Mohon tunggu...
Hermansyah
Hermansyah Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Kesehatan

Dengan Menulis, kita dapat mengekspresikan dalamnya Rasa_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puskesmas Sapala, Tempatnya Para Pengabdi Sejati

13 Januari 2019   11:25 Diperbarui: 13 Januari 2019   11:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Tampak Puskesmas Sapala dari depan."

"Puskesmas Sapala tempat kami mengabdi, tempat kami mengabdi untuk negeri".(Penggalan Sair Mars UPT. Puskesmas Sapala) cipt. Hanggari Sinta Dewi, Amd.Keb.


Sejak dibangunnya tahun 1981 (berdasarkan data bangunan Desa Sapala), Puskesmas Sapala sudah berdiri 37 tahun sampai sekarang, suatu umur yang dibilang mapan kalau perbandingannya dengan umur manusia, sudah cukup dewasa dalam mengarungi roda kehidupan.

Status sebagai Puskesmas daerah sangat terpencil, berada di daerah rawa yang hampir 100 % (seratus persen) adalah air, jelas dalam masalah akses, sarana transportasi cukup sulit, bukan saja bagi masyarakat wilayah kerjanya, namun bagi pegawai dan tenaga kesehatan Puskesmas Sapala.

Hidup dengan keterbatasan dalam banyak aspek, jaringan Handphone (Hp), transportasi, kebutuhan pokok menjadi hal yang mengerikan bagi orang yang terbiasa hidup dikota dengan segala kemudahannya, namun inilah hidup, jika semua hal dikeluhkan, maka esensi kesyukuran kepada Tuhan akan hilang.

Dalam perjalanannya, tenaga kesehatan Puskesmas Sapala telah banyak bergantian, datang dan pergi, pindah dan datang lagi yang baru, dengan status yang berbeda (PNS, PTT, TKS), begitulah seterusnya, bekerja dibawah naungan Instansi Negara, terikat dengan regulasi, maka jelas raga tergantung keputusan Negara, namun hati tetap keputusan pemilik hati.

Menarik di tilik, bagaimana kesungguhan hati pegawai atau tenaga kesehatan yang bekerja atau mengabdi di Puskesmas Sapala dengan banyak keterbatasan, dan semua orang mungkin akan berpikir seribu kali bahkan tidak mau di tempatkan dan mengabdi di Puskesmas Sapala. 

Namun sekali lagi, ini perjalanan hidup, ini keputusan tuhan atas hidup kami, kami sangat percaya, tuhan tidak pernah salah memilih dan menempatkan hambanya.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Foto : Pegawai Puskesmas Sapala Saat pendataan PIS-PK

Apalagi di zaman edan, modernisasi saat ini, perkembangan zaman begitu cepat, informasi bertebaran dimana-mana, sangat rasional dengan istilah dunia dalam genggaman, kita tinggal klik, menggeser jari. 

Maka kita bisa melihat apa yang terjadi di belahan bumi manapun, berada di wilayah Sapala, maka mungkin saja menjadi kemunduran, karena perkembangan informasi  banyak terlewati.

Namun sekali lagi, inilah hidup, semua pilihan ada resikonya, jika kita yang tidak memilih, maka makna hidup tidak pernah kita rasakan,  maka kita cukup yakin dalam hati, inilah pilihan terbaik Tuhan untuk pengabdi di Sapala, di Sapala-lah ditaburi keberkahan oleh Tuhan, dan mungkin saja tidak semua menyadarinya, terselip kebaikan, terselip keberkahan dalam setiap sentakan kaki menuju wilayah pengabdian.

 Dari 13 (Tiga belas) Puskesmas yang berada di wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara, mungkin Puskesmas Sapala-lah yang tersimpan banyak cerita dan keunikannya, Nama Sapala saja tidak familiar bagi masyarakat daerah kota (Amuntai), begitulah kenyataannya, karena memang lokasinya agak jauh dari kota.

Namun di Sapala ditempat kan para pengabdi yang sebenarnya, dimana dalam keseharian, Melakukan pelayanan, edukasi masyarakat agar hidup sehat, tetap dilaksanakan sesuai standar pelayanan kesehatan, karena disinilah makna perjuangan itu, senyum merekah diwajahnya mereka (Masyarakat), maka disitulah kebahagiaan bagi kami.

Ini tidak mudah, wajar bila pengabdi sejati sangat pantas tersematkan kepada pegawai atau tenaga kesehatan Puskesmas Sapala, karena disaat bersamaan banyak orang tidak mau mengabdi di Puskesmas Sapala, namun masih ada sebagian orang yang peduli.

Tak semudah dalam pikiran kebanyakan orang, menghadapi masyarakat yang kental dengan kultur dan budayanya, kebiasaan hidup yang digeluti sehari-hari dengan kepercayaan turun-temurun, datang sesuatu yang baru dianggap tabu,  ketika sesuatu yang baru ditabrakkan dengan kebiasaan, maka sampai kapanpun akan sulit diterima. 

Namun perlahan ini akan diretas, dengan keteguhan hati tenaga kesehatan Puskesmas Sapala yang begitu aktif dalam mengedukasi bagaiman pola hidup bersih dan sehat yang selayaknya.

Tidak ada yang tau seperti apa besok, yang jelas disini (Sapala) kami sedang memulai nya, sedang menanamnya, jika kamipun tidak dapat memetiknya apa yang kami tanam hari ini di suatu waktu nanti, maka ada yang lain yang akan memetiknya, dikenang saja itu sudah cukup.

Foto : Kegiatan Apel pagi yang menjadi agenda rutinitas setiap hari selasa/dokpri
Foto : Kegiatan Apel pagi yang menjadi agenda rutinitas setiap hari selasa/dokpri

 "Waktu terbaik menanam pohon adalah 15 tahun yang lalu, dan waktu terbaik ke-2 (dua) adalah menanamnya hari ini".(Prof. WIM POLI).

Pengabdi sejati; hanya mereka yang bekerja dengan hati, yang sepenuh hati memberikan cinta, disaat yang sama sebagian orang tidak peduli, sebagian orang tidak ada yang mau, namun biarlah mereka dengan ceritanya sendiri, kami dengan ceritanya kami.

Disapala-lah kita bisa bercerita banyak hal, yang tidak orang lain miliki, karena di Sapala kita mendengar desiran air tertabrak kapal setiap hari, ini akan jadi cerita indah disaat kita minum teh dipagi hari suatu saat nanti, kepada mereka (keluarga) yang telah peduli dalam hidup kita.

"Perjuangan hanya dimaknai oleh mereka yang ikhlas berjuang, karena cinta, kasih, hanya layak didapatkan oleh mereka yang melakukan kebaikan dengan HATI".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun