Naturalisasi adalah proses hukum di mana seseorang yang bukan warga negara suatu negara dapat memperoleh kewarganegaraan negara tersebut. Proses ini melibatkan beberapa persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi oleh individu yang ingin menjadi warga negara baru. Naturalisasi pemain sepak bola untuk memperkuat Timnas Indonesia sering menjadi pilihan untuk meningkatkan kualitas tim. Namun, tidak semua proses naturalisasi berhasil memberikan dampak positif yang signifikan. Berikut adalah lima kasus naturalisasi yang dianggap gagal atau kurang sukses untuk Timnas Indonesia:Â
1. Tonnie Cusell
Tonnie Cusell, pemain kelahiran Belanda, dinaturalisasi pada tahun 2012 dengan harapan membawa pengalaman Eropa ke Timnas Indonesia. Ia bermain sebagai gelandang dan pernah berkarir di liga-liga Eropa sebelum pindah ke Indonesia. Cusell hanya bermain 2 kali untuk Timnas dan tidak mampu memberikan dampak signifikan. Kariernya di liga domestik juga tidak bersinar seperti yang diharapkan. Selain itu, cedera dan masalah adaptasi menghambat kontribusinya di lapangan. Harapan besar yang dipatok pada Cusell tidak terwujud, dan ia segera kehilangan tempatnya di tim nasional.Â
2. Osas Saha
Osas Saha, striker kelahiran Nigeria, dinaturalisasi pada tahun 2011 setelah menunjukkan performa impresif di beberapa klub Liga Indonesia seperti Persija Jakarta dan PSMS Medan. Meski memiliki reputasi sebagai pencetak gol produktif di level klub, Saha gagal menunjukkan kemampuan yang sama di tim nasional. Dia jarang dipanggil untuk membela Timnas Indonesia, dan ketika dipanggil, kontribusinya tidak signifikan. Osas Saha tidak mampu mereplikasi performa klubnya di level internasional, menjadikannya naturalisasi yang kurang berhasil.Â
3. Kim Jeffrey Kurniawan
Kim Kurniawan, pemain keturunan Indonesia-Jerman, dinaturalisasi pada tahun 2010. Berposisi sebagai gelandang, Kim diharapkan bisa menambah kreativitas di lini tengah Timnas. Meskipun sering tampil di liga domestik, Kim tidak pernah benar-benar menjadi pilihan utama di Timnas Indonesia. Persaingan yang ketat dan performa yang kurang konsisten membuatnya sulit untuk mempertahankan tempat di tim nasional. Kontribusinya untuk Timnas terbilang minim, dan dia lebih dikenal sebagai pemain klub daripada pahlawan tim nasional.Â