PESATNYA perkembangan zaman di berbagai bidang saat ini membuat kebanyakan orang dituntut untuk beradaptasi lebih cepat, dengan pilihan mengikuti arus zaman atau di gerus zaman, berbagai informasi bersilewaran setiap detik di udara, mengabarkan berbagai keadaan bahkan peristiwa diberbagai belahan dunia.
Namun hal demikian tidak berlaku umum, berbagai daerah di pelosok tanah air justru masih menikmati dengan kesunyiannya, berpuluhan tahun hidup dengan keterbatasan akses sarana listrik, Â jaringan seluler, bahan pokok, jalan raya, termasuk pendidikan dan kesehatan, ini sebuah pilihan atau memang tidak tersentuh modernisasi, atau memang bagian dari korban ketidakberpihakan negara terhadap hajat hidup mereka.
Entahlah . . . . . Tapi akan selalu menarik menarasikan cerita dan kisah-kisah heroik pengabdi (kesehatan) pelosok negeri yang melebur dan hidup  menyatu dengan kultur dan budaya masyarakat setempat, melihat dan mengambil berbagai pelajaran hidup dari mereka yang menantang zaman, ada tekad dan keyakinan di mata mereka, tentang menikmati dan menjalani hari-hari tanpa keraguan.
Tidak terkecuali yang saya coba narasikan secuil kisah pengabdian tenaga kesehatan UPT Puskesmas Wongko Ndaya ini, mencoba hadir menebar kasih dan membagi rasa, lebih dekat dengan masyarakat pedalaman dengan hakikat bahwa pada dasarnya kita adalah sama.
Sebuah pengabdian, istilah yang selalu saya sematkan pada proses ini, lewat penugasan khusus kementerian kesehatan dalam menjangkau tanah negeri, mendengar keluh dan peluh masyarakat daerah terpencil, perbatasan dan Kepulauan (DTPK) untuk memberikan pelayanan kesehatan standar.
UPT puskesmas Wongko Ndaya sendiri merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berada di kabupaten Morowali Utara provinsi Sulawesi Tengah dengan kategori puskesmas daerah sangat terpencil, dan termasuk fasilitas kesehatan baru di lingkup Morowali Utara, di resmikan pada tahun 2018 dengan wilayah geografisnya daerah pesisir dan pegunungan.
Yaa .... Berpijak di Wongko Ndaya tentunya sesuatu yang bukan kebetulan, ini bagian dari rencana tuhan dengan segala kuasanya yang tak terjangkau, tentu harus di terima dengan kelapangan dada dan rasa kesyukuran, dan kami menyadarinya dengan kepenuhan hati.
Pelayanan kesehatan diwilayah kerja UPT Puskesmas Wongko Ndaya selain desanya yang serba keterbatasan akses mulai dari listrik, jaringan, bahan pokok dan akses jalan yang sulit dilalui, terutama di musim hujan, yang biasanya perjalanan memakan waktu 3-4 jam, namun karena lumpur, licin akhirnya, tanjakan dan bebatuan ditempuh 8 sampai 12 jam.
Adalah desa Salubiro, sebuah desa kecil di dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan hijau yang menjulang, satu dari ratusan desa bahkan ribuan desa lain di tanah air yang di diami masyarakat dengan segala keterbatasannya.
Terkait dengan akses mendapatkan pelayanan kesehatan, desa Salubiro merupakan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Wongko Ndaya  yang terdiri dari beberapa dusun, diantaranya dusun Uekayabi, Saliano, Lambentana, Uetuwu, Wo'onsa, Fatumarando dan dusun Uelincu, dimana jarak antara dusun satu dengan yang lain cukup jauh dan berada diantara perbukitan dan pegunungan hijau, bahkan di musim hujan hanya bisa di akses dengan berjalan kaki.
Dibandingkan wilayah kerja puskesmas lain di kabupaten Morowali Utara, UPT Puskesmas Wongko Ndaya adalah satu dari dua puskesmas yang memiliki wilayah kerja yang sangat sulit dijangkau, dalam hal ini desa Salubiro, dan ini harusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah daerah terkait peran dan pengabdian nakes Puskesmas Wongko Ndaya.
Dalam setiap bulan nakes puskesmas Puskesmas Wongko Ndaya harus turun pelayanan di desa Salubiro dan semua dusunnya, dalam pelayanan posyandu, Posbindu, PTM, KIE Stunting, AKI dan AKB, Promosi kesehatan, KIE kesehatan lingkungan dan beberapa pelayanan kesehatan lainnya.