MENARIK mengikuti dinamika politik tanah air akhir-akhir ini, menjelang pemilihan umum yang tinggal menghitung hari lagi, tepatnya tanggal 14 Februari 2024, geliat politik mulai dari politik nasional dalam hal ini oleh tokoh-tokoh politik nasional sampai politik lokal di daerah sampai ke desa-desa begitu nampak dan terasa disekitar kita.
Yaa, layaknya demikian adanya, ajang pemilu dengan siklus 5 tahunan, terutama pemilihan presiden menjadi sebuah pesta demokrasi bagi seluruh lapisan masyarakat negeri ini, di sambut dengan suka cita dan gegap-gempita, terlepas dari tendensi tokoh politik, isu pengklaiman dari para kontestan, maupun isu-isu tertentu yang mengakibatkan terjadinya polarisasi ditengah masyarakat kita, tapi bagi yang paham substansi demokrasi, itu di anggap hal biasa.
Kenapa demikian ? Yaa karena siapapun yang akan terpilih nantinya tetap akan menjadi presiden dan wakil presiden kita semua, presiden dan wakil presiden seluruh masyarakat negeri ini yang akan menjalankan roda pemerintahan dalam kurun waktu 5 tahun kedepan, mau tidak mau, suka tidak suka, artinya setelah pemilu kita akan kembali saling merangkul dan kembali  hidup dalam kemasyarakatan.
Politik itu layak dibicarakan oleh siapapun, tanpa melihat umur dan status sosialnya, karena ini menyangkut hajat hidup bersama, dalam kaca mata personal, kegandrungan anak-anak muda untuk terlibat dalam isu politik belakangan sangat menggembirakan, bayangkan pemilu tahun 2024 ini, berdasarkan rilisan KPU (7/2023) sekitar 56,45% pemilih aktif berasal dari generasi Z maupun generasi milenial, yang secara kuantitas cukup besar dan berpotensi mempengaruhi suara dalam pilpres tahun 2024 ini.
Bukti lainnya adalah, dalam ruang-ruang diskusi seperti di media sosial, grup-grup WhatsApp, Telegram, Facebook dan sebagainya di hiasi oleh argumentasi politik, begitupun dalam forum-forum kecil di cafe, restoran sampai nongkrong pinggir jalan membahas tentang politik, dan ini menjadi luar biasa, secara tidak langsung keterlibatan dan animo masyarakat dalam menentukan siapa yang layak memimpin negeri menjadi sebuah pencerahan tersendiri bagi bangsa ini.
Namun kita kembali pada judul artikel yang saya tulis kali ini, ada banyak hal sebenarnya yang ingin saya narasikan, terutama sosok Jokowi dan pengaruhnya dalam pilpres 2024 ini, sebagai pemimpin pemerintahan 2 periode, keterlibatan langsung maupun tidak langsung dalam pilpres kali ini, posisinya sebagai presiden maupun sebagai tokoh politik tidak bisa dipandang sebelah mata, pengaruhnya dalam percaturan politik nasional bahkan bisa menentukan siapa yang layak menggantikan atau menerima tongkat estafet darinya.
Terlepas dari posisinya yang memegang kekuasaan, mulai dari menjadi Walikota, gubernur sampai presiden saat ini, namanya yang melambung seperti kilat, mengalahkan pamor para tokoh lama di tingkat nasional, seperti Wiranto, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Megawati bahkan Prabowo, kelihaian Jokowi dalam memainkan perannya yang sulit di tebak dan baca lawan politik menjadi keunggulan tersendiri, ya ini terlihat menjadi Walikota, kemudian calon gubernur dan calon presiden langsung terpilih, walaupun menjadi kontestan pemula.
Diakui atau tidak, tapi begitulah kenyataannya yang terjadi, bahkan diakui oleh lawan-lawan politiknya, makanya tidak heran sejak awal sebelum penetapan pasangan calon presiden, para kontestan mulai gencar mendampingi Jokowi dalam berbagai kesempatan, terutama ketua-ketua partai yang berharap siapa yang diarahkan oleh Jokowi untuk direkomendasikan menjadi calon presiden maupun wakil presiden di pemilu 2024.
Tentu kita masih ingat, manuver-manuver politik Jokowi dalam berbagai kesempatan di setiap kunjungan kerjanya di berbagai daerah maupun pada forum nasional, saat di wawancarai oleh wartawan, beliau mengatakan presiden yang terpilih nanti harus melanjutkan berbagai program-programnya saat ini, seperti hilirisasi maupun IKN, dalam forum nasional misalnya, saat menyampaikan pidato didepan relawannya di stadion GBK Senayan Jakarta (26/11) lalu, Jokowi memberikan kode "Wajah keriput" dan "Rambut putih", namun jauh sebelum itu, tepatnya pada pelantikan BPP Hipmi (15/1/2020)Jokowi pernah melontarkan bahwa dalam forum ini ada yang menjadi kandidat kuat dalam pilpres tahun 2024 nanti, yang saat bersamaan ada Sandiaga Uno dalam forum itu.
Itulah Jokowi, simbol atau kode tertentu yang diutarakan justru membuat publik berspekulasi, dan inilah taktik Jokowi yang sulit dibaca oleh lawan-lawan politiknya, maka tidak heran elektabilitas Sandiaga Uno diberbagai lembaga survei di sejajarkan dengan Prabowo, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Erick Thohir sebagai tokoh potensial jadi Cawapres 2024 pada tahun 2021-2022, begitupun Ganjar Pranowo sejak Jokowi memberi kode "rambut putih" elektabilitasnya meroket di berbagai survei dan bahkan mengalahkan elektabilitas Prabowo.
Namun beberapa blunder diinternal PDIP dan Ganjar Pranowo sendiri, salah satunya adalah menolak Timnas Israel berlaga di Piala dunia U20 tahun 2023 yang dimana Indonesia sebagai tuan rumah yang berbuntut keputusan FIFA memindahkan salah satu even akbar ini ke Argentina, dan membuat publik berspekulasi bahwa Jokowi sangat kecewa, karena jauh-jauh hari Jokowi mendorong Erick Thohir selaku ketua PSSI untuk melobi FIFA menjadikan Indonesia Tuan Rumah, dan rencana itu terwujud, persiapan dan anggaran di gelontorkan untuk renovasi beberapa stadion guna memenuhi standar yang ditetapkan FIFA.
Dan tentu menjadi keraguan tersendiri bagi Jokowi untuk memandatkan Ganjar Pranowo sebagai penerusnya, bisa saja kelabilan Ganjar yang tidak bisa menentukan sikap dan mudah terpengaruh dari luar menjadi catatan tersendiri bagi Jokowi, begitupun dengan PDIP selaku partai pengusungnya, maka tidak heran Jokowi memberi keluasan bagi anak-anaknya untuk memilih jalur politik dengan jalannya masing-masing, salah satunya memilih partai politik bukan PDIP, meskipun Jokowi tau bahwa dia sudah melanggar AD/ART PDIP, dimana salah satu ayatnya mengatakan apabila kepala keluarganya bergabung dengan PDIP, secara otomatis anggota keluarganya menjadi kader PDIP.
Dan sejak saat itu elektabilitas Ganjar Pranowo turun dan stagnan di angka 20- 25% diberbagai survei, bahkan hingga detik ini beberapa hari menjelang pencoblosan, dan ini jadi bukti bahwa Jokowi memiliki pengaruh yang kuat dengan basis masa masih cukup besar, ini sejalan dengan survei Indikator Politik Indonesia pada tanggal 3-11 Desember 2023 bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi 75,6% (detiknews).
Bagaimana sikap dan pilihan politik Jokowi menjelang pencoblosan ini ? secara terbuka Jokowi belum mengeluarkan statemen siapa yang akan dia dukung, namun publik tentu sudah membaca bahwa pilihannya pasti pada nomor urut 02, yaitu Prabowo-Gibran, meskipun bertolak belakang dengan partainya PDIP.
Beberapa alasan Jokowi mendukung Prabowo-Gibran, yang pertama ada Gibran di sana sebagai calon wakil presiden, yang notabene anak biologis Jokowi, secara psikologis tentu keberpihakan ke anaknya lebih besar, kemudian yang kedua adalah, Jokowi dan Prabowo jauh hari telah melakukan Rekonsiliasi, secara tersirat gagasan Prabowo dan Jokowi telah bersatu untuk kemajuan bangsa ini, Jokowi meyakini bahwa Paslon yang benar-benar akan melanjutkan program-program Jokowi hanya Prabowo, ini terlihat juga dari paparan di setiap debat, Prabowo-Gibran terus menyuarakan melanjutkan (IKN, Hilirisasi dll).
Makanya tidak heran, sejak Prabowo mengumumkan Gibran sebagai wakilnya, elektabilitas Prabowo yang stagnan diangka 26-28% meroket menjadi 42-47% diberbagai survei hingga menjelang pencoblosan ini, termasuk dalam survei Litbang Kompas yang merupakan lembaga survei yang diakui kredibilitasnya secara nasional, hal ini terjadi karena ada Jokowi dibelakang Gibran, pendukung setiap Jokowi di pilpres 2014 dan 2019 beralih mendukung Prabowo karena ada sosok Jokowi disana.
Bagaimana dengan Ganjar dan PDIP, para elit politik PDIP menaruh kecewa pada Jokowi, mulai dari Megawati, Hasto Kristiyanto sampai Adian Napitupulu, menganggap Jokowi tidak berterima kasih kepada Megawati dan PDIP, namun mereka lupa bahwa jasa Jokowi terhadap PDIP juga besar sekali, 2 kali pemilu PDIP menjadi partai penguasa juga karena Jokowi.
Survei Indikator Politik Indonesia (10/2023), sebanyak 21,9% publik memilih PDIP karena ada sosok Jokowi, dapat disimpulkan bahwa, Jokowi punya kontribusi elektoral yang sangat besar buat PDIP, setelah Jokowi baru Sukarno dan setelahnya Megawati.
Tapi ada sisi paling istimewa dari seorang Jokowi yang banyak orang tidak tau, Jokowi adalah presiden ke-7 Republik ini yang satu-satunya bukan berasal dari keturunan darah biru, dibandingkan 6 presiden sebelumnya, Jokowi berasal dari keluarga biasa dan rakyat biasa, yang memulai karir politik dari nol hingga presiden.
Dan menarik kita nantikan hasil pilpres ini, apakah tuah Jokowi masih berlaku di pilpres kali ini, tapi disisi lain yang menarik dalam 2 kali pemilu, pilpres 2019 dan 2024 ini keterlibatan anak-anak muda dipanggung politik menjadi buah demokrasi yang patut diapresiasi, tentu saya masih ingat, di pemilu tahun 2019, di kubu Prabowo ada anak muda  seperti Gamal Albinsaid dan Faldo Maldini di jubir kampanye, di kubu Jokowi ada Tsamara Amany yang wara-wiri diberbagai panggung diskusi dan stasiun TV yang adu argumen dengan gagasan masing-masing.
Tahun inipun sama, bahkan bukan lagi Jubir kampanye, ada Gibran yang telah merepresentasikan anak muda maju sebagai orang nomor 2 di negeri ini, saya percaya bahwa kalau tidak punya privilege, akan sulit anak muda bisa maju sejauh itu dalam percaturan politik tanah air, terlepas disematkan padanya cacat etik, tapi menarik kita nantikan kiprahnya.
Mari nikmati pesta demokrasi ini, dan menggembirakannya lagi, pemilu tahun 2024 ini bertepatan dengan hari Valentine (14 Februari) yang dipahami sebagian besar kaum milineal sebagai hari kasih sayang, pertukaran kado ataupun cokelat sebagai simbol meluapkan rasa (kasih dan sayang), malamnya menyambut dan besoknya tanggal 14 merayakannya, silakan datang ke TPS dengan penuh kegembiraan, bersama pasangan dengan senyum merekah dibibir, namun tetap diingat, satu kali coblosan mu menentukan nasib bangsa ini dalam 5 tahun kedepan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H