Mohon tunggu...
Hermansyah
Hermansyah Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Kesehatan

Dengan Menulis, kita dapat mengekspresikan dalamnya Rasa_

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Efek UAS Tidak Berpengaruh pada Elektabilitas Jokowi atau Prabowo

13 April 2019   15:21 Diperbarui: 14 April 2019   08:10 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Politik adalah tentang kemanusiaan jika diarahkan pada kebaikan, dan menjadi berbahaya untuk kemanusiaan jika diarahkan pada keburukan, maka jadilah pelaku politik untuk kebaikan manusia".

Semakin menguatnya Politik identitas  menjelang pilpres sangat mengkhawatirkan, bagiamana tidak, beberapa hari yang lalu tokoh agama yang di bilang memiliki basis masa atau jama'ah di Indonesia akhirnya menentukan pilihan politiknya.

Ustadz Abdul Somad yang di kenal dengab UAS dikalangan masyarakat Indonesia yang telah lama jadi bahan perbincangan,  desas-desus mendukung salah satu pasangan calon pilpres dan cawapres di pemilu 2019, akhirnya angkat bicara dan menentukan pilihan politiknya, yaitu memilih pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi.

Setelah sekian lama terjawab juga, hal ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingat bertebaran spanduk-spanduk UAS yang berbarengan dengan foto-foto nomor urut 02 Prabowo-Sandi di banyak titik di negeri ini, artinya UAS sudah lama di klaim sebagai pendukung Prabowo-Sandi di pilpres 2019 ini, walaupun ada beberapa Vidio klarifikasi UAS yang tidak mendukung Capres dan cawapres tertentu di pilpres 2019, namun dengan munculnya video siaran langsung eksklusif dialog Ustadz Abdul Somad dengan calon presiden Prabowo Subianto di TV One, Kamis sore (11/4/2019) dengan durasi sekitar 12 menit telah menegaskan dan terbantahkan sendiri Vidio UAS selama ini yang tidak memihak pada pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu.

Setelah UAS secara terang-terangan mendukung Prabowo-Sandi di pilpres 2019 ini,  Beberapa ustadz televisipun muncul ke permukaan untuk menyatakan sikap dukungannya ke Prabowo-Sandi, tidak lama berselang salah satunya Ustadz Adi Hidayat atau yang dikenal UAH, dukungan itu terlihat pada vidio yang dibagikan oleh akun Instagram juru bicara BPN Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak, Jum'at (12/4/2019).

Dukungan para ulama atau tokoh agama terhadap capres dan cawapres di pilpres 2019 tidak mengagetkan, dimana banyak ulama-ulama dan tokoh agama lebih dulu secara terang-terangan mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden, misalnya di kubu 01 Jokowi-KH. Ma'ruf Amin ada banyak ulama-ulama kharismatik yang berpengaruh seperti  diantaranya Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi (Ketua MUI Jawa Tengah), Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Muhammad Zainul Majdi (TGB), Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirojd, MA (Ketua PBNU), Ustadz Yusuf Mansur dan banyak lagi ulama-ulama lainnya.

Di kubu 02 Prabowo-Sandi tidak kalah juga, ada beberapa ulama yang secara terang-terangan yang lebih dulu memberikan dukungannya ke pasangan nomor 02 sebelum Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat, seperti Ustadz Muhammad Rizieq Shihab, ustadz Habib Bahar bin Smith (Sekarang lagi menjalani sidang kasus penganiayaan), Ustadz Tengku Zulkarnain Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dari dukungan para ulama tersebut tentu dijadikan rujukan dalam menentukan pilihan Politik pada tanggal 17 April yang tinggal menghitung hari bahkan jam, pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mana yang didukung oleh ulama yang benar-benar ulama, yang tidak menebarkan kebencian dan fitnah, tentu kita bisa menilainya selama ini.

Ini menjadi alasan bagi masyarakat negeri ini, dimana semakin memanasnya suhu politik tanah air menjelang pilpres, selain itu semakin menggemanya isu agama yang tidak pernah usai, ditambah saling klaimnya oleh para Tim kampanye baik dari TKN Jokowi-KH. Ma'ruf Amin maupun dari BPN Prabowo-Sandi yang didukung oleh para ulama.

Pemilih rasional tentunya tidak sulit memahami ini, dimana sangat jelas jika memilih presiden dan wakil presiden yang ada ulamanya ada di pasangan nomor urut 01, dimana ada KH. H. Ma'ruf Amin sebagai ulama kharismatik, belum lagi para ulama yang mendukung di belakangnya yang kharismatik dan ceramah-ceramahnya meneduhkan hati, jika menakar sisi agamanya dari kacamata kealiman dunia (karena yang berhak menentukan paling baik agamanya adalah Allah SWT) sangat jelas ada di kubu 01.

Pemetaan dan memainkan isu politik identitas (Agama) dalam perspektif politik demokrasi sangat tidak sehat, karena secara tidak langsung mengkotakkan elemen masyarakat, dan wilayah agama sangat sensitif, dimana kita tau bersama, negara kita yang sangat heterogen dan menjujung tinggi pluralisme, nilai-nilai kebhinekaan harus di jaga bersama, namun inilah politik, yang jelas apapun caranya, asalkan menang.

Sumber : Viva.co.id siaran langsung eksklusif dialog Prabowo dan UAS di TV One
Sumber : Viva.co.id siaran langsung eksklusif dialog Prabowo dan UAS di TV One

Kembali pada dukungan Ustadz Abdul Somad (UAS), beberapa pengamat politik melihat dinamika ini dari perspektif yang berbeda-beda, misalnya menurut pengamat politik Universitas Parahyangan Prof. Dr. Asep Warlan, ini merupakan gebrakan menjelang pencoblosan, ini strategi meluluhkan pemilih yang bimbang dan belum menentukan pilihan politiknya, "di Indonesia pada umumnya masih banyak budaya politik Kaula, artinya tergantung pada tokoh, pada mereka yang punya wibawa, tergantung pada mereka yang punya pengaruh", ujar Asep Warlan di Tribun Jabar.id, Jum'at (12/4/2019). 

Namun dalam perspektif lain, dukungan UAS ke Prabowo tidak berpengaruh signifikan pada peralihan dukungan masyarakat Indonesia secara menyeluruh, dimana hampir sebagian masyarakat sudah final dalam menentukan pilihan politiknya di pilpres 2019, artinya dukungan masyarakat ke masing-masing capres dan cawapres sulit untuk berpindah haluan.

Hal ini sejalan dengan pandangan peneliti senior Populi Center, Afrimadona menilai dukungan politik Ustadz Abdul Somad (UAS) kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden 02 Prabowo-Sandi tidak akan berdampak signifikan terhadap elektabilitas kedua Paslon, "Efek UAS itu mungkin hanya menguatkan pemilih 02, mungkin tidak akan terlalu banyak mempengaruhi pemilih Paslon 01". Ujar Afrimadona dalam forum diskusi di Jakarta, Jum'at (12/4/2019) Solopos.com

Pertanyaan menggelitik, apakah dukungan UAS ke pasangan 02 Prabowo-Sandi terjadi tiba-tiba ? Tentu dalam kacamata politik, tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba, dukungan UAS menjelang pencoblosan adalah bagian Framing politik dan setingan yang telah lama di rencanakan kubu 02, lalu dengan sengaja di siarkan secara eksklusif di TV One, tujuannya untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo-Sandi menjelang pencoblosan,  dimana melihat elektabilitas Prabowo-Sandi yang masih stagnan di hampir semua lembaga survei, tidak beranjak di angka 37 %, sedangkan elektabilitas Jokowi-KH. Ma'ruf Amin jauh di angka 54 %.

Di tempat berbeda, beberapa saat dukungan UAS itu menjadi viral di publik, Manajer riset lembaga survei Indonesia, Safraji menyoroti Vidio dialog UAS dengan capres Prabowo Subianto yang beredar, menurut Safraji Vidio itu sudah disiapkan dengan tujuan mendongkrak suara Prabowo menjelang pencoblosan, "Itu sebagai suatu gerakan yang dipersiapkan oleh kubu Prabowo-Sandi untuk mendongkrak suara di hari-hari terakhir menjelang pencoblosan", ujar Safraji dalam rilisnya, Jum'at (12/4/2019), detikNews.

Selain itu, dukungan UAS secara terang-terangan kepada pasangan 02 Prabowo-Sandi sandi tidak etis, mengingat UAS saat ini masih terdaftar sebagai pegawai negeri sipil (PNS), kepala Badan Kepegawaian Negara (BPN), Bima Haria Wibisana mengatakan UAS bertemu dan mendukung capres 02 Prabowo sebagai bentuk politik praktis, "UAS sudah berpolitik praktis, itu tidak boleh, kan beliau dosen PNS, meski alasan cuti pun tetap tidak bisa, kata Bima kepada JPNN, Jum'at (12/4/2019).

Senada dengan Bima Haria, Bambang Dasayanto Sumarsono, Asisten deputi pembinaan integritas dan penegakan disiplin  SDM kemenPAN-SDM mengatakan, "Apa yang di lakukan UAS melanggar netralitas  PNS. Disamping bertentangan dengan PP 42 tahun 2004 tentang kode etik PNS yang sampai sekarang masih berlaku".

Namun hal ini, tentu UAS sudah berpikir matang apa yang akan terjadi terhadap statusnya sebagai PNS, tentu tau resiko apa yang menimpanya, sekalipun itu di pecat dari PNS, namun aturan PNS harusnya tetap di junjung tinggi sebagai warga negara yang baik, namun entahlah, itulah resiko pilihan politik.

Di sisi lain, kubu 02 mungkin saja semakin percaya diri, dan mengklaim bahwa dengan secara terang-terangannya dukungan UAS pada Prabowo-Sandi, maka kemenangan sudah di depan mata, namun inilah sisi menariknya politik, namun yang perlu kita pahami bersama, dalam segala hal kita tidak boleh berlebihan, dalam menentukan pilihan politik kita boleh saja berbeda, namun untuk Indonesia maju kita tetap sama dan ber-SATU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun