Walhasil, melihat fenomena ketertindasan umat Islam saat ini, tak ada jalan lain bagi kita untuk merebut kembali "telur" yang sudah dirampas orang itu, kecuali dengan merapatkan barisan menggalang solidaritas, serta menyusun kembali puing-puing ukhuwah Islamiyah.Â
Betul, mengharap kembali hadirnya kekuatan Islam, seperti yang digambarkan al-Quran "satu lawan sepuluh" adalah sebuah utopia (impian yang tak mungkin tercapai).Â
Namun perlu kita renungkan, secara kuantitas Islam adalah agama terbesar kedua setelah Kristen, tapi memiliki posisi tawar yang amat rendah. Saat ini, kekuatan dunia terpetakan ke dalam Kristen-Yahudi dan Komunis. Mereka lebih bisa menggertak dibanding Islam. Ini sudah di skenariokan sejak abad IXX dengan meruntuhkan negara superpower Islam, seperti Turki Utsmani.Â
Dan, skenario ini betul-betul terwujud karena kesadaran ukhuwah yang rendah dari kaum Muslimin. Seraya mengharap munculnya kembali negara superpower Islam, kita mesti memulai dari diri kita masing-masing, menanamkan komitmen "mengesampingkan ambisi pribadi dan kepentingan golongan demi persatuan umat".
Ukhuwah yang sering kita dengungkan sebagai idealisme sebetulnya hanya jargon-jargon kosong. Pembuktiannya hanya sebesar kuku. Penindasan umat Islam di berbagai tempat menantang pembuktian ukhuwah. Jangan hanya menjadi berita-berita seram mengasyikkan yang dibicarakan sambil lalu, tanpa respons dan reaksi yang kongkrit.Â
Kenyataan yang sangat berlawanan dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw., "Tolonglah saudaramu, baik ketika dia zalim (dengan mencegahnya dari perbuatan zalim) atau dizalimi (dianiaya)" (HR. Muslim).
Respon minimal, jika kita memang benar-benar tak bisa berbuat apa-apa, adalah doa. Sudah seharusnya, saat ini kita membaca qunut nazilah, sebagaimana sering dikatakan Rasulullah saw, jika musibah sedang menimpa kaum mislimin.Â
Bahkan sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah ra, beliau sering menyebut nama-nama sahabat dalam qunut nazilahnya. "Allahumma A'izz al-Islam wa al-Muslimin. Wa ahli al-Kafarah wa al-Musyrikin."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H