Mohon tunggu...
Bintang Alif
Bintang Alif Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU tahun 2020, menyukai saham dan ekonomi global

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kritik terhadap Penggunaan Mobil Listrik di Indonesia

8 Januari 2023   15:13 Diperbarui: 8 Januari 2023   15:17 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Bintang Alif ( Universitas Sumatera Utara)

Kerja Keras di butuhkan untuk mengupayakan Indonesia agar beralih ke penggunaan mobil berbasis listrik, apa lagi Indonesia masih menduduki posisi marjinal dalam pengembangan mobil listrik di dunia dibanding Negara Negara maju lainnya.

Meskipun pemerintah Indonesia mendorong penuh atas percepatan dalam penggunaan kendaraan berbasis listrik, disisi lain banyak juga kritik kritik yang timbul atas kebijakan kebijakan tersebut, banyak yang menganggap bahwa kebijakan ini hanya untuk pemborosan dana APBN. Dan juga penggunaan mobil listrik ini juga tidak sejalan dengan pengurangan emisi.

Emisi

Komisi VII DPR menilai pengembangan mobil listrik tidak sejalan dengan tujuan bauran energi dan penurunan emisi karbondioksida. Upaya peningkatan jumlah mobil listrik atau mobil listrik meningkatkan kebutuhan listrik rumah tangga untuk mengisi baterai. Namun saat ini, sebagian besar pasokan masih berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara atau PLTU. Hal itu ditegaskan Komisi VII DPR bukan dalam arti mengurangi emisi karbon. Masalahnya: Target 23 persen untuk beralih dari sumber energi fosil ke energi terbarukan pada 2025 masih berjalan lambat. Kinerja tahun lalu hanya 11,5% dari benchmark 13%. Hingga 50% generator masih berasal dari bahan bakar fosil, yang meningkatkan emisi CO2 secara signifikan.

Tabel kotak data di bawah ini menunjukkan kapasitas daya berdasarkan jenis pembangkit. 

(Kapasitas Berdasarkan Jenis Pembangkit (Juni 2020).

Pemborosan APBN

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menilai percepatan pengerahan kendaraan listrik di instansi pemerintah pusat dan daerah merupakan pemborosan anggaran.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto menilai, Instruksi Presiden (Inpres) tentang kendaraan listrik untuk operasional pemerintah, tidak efisien diterapkan saat ini. Pasalnya, infrastruktur penunjang kendaraan listrik di Indonesia dinilai masih terbatas. "Nanti yang muncul hanya pemborosan APBN," kata Mulyanto

Komisioner Perhubungan DPR Syahrul Aidi Maazat mengatakan kebijakan Presiden Joko Widodo seharusnya hanya berlaku bagi pemerintah yang kendaraan dinasnya mendekati usia pensiun. Ini berarti bahwa pertukaran tidak harus terjadi pada waktu yang bersamaan.

Meskipun begitu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengumumkan pemerintah akan memberikan subsidi sebesar Rp 80 juta untuk pembelian mobil listrik baru dan Rp 40 juta untuk pembelian mobil listrik hybrid. Setelah itu akan diberikan subsidi sebesar 8 juta rupiah untuk pembelian sepeda motor listrik baru dan 5 juta rupiah untuk konversi mesin sepeda motor lama menjadi mesin listrik. Sebaliknya, Sri Mulyani menyebut bahwa besaran insentif itu masih belum final karena masih dalam pembahasan internal pemerintah dan DPR.

Adapun Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin menyampaikan saran untuk sumber insentif kendaraan listrik ini bisa diambil dari cukai kendaraan yang menghasilkan karbon tinggi. "Komitmen pemerintah Rp7,8 triliun itu akan kami sangat hargai, tapi akan lebih bagus setelah itu kita set up regulasi yang tidak membebani APBN, anggaran tadi jangan diambil dari APBN, melainkan dari cukai yang tidak memenuhi standar karbon," ujar Ahmad dalam 'FGD Zero Carbon Emission Vehicle' belum lama ini. Dia menyarankan agar pemerintah untuk segera menerapkan detail mengenai standar karbon kendaraan bermotor baik yang sudah diproduksi atau dipasarkan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun