Mohon tunggu...
Hermansyah
Hermansyah Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Kesehatan

Dengan Menulis, kita dapat mengekspresikan dalamnya Rasa_

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Program Nusantara Sehat: Wadah Mengabdi Tanpa Batas, Berakhir karena Kebijakan

1 Juni 2023   22:40 Diperbarui: 1 Juni 2023   22:49 4548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Tenaga Nusantara Sehat mejalankan salah satu program Puskesmas (dokpri)


PADA 
akhirnya saya menulis lagi tentang Nusantara Sehat, yang sebelumnya saya pernah menggumam bahwa tidak akan menguliti lagi terkait peran, dampak dan bahkan carut marut program Nusantara Sehat yang hingga detik ini tidak ada titik terangnya, di tengah banyak spekulasi yang berkembang, ada yang mengatakan masih lanjut, lalu sebagian lain mengatakan telah berakhir, dan sejauh inipun status program Nusantara Sehat berkutat pada pertanyaan dan menggantung.

Terlepas dari itu semua, kali ini saya mencoba menarasikan dengan pendekatan lain terkait ini, mencoba menarik benang merah, pastinya dari sudut pandang yang berbeda, dan sebagai penegasian, ini sangat personality, penting di pahami dari awal sebab tulisan kali ini tidak representatif, atau bisa saja ada pihak yang tidak terpuaskan dan sebagainya, tapi entahlah.

Dan sejauh ini perdebatan dan silang pendapat di antara tenaga Nusantara Sehat masih berlanjut,  baik yang masih aktif dalam penugasan maupun alumni penugasan, ini lumrah, karena banyak hal yang wajar di diskusikan, selain status programnya yang belum jelas, juga disana dalam program Nusantara Sehat terhimpun anak-anak muda yang kritis, keras dengan bacground dan kultur yang berbeda, dan ini cukup di pahami.

Dan perdebatan kepastian program Nusantara Sehat tentu tidak akan selasai, disaat para alumni NS sedang menunggu lokus penugasan, dan saat bersamaan kementerian kesehatan melahirkan kebijakan lain yang secara substantif sama dengan NS,  seperti PADINAKES dan yang terbaru program penugasan khusus yang baru di rekrut oleh kementerian kesehatan.

Foto : Tenaga Nusantara Sehat mejalankan salah satu program Puskesmas (dokpri)
Foto : Tenaga Nusantara Sehat mejalankan salah satu program Puskesmas (dokpri)
Dalam berbagai kesempatan, di ruang-ruang diskusi saya kadang mengintip argumen dan silang pendapat teman-teman Nusantara Sehat terkait Nasib program Nusantara Sehat sendiri di tengah munculnya kebijakan kemenkes yang lain, diskusi panjang kali lebar yang entah berujung dimana, tapi tidak sedikit beberapa argumen teman-teman Nusantara Sehat yang syarat dengan substansi, dan ini justru menarik, dari diskusi dan perdebatan ini bisa simpulkan bahwa  semua menaruh harap dan simpati terkait Nasib program Nusantara Sehat.

Di tengah riuhnya spekulasi, ada berbagai perasaan berkecamuk disana, ada semangat, Optimis yang melambung, pesimis, galau, marah dan sedih telah menggeluti hati dan pikiran sebagian besar tenaga Nusantara Sehat, dan perasaan ini sah-sah saja, ditengah kebijakan kemenkes yang tak berpihak lagi ke program Nusantara Sehat, dengan tidak di berdayakan kembali tenaga Nusantara Sehat yang alumninya masih banyak hingga detik ini.

NUSANTARA SEHAT DALAM REGULASI

Program Nusantara Sehat kementerian kesehatan sejatinya adalah program yang sifatnya temporer, dan hal ini clear, dalam konteks inipun tidak ada perdebatan, dan semua tenaga Nusantara Sehat pun tau hal ini, di SK-kan untuk penugasan selama dua tahun di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), dan setelah itu selasai, adapun penugasan lanjutan bagi alumni untuk kembali memilih lokus penugasan atau memilih tugas belajar (TUBEL) adalah kebijakan lain dari kementerian kesehatan sebagai bentuk reward bagi para alumni.

Lalu muncul banyak pertanyaan, dan menyuarakan ke kementerian kesehatan kenapa program Nusantara Sehat di tiadakan lalu muncul program lain seperti PADINAKES dan Program Penugasan Khusus yang secara substantif sama ? penugasan dua tahun, di tempatkan di seluruh Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dalam pemenuhan ketenagaan di Puskesmas-puskesmas yang secara sumber daya manusia kesehatan (SDMK) belum memenuhi standar berdasarkan PMK No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas.

Foto : Kegiatan Tenaga Nusantara Sehat sedang melaksanakan pelayanan di puskesmas DTPK (dokpri)
Foto : Kegiatan Tenaga Nusantara Sehat sedang melaksanakan pelayanan di puskesmas DTPK (dokpri)
Pertanyaan ini sekiranya sangat wajar di suarakan, dan sejauh ini kementerian kesehatan belum mengeluarkan pernyataan secara resmi dan spesifik terkait hal ini, dan ini menjadi sangat penting agar spekulasi liar yang berkembang di internal tenaga Nusantara Sehat tidak bertambah bias, karena di lihat secara kuantitas dan peran, tenaga Nusantara Sehat yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia cukup representatif dalam mewakili suara Nakes secara umum.

Dan PMK No. 33 tahun 2018 tentang Nusantara Sehat sejauh inipun masih berlaku, belum di cabut atau diganti oleh Kemenkes, menjadi landasan bahwa Nusantara Sehat dalam regulasi tersebut tercatat sebagai program Penugasan Khusus, sekali lagi sebagai penegasan ya, bahwa bunyi PMK No. 33 tahun 18 adalah tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat, artinya kebijakan program Penugasan Khusus Kemenkes yang baru berada dibalik regulasi yang sama dengan NS.

Dan jauh sebelum PMK ini terbitpun, penugasan khusus (Nusantara Sehat) sudah tertuang dalam UU No. 36 tahun 2014 tentang tenaga Kesehatan pasal 23 ayat 2 point 3 penugasan khusus, artinya secara program, Penugasan Khusus Nusantara Sehat sebelum UU dan PMK nya di cabut selayaknya tetap ada, karena bagian dari amanat UU.

FKTK NSI DALAM MEMPELOPORI SUARA NUSANTARA SEHAT INDONESIA

Beberapa bulan terakhir adalah puncak menguatnya isu penghapusan program Nusantara Sehat oleh Kemenkes, ramai di bicarakan oleh tenaga  Nusantara Sehat seluruh Indonesia, dibahas dan diskusikan di lintas angkatan maupun group-group WhatsApp, namun disadari atau tidak, isu pemberhentian program Nusantara Sehat oleh Kemenkes sebenarnya bukanlah isu baru, mengingat status programnya sendiri yang sifatnya sementara, namun keriuhan suara tenaga Nusantara Sehat semakin menggema dan puncaknya di akhir tahun 2022, sejalan dengan munculnya penugasan PADINAKES, dan disinilah cikal bakal terbentuknya FKTK NSI.

Foto : Potret pendampingan tenaga Nusantara Sehat pada anak sekolah dasar (dokpri)
Foto : Potret pendampingan tenaga Nusantara Sehat pada anak sekolah dasar (dokpri)
FKTK NSI sendiri digagas dan di pelopori oleh beberapa anak-anak Nusantara Sehat sendiri, yang bertujuan sebagai wadah menyatukan aspirasi sekaligus menjembatani suara teman-teman Nusantara Sehat di seluruh Indonesia terkait kepastian status Program Nusantara Sehat kepada Kemenkes dan pemangku kebijakan terkait.

Dan hampir sebagian besar tenaga Nusantara Sehat mengambil bagian dengan caranya masing-masing dalam memperjuangkan program Nusantara Sehat agar tetap ada, salah satunya menyumbangkan materi untuk memfasilitasi teman-teman pengurus inti FKTK NSI agar berangkat ke Jakarta untuk berdialog dan menyampaikan langsung aspirasi tenaga Nusantara Sehat seluruh Indonesia.

Ditengah proses lobi dan diskusi teman-teman FKTK NSI dengan pemangku kebijakan terkait, proses diskusi dengan Ditjen Tenaga Kesehatan yang membawahi program Nusantara Sehat pun dilakukan guna mendapatkan kepastian dan informasi utuh, dan teman-teman Nusantara Sehat di daerah membentuk Korwil di wilayah masing-masing untuk melegitimasi status dan gerakan  FKTK NSI, namun disaat bersamaan ada banyak teman-teman Nusantara Sehat sendiri yang ragu dan pesimis dengan gerakan FKTK NSI sendiri, mulai dari perdebatan legalitas FKTK NSI sampai penggunaan dana sumbangan anggota NS.

Dalam perspektif lain, saya beranggapan ini bagian dari dinamika, tapi keraguan sebagian tenaga NS pun tentu beralasan, mengingat disaat gerakan FKTK NSI berjalan, ketua FKTK NSI pusat mengundurkan diri, dan yang disayangkan lagi adalah pengurus FKTK NSI yang berangkat ke Jakarta ada yang status lulus PPPK, dan ini secara psikologis mengganggu proses gerakan yang sedang berjalan, ada perbedaan rasa disini, sebagian menempatkan perasaan (sama) dalam berbagai proses perjuangan, namun dilain pihak tidak, Nusantara Sehat lanjut ataupun tidak lanjut, itu tidak berarti lagi baginya, karena ada tameng (pekerjaan) lain yang menunggu.

Padahal sedari awal gerakan ini berasaskan pada kesamaan rasa dan nasib, dimana kehadiran FKTK NSI sebagai representatif, yang salah satunya agar sebagian besar tenaga Nusantara Sehat tidak kehilangan mata pencahariannya, dan ini penggambaran rasa yang muncul secara alami.

Namun entahlah, karena pada prinsipnya, perjuangan itu pasti tidak selamanya mulus, berbagai dinamika mewarnai setiap prosesnya, namun menjadi sebuah catatan dan pembelajaran berharga di dalamnya, untuk terus belajar dan berkembang.

Foto : Potret Tenaga Nusantara Sehat melaksanakan kegiatan KIE dimasyarakat (dokpri)
Foto : Potret Tenaga Nusantara Sehat melaksanakan kegiatan KIE dimasyarakat (dokpri)
Tapi diakui atau tidak, kehadiran FKTK NSI patutnya tetap di apresiasi, teman-teman FKTK NSI telah meluangkan banyak waktu dan pikiran terkait ini, mulai dari pengurus FKTK NSI pusat sampai Korwil sejauh ini masih aktif dan tetap pada reel perjuangan, namun dari proses ini juga teman-teman Nusantara Sehat yang lain akhirnya bisa memahami dan dapat mengambil kesimpulan bagaimana status program Nusantara Sehat itu sendiri, dan apapun hasil akhir dari proses ini harusnya tak perlu di perdebatkan, karena setidaknya kita semua telah berusaha dan berjuang.

KENAPA PROGRAM NUSANTARA SEHAT HARUS TETAP ADA?

Nusantara Sehat apakah layak di pertahankan? Tidak obyektif dan apple to apple sebenarnya membandingkan peran tenaga Nusantara Sehat dengan PADINAKES ataupun program penugasan khusus yang baru direkrut, karena Nusantara Sehat adalah program yang sudah lama dibandingkan dengan yang lain.

Tapi dalam perspektif lain, Nusantara Sehat pun tidak bisa digeneralisir dengan program lain, terutama dalam aspek dampak, manfaat dan keberhasilannya, Program Nusantara Sehat pada faktanya telah mampu menaikan cakupan kunjungan dan program kesehatan (SPM) di Puskesmas penugasan.

Foto : Sisi lain pelayanan kesehatan tenaga Nusantara Sehat di puskesmas DTPK (dokpri)
Foto : Sisi lain pelayanan kesehatan tenaga Nusantara Sehat di puskesmas DTPK (dokpri)
Keberhasilan program Nusantara Sehat dalam menaikan derajat kesehatan masyarakat di DTPK telah diakui oleh berbagai data penelitian Litbangkes Kementerian kesehatan sejak tahun 2015 program Nusantara Sehat diluncurkan, terutama dalam aspek peran dan dampak kehadiran Nusantara Sehat.

Belum cukup sampai disitu, kehadiran tenaga Nusantara Sehat di puskesmas-puskesmas DTPK telah membantu puskesmas tetap survive dalam memberikan pelayanan, berbagai inovasi yang digagas dan keterlibatan tenaga Nusantara Sehat dalam akreditasi puskesmas.

Kehadiran tenaga Nusantara Sehat mendapatkan sanjungan dan rasa puas dari kepala Puskesmas, pemerintah daerah terkait perannya yang sangat signifikan, ini dibuktikan dibeberapa daerah kepala Puskesmas dan pemerintah daerah mengajukan agar tenaga Nusantara Sehat tidak diizinkan purna tugas atau diperpanjang otomatis, tapi lagi-lagi terhalang kebijakan.

Dan harusnya hal ini menjadi evaluasi dan catatan penting bagi kementerian kesehatan dalam mengambil berbagai kebijakan, terutama pemberdayaan kesehatan, kehadiran program baru lain bukan berarti program Nusantara Sehat dihapus, harusnya menjadi kebijakan yang sejalan untuk saling menopang, agar percepatan pemenuhan tenaga kesehatan di Puskesmas seluruh daerah di tanah air dapat terlaksana, sehingga pemerataan pembangunan kesehatan serta perwujudan Indonesia sehat dapat tercapai.

Namun pada hari ini kenyataannya berbeda, terabaikannya program Nusantara Sehat beriringan hilangnya reward bagi alumni Nusantara Sehat, tidak terdaftar di SISDMK yang menjadi salah satu persyaratan mendaftar PPPK dan kurangnya penambahan point khusus untuk pendaftaran PNS menjadi catatan lain yang patut di sayangkan, sisi baik lainnya adalah program tugas belajar (TUBEL) masih berlaku, dan harapan lainnya tentu alumni Nusantara Sehat tetap diberdayakan dan mendapatkan hak-hak lain yang telah di hilangkan.

Dan sebagai catatan, ini bukan sebuah pengharapan yang berlebihan, tapi yang demikian memang selayaknya harus didapatkan oleh tenaga Nusantara Sehat atas apa yang telah di lalui dan diperbuat, dan dalam konteks ini wajar digeneralkan dengan program-program lain sebelum Nusantara Sehat yang mendapatkan apresiasi lebih dari pemerintah pusat dengan peran yang secara substantif sama, walaupun konteksnya berbeda, sama-sama berjuang untuk tanah air.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun