Mohon tunggu...
Bintang B. Sibarani
Bintang B. Sibarani Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Dosen salah satu PTS di Jakarta, konsentrasi pada Manajemen Keuangan dan Investasi, serta Perpajakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bias Perilaku Investor dalam Investasi Saham: Implikasi dan Strategi Manajemen Risiko

6 Mei 2024   12:10 Diperbarui: 6 Mei 2024   12:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Investasi saham merupakan salah satu instrumen investasi yang paling populer di pasar keuangan. Namun, dalam mengambil keputusan investasi, investor sering kali terpengaruh oleh berbagai bias perilaku yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan mereka. Bias-bias ini dapat menyebabkan investor membuat keputusan yang tidak rasional dan merugikan. Dalam makalah ini, akan dianalisis beberapa bias perilaku investor yang umum terjadi dalam investasi saham, implikasi dari bias-bias tersebut, dan strategi manajemen risiko yang dapat digunakan untuk mengurangi dampaknya.

  • Bias Konfirmasi
  • Bias konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari, menginterpretasikan, atau mengingat informasi yang memperkuat keyakinan atau pendapat yang sudah dimiliki, sementara mengabaikan atau meremehkan informasi yang bertentangan. Dalam konteks investasi saham, investor cenderung mencari informasi yang mendukung keputusan mereka untuk membeli atau menjual saham tertentu, tanpa mempertimbangkan informasi yang mungkin membantah keputusan tersebut.
  • Overconfidence Bias
  • Bias overconfidence terjadi ketika seseorang merasa terlalu yakin akan kemampuan atau pengetahuannya sendiri. Dalam investasi saham, overconfidence bias dapat menyebabkan investor merasa terlalu percaya diri terhadap prediksi atau analisis mereka sendiri, sehingga mereka cenderung mengambil risiko yang lebih besar daripada seharusnya.
  • Loss Aversion
  • Loss aversion adalah kecenderungan untuk lebih sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan dengan jumlah yang sama. Dalam konteks investasi saham, loss aversion bisa membuat investor terlalu takut untuk mengambil risiko, sehingga mereka cenderung menjual saham saat mengalami kerugian, bahkan jika ada kemungkinan saham tersebut akan pulih di masa depan.
  • Anchoring Bias
  • Anchoring bias terjadi ketika seseorang terlalu terikat pada informasi awal atau referensi tertentu saat membuat keputusan, bahkan ketika informasi tersebut tidak relevan lagi. Dalam investasi saham, anchoring bias bisa membuat investor terlalu fokus pada harga beli awal saham, sehingga mereka enggan menjual saham tersebut meskipun ada indikasi bahwa harga tersebut tidak lagi relevan dengan nilai intrinsik saham tersebut.

Contoh Overconfidence Bias

Mr. A telah berhasil memperoleh keuntungan dari beberapa investasinya dalam pasar saham. Keberhasilan ini membuatnya semakin yakin akan kemampuannya dalam menganalisis pasar dan memilih saham. Meskipun ada beberapa tanda-tanda peringatan atau sinyal yang menunjukkan bahwa suatu saham mungkin mengalami penurunan harga, Mr. A mengabaikan informasi tersebut dan terlalu percaya diri bahwa analisisnya benar. Akibatnya, Mr. A terus berinvestasi dalam saham tersebut tanpa melakukan diversifikasi yang cukup atau mengambil tindakan pencegahan lainnya. Saat harga saham yang dipilihnya mengalami penurunan tajam karena faktor-faktor pasar yang tidak terduga, Mr. A mengalami kerugian yang signifikan.

Dalam kasus ini, overconfidence bias memainkan peran kunci. Mr. A terlalu percaya diri akan kemampuannya sendiri dan mengabaikan informasi atau tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan risiko investasi yang tinggi. Hal ini menyebabkan dia terlalu terpaku pada keputusan investasi yang sudah dia buat, tanpa mempertimbangkan dengan hati-hati faktor-faktor risiko yang ada.

Kasus ini menggarisbawahi pentingnya untuk tidak terlalu percaya diri dalam pengambilan keputusan investasi. Investor harus selalu terbuka terhadap informasi baru dan sinyal-sinyal pasar yang mungkin mengindikasikan risiko atau perubahan dalam nilai saham. Dengan mengakui bahwa tidak ada yang bisa memprediksi pasar dengan sempurna dan selalu melakukan diversifikasi portofolio yang baik, investor dapat mengurangi dampak dari overconfidence bias dan meningkatkan kinerja investasi mereka secara keseluruhan.

Ada beberapa sinyal yang dapat mengindikasikan bahwa suatu saham mungkin mengalami penurunan harga. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada sinyal tunggal yang secara pasti menunjukkan penurunan harga saham, dan keputusan investasi harus selalu didasarkan pada analisis menyeluruh dan diversifikasi portofolio yang baik. Berikut adalah beberapa sinyal yang mungkin mengindikasikan potensi penurunan harga suatu saham:

  • Analisis Fundamental yang Buruk: Penurunan kinerja keuangan perusahaan, seperti penurunan pendapatan, laba, atau pertumbuhan yang lebih lambat dari yang diharapkan, dapat menjadi sinyal bahwa saham perusahaan tersebut mungkin mengalami penurunan harga.
  • Tanda-tanda Manajemen yang Lemah: Ketidakstabilan dalam manajemen perusahaan, pergantian CEO, atau skandal korporat dapat mengindikasikan masalah internal yang mungkin memengaruhi harga saham.
  • Perubahan di Industri atau Lingkungan Eksternal: Perubahan dalam industri tempat perusahaan beroperasi, seperti kemajuan teknologi, perubahan regulasi, atau perubahan tren konsumen, dapat memengaruhi prospek perusahaan dan akhirnya harga sahamnya.
  • Sentimen Pasar yang Negatif: Ketika pasar secara keseluruhan mengalami penurunan atau ketidakpastian, saham-saham tertentu mungkin lebih rentan terhadap penurunan harga. Sentimen negatif di pasar secara umum dapat menyebabkan investor lebih hati-hati dalam melakukan investasi, yang dapat mengakibatkan penurunan harga saham.
  • Analisis Teknikal yang Menunjukkan Sinyal Penurunan: Pola grafik, indikator teknis seperti moving averages, atau tingkat resistensi yang tertembus bisa menjadi sinyal teknis bahwa suatu saham mungkin akan mengalami penurunan harga.
  • Analisis Kompetitor: Performa relatif perusahaan terhadap pesaingnya dapat memberikan petunjuk tentang potensi penurunan harga. Jika pesaing mengungguli perusahaan dalam hal kinerja atau strategi pasar, ini bisa menjadi indikasi bahwa saham perusahaan mungkin mengalami penurunan.

Penting untuk diingat bahwa sinyal-sinyal ini hanya merupakan petunjuk dan tidak menjamin bahwa suatu saham akan mengalami penurunan harga. Investasi saham selalu melibatkan risiko, dan penting untuk melakukan analisis menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.

Untuk mengatasi bias-bias perilaku dalam pengambilan keputusan investasi, investor dapat mengadopsi beberapa strategi dan sikap yang bijaksana. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Pendidikan dan Kesadaran: Langkah pertama dalam mengatasi bias perilaku adalah meningkatkan pemahaman tentang bias-bias tersebut. Investor perlu menyadari bias mana yang mungkin memengaruhi keputusan mereka dan bagaimana bias tersebut dapat memengaruhi kinerja investasi mereka.
  • Penerapan Aturan dan Rencana Investasi: Mengadopsi aturan dan rencana investasi yang jelas dan terdefinisi dengan baik dapat membantu mengurangi pengaruh bias perilaku. Misalnya, menetapkan target laba dan kerugian yang jelas sebelum melakukan investasi dapat membantu menghindari overconfidence bias dan loss aversion.
  • Diversifikasi Portofolio: Diversifikasi portofolio adalah kunci untuk mengurangi risiko spesifik dan dapat membantu mengatasi bias seperti anchoring dan overconfidence. Dengan menyebar investasi mereka ke berbagai aset, sektor, dan wilayah geografis, investor dapat mengurangi risiko yang terkait dengan investasi tunggal.
  • Berpegang pada Rencana Jangka Panjang: Fokus pada tujuan investasi jangka panjang dan mengabaikan fluktuasi pasar jangka pendek dapat membantu mengatasi bias seperti anchoring dan recency bias. Investor perlu mengingat bahwa pasar saham cenderung naik dan turun dalam jangka pendek, tetapi memiliki tren naik dalam jangka panjang.
  • Konsultasi dengan Profesional Keuangan: Mendapatkan pendapat atau saran dari profesional keuangan yang terpercaya dapat membantu investor untuk mendapatkan perspektif yang objektif dan menghindari overconfidence bias. Profesional keuangan juga dapat membantu dalam merencanakan strategi investasi yang sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko investor.
  • Evaluasi Kembali Keputusan Investasi: Investor perlu secara teratur mengevaluasi kembali keputusan investasi mereka dan mengidentifikasi apakah keputusan tersebut didasarkan pada analisis yang rasional atau dipengaruhi oleh bias perilaku. Jika diperlukan, investor harus siap untuk melakukan perubahan dalam portofolio mereka.
  • Pengembangan Keterampilan Emosional dan Psikologis: Investasi juga melibatkan aspek emosional dan psikologis yang penting. Investor perlu belajar mengelola emosi seperti keserakahan, takut, dan kesedihan, yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan mereka. Meningkatkan keterampilan ini dapat membantu investor menjadi lebih disiplin dan rasional dalam pengambilan keputusan investasi.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan tetap waspada terhadap bias perilaku, investor dapat meningkatkan kualitas keputusan investasi mereka dan mengurangi risiko kerugian yang tidak perlu.

Implikasi dan Strategi Manajemen Risiko

Bias-bias perilaku investor dalam investasi saham memiliki implikasi yang signifikan terhadap kinerja investasi mereka dan stabilitas pasar secara keseluruhan. Untuk mengurangi dampak dari bias-bias tersebut, investor dapat menerapkan beberapa strategi manajemen risiko, antara lain:

  • Diversifikasi Portofolio: Dengan menyebar investasi mereka ke berbagai saham atau aset lainnya, investor dapat mengurangi risiko spesifik yang terkait dengan saham individual.
  • Pendekatan Berbasis Aturan: Menerapkan aturan investasi yang jelas dan disiplin dapat membantu investor untuk mengurangi pengaruh bias perilaku dalam pengambilan keputusan investasi.
  • Keterbukaan terhadap Informasi: Investor harus aktif mencari informasi yang beragam dan tidak hanya memilih informasi yang memperkuat keyakinan mereka. Hal ini dapat membantu mengurangi bias konfirmasi dan anchoring bias.
  • Konsultasi dengan Profesional Keuangan: Mendapatkan pendapat atau saran dari profesional keuangan yang terpercaya dapat membantu investor untuk mendapatkan perspektif yang objektif dan menghindari overconfidence bias.

Kesimpulan

Bias perilaku investor merupakan faktor yang penting dalam pengambilan keputusan investasi saham. Dengan memahami bias-bias tersebut dan menerapkan strategi manajemen risiko yang tepat, investor dapat meningkatkan kualitas keputusan investasi mereka dan mengurangi risiko kerugian yang tidak perlu. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk terus meningkatkan pemahaman mereka tentang psikologi pasar dan mengembangkan keterampilan manajemen risiko yang efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun