Mohon tunggu...
Bintang Kazumi
Bintang Kazumi Mohon Tunggu... -

Experiences is good teacher

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Sedetik ('Oct 2005)

27 Juli 2012   07:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

TEMAN SEDETIK (‘Oct 2005)

By Kazumi

2005, awal dimana Kaka menginjakkan di SMA, cupu tapi cerewet itulah dia. Di kelas tingkat pertama dia mempunyai 7 teman yang di beri nama 7 kurcaci ( Kaka, Angga, Via, Erna, Devi, Kurnia, Ririn ). Dikelas ada seorang cowok pendiam, sederhana meski orang kaya dan baik hati, Frank namanya, Kaka tak punya perasaan apapun dengan Frank. Hanya saja dia sangat kagum dengan cowok baik itu.

3 bulan menginjak sekolah di SMA tepatnya awal bulan Oktober.

“Frank, ha-pemu keren banget…!” Basa- basi Kaka pada Frank.

“Hee… gak Ka biasa ajah, tukeran ma ha-pe kamu gimana?” sahut si Frank.

“Gak aghh… aku mah bersyukur aja punya ha-pe butut gini.. hehehe” ujar Kaka dengan senyum manisnya.

“Kalau kamu mau sich Ka, tapi ada syaratnya…” suara lirih dan member rasa penasaran.

“Hallah pakai syarat segala, toch aku juga gak mau, hehehe… mang syaratnya apaan sich?”Tanya si Kaka.

“syaratnya…mmm… apa ya? Aku minta fotomu ya Ka, hehehe” rayu Frank kepada Kaka.

“enak ajach, ntar cewek kamu marah” elaknya

“gak apa-apa Ka, biasa aja buat kenang-kenangan” . jawabnya dengan nada malu-malu.

“ kapan- kapan aja ya lagi gak mood” ujar Kaka.

Jam sekolah pun telah usai, Kaka bergegas pulang bersama Annga dan Devi. Jalan kaki 1 km itu adalah kegiatan setiap hari ketika pulang sekolah, meski rumahnya tidah ada yang satu arah.

Annga dan Devi, mereka sudah naik angkuta plat kuning, sedangkan Kaka masih menunggu bus dibawah terik matahari. Frank pun lewat…

“Tak anterin Ka!!” tawarnya kepada Kaka.

“Gak Frank, makasih… kamu mau kemana? Bukannya rumahmu kearah timur. ”tanyanya sambil menahan panas sengatan matahari.

“Mau kerumah cewekku, ayo sekalian aja tak anterin!!” jawab Frank kelihatan tergesa-gesa.

“Gak dech, kamu duluan aja Frank” tolak Kaka.

“Ya sudah aku duluan ya, ati- ati” pamitnya.

“Oke…^_^” sahut Kaka.

Akhirnya Kaka mendapatkan bus langganannya yang setiap hari menjadi alat transportasinya.

Keesokan harinya…

Pagi itu suasana tak seperti biasanya, tak biasa Kaka berangkat sekolah pagi-pagi, karena pagi itu perasaan Kaka sudah tak enak. Kaka diantar oleh ayahnya, sesampai disekolah Kaka langsung bergegas menuju kelasnya. Belum sampai dikelas, tiba-tiba ditengah jalan tepatnya dibelakang kantor guru muncul asap dari pohon melewati depannya, lalu Kaka berhenti sejenak kaget dan penasaran yang dirasakan. Karena saat itu masih pagi betul hanya ada beberapa orang saja yang sudah ada disekolahan itu.

“Ada apa ya, ighh serem”. Merinding sambil melanjutkan jalannya.

Sebelum sampai dikelas Kaka melihat cowok sok ganteng namanya Kiki, dia sedang makan di kantin dekat kelasnya, Kaka tak peduli dan cuek dengan cowok itu. Sesampainya dikelas, Kaka langsung duduk di pojok kelas, dibangku urutannya. 5 menit kemudian Wawan dari balik jendela teriak- teriak.

“Ka…Ka…Ka…” teriak Wawan sambil tergesa- gesa.

“Ada apaan sich teriak- teriak gitu” sahut Kaka.

“Kabar buruk…” sembari menyampari Kaka.

“Apaan sich?” penasaran Kaka dengan kabar itu.

“Sebentar aku kesitu” sambil lari-lari.

Sesampai didekatnya Kaka, Wawan mulai menceritakan.

“Tapi kamu jangan kaget ya, karena ini sangat mengagetkan” ragu Wawan mengatakan kepada Kaka.

“Iya-iya,, janji…” penasarnnya.

“Frank…Ka” gugup Wawan.

“Kenapa? Kamu mau bilang Frank jadian sama Kurnia? Kalau itu mah aku sudah tahu kok Wan” Sepele Kaka kepada Wawan.

“Hufffttt… bukan itu, haduhhh gimana mau ceritanya nich, takut kamu pingsan” masih ketakutan mengatakan pada Kaka.

“Lha terus apa sich, jangan bikin penasaran gitu?” penasaran Kaka.

“Bismillah… huftt… Frank meninggal dunia, kemarin sore aku dapat kabarnya, dia kecelakaan dijalan” dengan wajah sedih Wawan mengatakannya.

“Apaaaaaaa…… tidak… tidak mungkin itu, kamu bohong ya, kemarin aku baru ketemu dijalan kok” kaget Kaka sambil mengelak.

“Iya sumpah, ini bener Ka, yang sabar ya Ka, memang ini mengagetkan, dia kecelakaan setelah ngaterin ceweknya pulang” sambil menenangkan Kaka.

( Tak kuat menahan tangisnya…)

“Kenapa kamu tak mengabariku dari kemarin? Padahal kamu sore masih telepon aku kan?” sambil tersendu- sendu Kaka kecewa tak dapat kabar sebelumnya.

“Maaf, setelah telepon kamu memang aku langsung dapat kabar itu, terus aku langsung coba telepon kamu lagi tapi ha-pe kamu sudah tidak aktif, malamnya aku coba hubungi kamu lagi” ujar Wawan.

“Kenapa secepat itu?” gumam Kaka.

Satu persatu teman- teman sekelas Kaka pun datang, kabar itu pun tersebar, tak sabar ingin kerumah Frank untuk meyakinkan kabar itu.

Pertengahan jam pelajaran, dari pihak sekolah memberikan ijin kepada siswa untuk melayat. Tak sedikit siswa yang melayat itu tandanya memang Frank adalah teman yang baik. Dengan bus, semua siswa dan guru yang melayat langsung melalkuan perjalanan ke rumah Frank.

Sesampainya di rumah Frank, itu bagaikan mimpi buruk Kaka, tidak menyangka itu benar terjadi, masih penasaran dan tidak percaya Kaka memberanikan diri masuk kerumah Frank. Ditemuinya keluarga Frank yang berduka khususnya ibu Frank.

Kaka an teman- teman yang lain langsung berkerumun didepan peti jenazah Frank untuk melihat yang terakhir kalinya. Lalu penguburan jenazah Frank pun dimulai, tak jauh dari rumahnya hanya berjarak 10 m dari depan rumah, almarhum disemayamkan dipemakaman. Rasa duka menusuk pemakaman itu.

Setelah itu Kaka pun pulang kerumah masih dalam keadaan sedih dan rasa tak menyangka kalau kemarin adalah pertemuan terakhirnya bersama Frank untuk selamanya. Sesampai dirumah Kaka menceritakan pada ayah dan ibunya.

“yah, bu… temanku Frank yang sering aku certain itu kemarin meninggal karena kecelakaan, katanya setelah nganterin pulang ceweknya” ceritanya.

“Innalillahi wa innalillahiroji’un… ya makanya kamu juga hati- hati dijalan. Semoga teman kamu diampuni dosa-dosanya dan dapat terindah disisi-Nya” jawab sang ayah.

“Amin… yaudah aku istirahat dulu, ngantuk banget” sambil menaruh tasnya di meja.

“Eh, ganti baju dulu terus cuci muka, kan kamu habis melayat, kalau gak ntar kamu ditemui temenmu yang meninngal itu lho, kata orang Jawa sich” pesan ibu tercinta.

“Agh masa sich, gak percaya, yaudah aklu tidurrrrrr…!!!” bantahnya.

“dibilangin gak percaya ya sudahlah” sahut ibunya Kaka.

Tidak lama dari tidurnya, Kaka seakan- akan terbangun dari tidurnya dan itu tidak seperti mimpi. Kaka melihat sosok Frank berdiri tepat di sebelah kakinya, Frank yang tersenyum menatap Kaka. Kaka terkaget dan ketakutan lalu terbangun dari tidurnya.

“Itu mimpi atau tidak? Kenapa tampak seperti nyata? Ya Allah sungguh ku tak kuasa akan hal ini, aku merasa ini hanyalah mimpi, rasanya baru sedetik berteman dengannya dan sekarang sudah Kau ambil dari pertemanan ini, mungkin ini takdir-Mu. Semoga temanku yang baik Frank, diterima disisi-Mu dengan baik pula. Amin.” Doa dari lubuk hati Kaka untuk sang Sahabat.

Sahabat tak perlu mewah dan cantik/cakep, namun persahabatan yang sederhana dan memberikan banyak artilah yang bisa menyentuh hati dan jiwa kita

(Kisah ini benar nyata yang dialami oleh penulis)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun