“Sini sekarang Namanya warung Pojok Tundan 04, kalau dulu anak-anak kampus ngasih nama warung waton dodol waton mlaku tapi itu dulu sekarang udah dihilangin, itu tulisannya masih ada dan tulisan-tulisan yang di tembok itu anak-anak kampus yang ngasih, ya karena yang ngasih nama juga sudah pada lulus pada pergi saya ganti Namanya saya kasih di spanduk warung Pojok, nol empat nya diambil dari nomor rt sini.” begitulah Bu Ning bercerita.
Ternyata perjuangan bu Ning mengelola warungnya ini tidak berhenti sampai disitu, tahun 2020, virus corona melanda dunia termasuk Indonesia terkena dampaknya. Pada masa itu banyak bisnis kecil seperti warung makan tegalan yang tidak sanggup bertahan dan akhirnya bangkrut. Untungnya warung makan tegalan milik bu Ning ini masih sanggup bertahan.
Bu Ning bercerita, “Dulu sebelum corona sini itu rame banget, saya sampai bisa biayain anak saya yang pertama kuliah di UMY sekarang dah selesai untungnya sebelum corona kuliahnya sudah selesai, sempat pas ppkm yang sampai nggak boleh jualan kami tutup warung kurang lebih 6 bulan, kalau sekarang ya seperti ini kadang rame kadang nggak yang penting bisa menyambung hidup masih bisa makan.”.
Begitulah perjuangan bu Ning mendirikan, membangun, dan mengelola warung makan tegalan miliknya ini. Di Usia Bu Ning yang sudah menginjak 44 tahun, Bu Ning tetap percaya warungnya akan bisa bersaing dengan segala yang telah ia kerahkan asal tidak kehabisan akal. Banyak yang bisa diambil dari kisah perjalanan bu Ning membangun dan mengelola warung makan tegalan kesayangannya ini. Semoga usaha-usaha kecil seperti milik bu Ning ini masih bisa bertahan di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H