang    tren    menyiarkan    secara    langsung atau live aksi mandi di kubangan lumpur melalui platform TikTok. Ironisnya tak    jarang    aksi tersebut juga dilakukan oleh orang lanjut usia. Dari aksi itu mereka akan memperoleh gift dari penonton yang bisa ditukarkan dengan uang.

Menurut Angga Prawadika Aji dosen Komunikasi Fakultas Sosial dan  Ilmu  Politik (FISIP),  Universitas  Airlangga  (UNAIR),  mengatakan bahwa saat ini media sosial menjadi tempat untuk mendapatkan dua hal, yakni  kepopuleran  dan  uang. Apalagi saat  ini  penyedia  konten  di media sosial tengah  berlomba  untuk  menyajikan  sesuatu  yang  dapat  menarik perhatian masyarakat.

"Orang-orang  ini berupaya  untuk  menarik  perhatian  dengan  berbagai macam strategi, salah satunya live mandi lumpur di Tiktok itu," katanya, seperti dikutip dari laman resmi Unair, Selasa, 10 Januari 2023. Angga  menjelaskan  bahwa  praktik  seperti  ini  sudah  lama  terjadi. Berawal dari televisi kemudian bergeser ke media sosial.

"Tayangan eksploitasi   kemiskinan ini   sudah   sering   kali   muncul   dan penontonnya banyak. Dimulai dari konten yang ada di televisi kemudian dibawa ke platform  lain  seperti TikTok" ujarnya.  Tujuannya  tentu  untuk  mendapat popularitas  dan  bersaing  dengan  penghasil  konten  lain.  Dengan  meraih popularitas dapat menghasilkan uang.

"Mau tak mau praktik eksploitasi  kemiskinan semacam  ini  diakui  bisa menarik perhatian orang banyak," katanya.

Aksi untuk menarik perhatian masyarakat ini menjadikan konten kreator  di media  sosial sering melupakan nilai  moral  dan  etika  yang sejatinya harus dijunjung. Lebih lanjut Angga menjelaskan fenomena eksploitasi kemiskinan hanyalah  permulaan  saja.  Kedepannya  praktik  semacam  ini bisa terjadi lebih ekstrim untuk menarik perhatian masyarakat.

Fenomena  live  mandi  lumpur  di  media  sosial  TikTok  tengah menjadi perbincangan hangat, hingga viral di jagat dunia maya. Sejumlah akun  berbondong-bondong  melakukan  aksi  tersebut  demi mendapatkan koin dari para penonton. 

Para pembuat konten ini melakukan aksi mulai dari mengguyur diri sendiri dengan air hingga mandi lumpur selama berjam-jam, yang disiarkan secara  langsung  di  TikTok.  Bahkan,  ada  juga  yang  mengklaim mandi lumpur hingga 24 jam. Untuk bentuk siarannya, biasanya seseorang akan duduk di sebuah kursi yang diletakkan di tengah sebuah kolam berisi air keruh sembari memegang gayung. Talent akan menyirami dirinya sendiri, sembari  mengucapkan  terima  kasih  kepada  para  penonton  yang  telah

memberinya koin.

Sementara untuk aturannya yang tertulis pada live-live yang sudah pernah  digelar,  setiap  pemberian  1  koin,  talent  akan  mengguyur  dirinya sendiri  menggunakan  gayung.  Sedangkan  setiap  pemberian  100  koin, talent akan mengguyur dirinya dengan bak atau baskom yang lebih besar. Kemudian  bila  ada  yang memberikan  koin  sebanyak  899,  talent akan  melakukan  salto.  Terakhir,  jika  ada  yang  memberi  koin  sebanyak 9.888, talent tersebut akan pulang atau menghentikan siaran langsungnya.

Aksi  viral  ini  juga  disebut-sebut  sebagai  tren  'ngemis'  gaya  baru lantaran  para  pembuat  konten  memanfaatkan  fitur  'gift'  yang  ada  di TikTok  untuk  mendapatkan  koin.  Nantinya  koin  ini  dapat  ditukarkan dengan sejumlah uang. Nampak dari salah satu video yang diunggah akun @boca***** pada bulan Desember 2022 silam, pada masa itu tidak sedikit orang  yang  rela  memberikan  gift,  bahkan  ada  yang  nilai  koinnya  cukup besar.

"Terimakasih  kak  orang  orang  baik  selama  ini  terimakasih," bunyi keterangan pada unggahan tersebut, dikutip Rabu (11/01/2022). Beberapa konten yang banyak disoroti warganet adalah live di TikTok dengan cara berendam di air hingga mandi lumpur.Fenomena 'mengemis online' dengan cara-cara tersebut tidak hanya dilakukan satu orang, namun juga sejumlah orang bahkan juga orang tua atau lansia.

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat yang 'terserang' media sosial harus bisa selektif dan menggunakannya untuk hal-hal yang positif. Media sosial khususnya TikTok akan memiliki dampak baik untuk pengembangan diri jika digunakan untuk hal yang bermanfaat, misalnya membuat konten edukasi, berwirausaha, dan lain-lain. Sosialisasi akan bahaya media sosial dipandang perlu dilakukan oleh masyarakat agar media sosial dapat dikonsumsi dengan baik oleh masyarakat awam sekalipun khususnya untuk masyarakat di daerah terpencil dan memiliki keterbatasan dalam pendidikan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun