Mohon tunggu...
Bintang Merah
Bintang Merah Mohon Tunggu... -

...Bila Umurmu Tak Sepanjang Umur Dunia, Maka Sambunglah Dengan Tulisan (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Benci Tapi Rindu (bag. 1)

23 Desember 2009   20:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Harus diakui, selain kasus bank century yang sedang ramai diperbincangkan. Kasus perseteruan Luna Maya dan para pekerja infotainment cukup menyita perhatian kita.
Bagaimana tidak, kasus yang awalnya sepertinya remeh temeh ternyata mendapat pemberitaan yang cukup besar. Saya yakin kita juga menjadi miris melihat masalah ini.

Saya tidak akan menulis tentang bagaimana kronologis kejadian yang memicu hingga Luna Maya memaki-maki di twitter. Saya juga tidak akan panjang lebar menulis tentang blunder PWI Jaya dan infotainment yang melaporkan Luna Maya dengan pasal yang justru ditentang kalangan wartawan sendiri.

Tapi kejadian ini membuat saya mencoba menjadi penonton setia infotainment. Mulai pagi hingga malam dan hasilnya tentu saja saya sedikit muak.

Setelah kejadian Luna versus infotainment, saya coba membayangkan andai saja Luna tidak menulis kata-kata di twitter. Saya yakin tayangan yang akan muncul adalah bagaimana kelanjutan hubungan asmara Luna dan Ariel. Bagaimana tidak, mungkin saat kejadian anak Ariel terbentur kamera itulah momen pertama kali Luna, bersama anak dan orang tua Ariel terlihat bersama dalam satu acara. Ini tentu jadi sasaran empuk bagi publikasi infotainment. Pasti akan muncul pertanyaan yang memuakan yang selalu diulang-ulang, kapan menikah atau seberapa serius hubungan kalian.

Saya rasa dalam lubuk hati yang paling dalam kalangan infotainment menyesal tak bisa menyiarkan perkembangan Ariel dan Luna yang memang memiliki rating cukup tinggi. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kemarahan sudah menjadi nomor laporan.

Berita skandal artis, hubungan asmara yang sebenarnya remeh temeh untuk di publikasikan memiliki rating yang tinggi. Rating tinggi tentu menggiurkan bagi stasiun tivi. Iklan yang masuk bisa bejibun. Jadi production house juga tak bisa disalahkan begitu saja. Televisi mana yang mau menyiarkan tayangan yang tak memiliki rating tinggi. Rating tentu bukan ukuran untuk kualitas sebuah program. Jadi semuanya setali tiga uang.

Karir Luna juga sedang dipertaruhkan. Eksistensinya sebagai ikon beberapa produk mulai diusik. Luna boleh saja sering muncul di pemberitaan media mainstream yang membuat namanya justru makin diperbincangkan. Tapi masalah Luna akan tergantikan dengan topik pemberitaan yang lebih aktual dan penting.

Akan berbeda dengan infotainment yang memang menyingkap kehidupan selebritis. Tapi sayangnya Luna masih enggan bicara di infotainment. Ada yang menyebutkan Luna di boikot oleh tayangan infotainment. Ini tentu akan mengancam keberadaan Luna. Sejumlah produk akan enggan memakai jasa Luna karena akan minim publikasi. Meskipun publikasi yang muncul di infotainment bukan berita produknya tetapi berita kehidupan pribadi artis. Karena kalau info produk tentu saja harus membayar.

Luna boleh saja mengatakan ingin absen dulu dari infotainment. Tapi apakah kalaupun dia siap muncul di infotainment, para pekerja infotainment masih mau menjadikan Luna sebagai narasumber. Lalu apakah pekerja infotainment akan tetap konsisten mengenyahkan Luna sebagai narasumber. Saya punya keyakinan tidak akan. Luna masih menjadi artis kelas wahid yang beritanya ditunggu. Karena ditunggu itu ratingnya akan melonjak. Apalagi kehidupan Luna tersangkut pula dengan keberadaan Ariel yang juga banyak digemari. Maka dalam perseteruan Luna dengan pekerja infotainment bisa di katakan benci tapi rindu. Karena keduanya masih saling akan membutuhkan di dalam industri media hiburan. Paling tidak untuk beberapa waktu ke depan. Jadi tentu saja, damai sajalah sejak sekarang.

Kemudian yang menjadi titik perhatian masalah ini juga adalah tentang keberadaan pekerja infotainment. PWI sejak 2005 mengakomodir media infotainment di dalam departemen infotainment PWI. Tapi sikap berbeda ditunjukan oleh AJI yang mengatakan infotainment bukan jurnalis.

AJI dengan tegas mengatakan infotainment bukan bagian dari jurnalis. Nezar Patria, Ketua Umum AJI juga pernah mengatakan di Okezone bahwa pekerja infotainment bukan jurnalis. Kurang lebih begini kutipannya, Mereka yang meliput acara konser, pameran, dan sejenisnya itu masuk kategori wartawan. Tetapi kalau infotainment bukan, karena mereka memberitakan privasi orang dan wartawan tidak berkepentingan tentang hal itu. (okezone, 19/12/2009)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun