Oleh: Bindi pranaja s
Mainan pistol-pistol itu melintas kembali dalam benak Budi. Menggoda
pikirannya dan mendorongnya untuk segera memiliki benda tersebut.
Sayang, aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya. Batinnya
mengeluh.
“Aku punya uang banyak.” cetus Bayu tiba-tiba.
Budi memandang Bayu, kawan sebangkunya. Digerakkannya
mata ke arah tempat pensil Bayu.
“Lihat, banyak, bukan?” ujar Bayu sambil membilang uang di
tempat pensilnya.
Banyak memang.
Belum pernah Budi melihat Bayu membawa uang
sebanyak itu.
Ah, kalau aku memiliki sebanyak itu, tentu bisa kugunakan untuk
membeli pistol-pistolan yang dipajang di toko Siong. Lagi- lagi Budi
membatin.
“Paman memberiku kemarin. Banyak ya?” nada suara Bayu pamer.
Budi diam saja. Ditelannya ludah.
“Aku bingung. Akan kupakai untuk apa uang sebanyak ini,” gumam
Bayu.
Hh, Bayu bingung menggunakan uang yang dimilikinya? Sedangkan
aku? Kata Budi dalam hati.
Aku justru bingung bagaimana mendapatkan uang yang cukup untuk
bisa membeli mainan pistol-pistolan yang dijual di toko Siong.
Bagaimana ya kalau uang Bayu kupinjam dulu?.
“Kok dari tadi diam saja.” Bayu menegur Budi.
“Aku. aku juga sedang bingung. Yu.” Ucap budi.
“Heh, apakah kau juga mempunyai uang banyak seperti aku?
dan merasa bingung untuk gunakannya?” tanya Bayu memburu.
“Aku justru sebaliknya.” Budi berkata tanpa semangat.
“Sebaliknya bagaimana?” Bayu belum paham.
“Aku tidak memiliki uang yang cukup. Sedangkan aku ingin sekali…”
Budi menggantung ucapannya.
“Ingin apa Bud?” tanya Bayu ingin tahu.
“Kemarin di toko Siong aku melihat ada mainan pistol-pistolan dijual,
Bagus sekali. Aku ingin membelinya, tapi uangku tidak cukup.” jelas Budi.
“Oo itu.” Bayu mengangguk-angguk.
“Kalau kau tak keberatan, aku pinjam uangmu tidak lama kok,
Seminggu aku kembalikan.” Budi berjanji.