Pernah saya buat sebuah cerita mengenai perjumpaan antara sekelompok manusia dengan barisan malaikat dan iblis yang akan berlaga. Jangan tanya tulisan yang mana atau dimana. Â Sudah diikhlaskan kembali ke ketiadaan abadi. Tetapi kalau itu masih saya sebut-sebut terus, berarti itu sebenarnya belumlah ikhlas 100%, yah ? Nah, loe. Susah, khan ? :)
Yah, 'gimana lagi. Terlanjur sudah menempel erat pada beberapa bagian di dalam memori, karena itu merupakan sebuah konsep yang berguna (bagi saya) untuk menelusuri lekuk liku kehidupan. :D
Bila yang itu ingin dihilangkan ... Kalau yang lain ikut hilang semua 'gimana ? Â Hiks... Apa tidak menambah jumlah pengarung di sepanjang jalan raya yang biasanya tampil dengan telanjang bulat atau berbaju dekil dan sobek di sana sini itu ?Â
Yah sekedar pemikiran, ... siapa tahu suatu saat bisa dipraktekkan. ....Â
"Nah, loe", lagi deh. :D
...............
Lanjut ... Dengan obyek-obyek yang serupa ... masih bisalah kita membuat suatu skenario yang berbeda. Obyek yang dimaksud disini adalah sekelompok manusia, bala malaikat, bala iblis, perjalanan yang sudah dan akan ditempuh.Â
Barusan mengomentari artikel mengenai kegunaan singkong yang mana bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Hal yang sama juga berlaku pada obyek-obyek di atas, tergantung bagaimana dengan bumbu yang akan ditambahkan, akan digoreng, direbus atau yang lainnya. Â Tergantung kepada diri kita juga, apakah nanti hasil masakan itu akan kita makan (dan "energi" yang dihasilkan digunakan dalam keseharian) atau sekedar sebagai pajangan. Diberi pigura, diberi cantolan, taruh di tembok, sekedar untuk sesekali dilihat. ... Namanya juga ... p a j a n g a n. :) Â
Yang mana ketika ada orang lain melihat dan merasa itu bagus ... keluarlah suatu rentetan perkataan.Â
"Kau, berani kasih harga berapa ?"Â
"Jangan takut menawar, 'nih coba lihat masih ada banyak yang lainnya".Â