Karena desa Salubiro adalah daerah pegunungan, nakes puskesmas puskesmas Wongko Ndaya tidak bisa leluasa seperti wilayah kerja daerah pesisir, yang setiap selesai kegiatan pelayanan langsung pulang kerumah masing-masing, desa Salubiro dengan segala kerumitannya, terutama di musim hujan, harus menginap 6 sampai 7 hari.
Selain keterbatasan akses, dalam memberikan pelayanan kesehatan, sebagian besar Nakes Puskesmas Wongko Ndaya dihadapkan dengan bahasa, desa Salubiro sebagian besar di tempati oleh suku lokal, yaitu suku Taa dan menggunakan bahasa Taa, tentu perlu pendampingan dari masyarakat lokal sebagai perantara komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan agar mereka bisa memahami.
Butuh keberanian dan tekad yang luar biasa menjadi nakes puskesmas Wongko Ndaya, selain melewati jalan bebatuan, tanjakan bukit, lumpur, air sungai yang deras, tidak jarang Nakes Puskesmas Wongko Ndaya menembus pekatnya malam dari dusun satu kedusun yang lain hanya untuk memastikan bahwa masyarakat harus mendapatkan palayanan kesehatan.
Sebuah pengabdian tanpa batas, dan kami telah memilih Wongko Ndaya sebagai wadah untuk menemukan makna lain tentang hidup, menjadi berarti dan bermanfaat bagi sesama, motivasi lain yang terus mendorong kami untuk tidak lelah sejauh ini adalah, hidup sehat adalah hak setiap warga negara, dan kehadiran kami sebagai representasi negara untuk menjamin masyarakat pelosok negeri agar mendapatkan akses kesehatan seluas-luasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H