إِنَّمَا كَانَ قَولَ المُؤْمِنِيْنَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
Artinya: "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar ia memutuskan (perkara) di antara mereka hanyalah, "Kami mendengar dan kami menaati".
Selain kewajiban dari hal tersebut, terdapat juga larangan yang harus dijauhkan ketika berselisih dalam masalah syariat Islam yaitu mengikuti hawa nafsu. Telah menjadi pandangan umum bahwa hawa nafsu adalah sesuatu kebatilan yang dapat membutakan seseorang dari kebenaran. Hawa nafsu dapat menjadikan pelakunya sebagai orang munafik. Dengan hawa nafsu, orang yang berselisih lebih mementingkan suatu keputusan yang hanya menguntungkan mereka dan tidak terima ketika suatu keputusan tersebut menguntungkan orang lain. Ihwal tentang mereka telah Allah SWT sebutkan dalam surat An Nur ayat 48 dan 49 yang berbunyi;
وَإَذَا دُعُوْا إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ مُّعْرِضُوْنَ (٤٨) وَإِنْ يَكُنْ لَّهُمُ الحَقُّ يَأْتُوْا إِلَيْهِ مُذْعِنِيْنَ (٤٩)
Artinya: "Apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar ia (Rasul) memutuskan perkara diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling (48) Akan tetapi, jika kebenaran (putusan Rasul) menguntungkan mereka, mereka datang kepadanya (Rasul) dengan patuh (49)".
Maka dari itu, ketika dalam persengkataan yang pertama kali diperhatikan adalah tentang semua orang apalagi yang dipermasalahkan adalah hukum Islam. Sejatinya permasalahan agama Islam itu bukanlah untuk segelintir orang, tetapi untuk seluruh manusia yang memeluk agama tersebut. Tidak lupa niat yang bersih harus selalu menyertai ketika sedang berselisih tentang suatu permasalahan. Jangan sampai hawa nafsu menyelimuti kita. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H